Antara Literasi, HOTS, dan Assesment Kompetensi Minimum

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Artikel ini sebelumnya disampaikan dalam rangka pelatihan guru Candle Tree School, Serpong Utara, Tangerang; Sabtu, 28 November 2020

Depoedu.com – Dalam sebuah berita media daring dituliskan sebuah judul, RI Susah Maju karena Literasi Keuangan Rendah, Cuma 37% Gaes! (CNBN Indonesia, 17 November 2020). Literasi menjadi kata kunci pemberitaan tersebut. Dalam arti sempit, literasi dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis.

Lebih dari itu, literasi bisa dimaknai sebagai mengontruksi jawaban dari permasalahan sehari-hari. Pendidikan memiliki peran penting dalam habituasi literasi ini. Sebuah penelitian di Amerika merilis bahwa jika murid tidak bisa berliterasi di tingkat 4, maka mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengejar berbagai ketertinggalannya.

Baca Juga : Apa Sih Yang Dimaksud Kebijakan Assesmen Kompetensi Minimum ?

Sebanyak 90% penerima tunjangan kesejahteraan dari pemerintah merupakan orang yang putus sekolah (drop out) atau iliterasi. Sedangkan sebanyak 85% remaja yang berurusan dengan hukum merupakan kelompok iliterasi fungsional.

Dalam ranah pendidikan, literasi anak didik kita masih perlu ditingkatkan. Fakta hasil tes PISA (Programme for International Student Assessment) dari tahun ke tahun menunjukkan hasil yang belum menggembirakan. Hal ini sama dengan hasil tes TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang diikuti sejak tahun 1999.

PISA TIMSS
Tahun Peringkat Jumlah Negara Tahun Peringkat Jumlah Negara
2000 38 41 1999 32 38
2003 38 40 2003 37 46
2006 50 57 2007 35 49
2009 60 65 2011 40 42
2012 64 65 2015 45 50
2015 69 76 2019 (Maret-April)
2018 72 77

Dalam tes PISA diukur Kemampuan literasi membaca (memahami dan merenungkan teks untuk mencapai gagasan baru, bukan sekadar membaca), kemampuan matematika (merumuskan, menggunakan dan menafsirkan matematika untuk berbagai konteks), dan kemampuan sains (mengaitkan pengetahuan sains dengan isu yang relevan dalam kehidupan).

Sedangkan tes TIMSS digunakan untuk mengetahui dasar pengukuran matematika dan sains yang terdiri dari dua domain, yakni domain isi dan kognitif. Domain isi matematika terdiri dari bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang. Domain isi sains terdiri atas biologi, kimia, fisika dan ilmu bumi. Domain kognitif, yakni pengetahuan, penerapan dan penalaran.

Literasi

Literasi tidak hanya sekadar memampukan anak-anak menjawab permasalahan sehari-hari sesuai tingkat perkembangan sosiopsikologinya yang tersimplifikasi lewal tes PISA dan TIMSS tersebut.

Lebih dari itu, literasi membantu mereka untuk memperoleh apa yang dibutuhkan agar bisa hidup di masa depan. Lantas, apa yang dibutuhkan anak-anak agar bisa survive di masa depan? Yang mereka butuhkan adalah cara berpikir adaptif.

Para guru harus menjadi “peramal” yang ulung. Guru yang harus bisa menerawang situasi masa depan. Harapannya, dengan strategi pembelajaran kita, para murid tahu tentang kondisi masa depan sehingga siap sedia menghadapinya. Era VUCA: penuh gejolak (Volatility), tidak pasti (Uncertainty), rumit (Complexity), dan serba kabur (Ambiguity) menjadi tantangan bagi mereka.

Baca Juga : Urgensi Literasi, Numerasi Dan Pendidikan Karakter Dalam Mendidik Siswa

Era Revolusi Industri 4.0 dan diikuti dengan Society 5.0 akan menjadi habitat pertama mereka. Para guru harus mempersenjatai para murid untuk menghadapi hal-hal tersebut. Guru bukanlah as usual dan biasa-biasa saja! Dunia sudah berubah, maka guru harus ikut berubah.

Hanya orang bodoh yang menginginkan  perubahan, tapi setiap hari hanya melakukan hal-hal rutin as usual, tanpa mau berubah.

Mengenalkan, melatih, dan membiasakan cara berpikir adaptif menjadi kewajiban bagi seorang guru. Guru bukan lagi sebagai kebenaran mutlak dan sekadar pentransfer timbunan materi. Guru harus mampu menghabituasi kompleksitas berpikir (networking dan kolaboratif), berpikir lateral, berpikir kritis, dan kreatif.

HOTS

HOTS (Higher Order Thingking Skills) merupakan sarana untuk melatih cara berpikir adaptif tersebut. Kita tidak bisa membiasakan hanya dengan memberikan soal-soal HOTS belaka. HOTS adalah sebuah proses. HOTS bukan sekadar soal dan soal. Para guru tidak bisa menuntut penyelesaian asesmen HOTS tanpa didahului dengan pembelajaran HOTS.

Prinsip pembelajaran HOTS adalah real world situation activities. Situasi dunia nyata ini bisa didekati langsung dengan panca indera atau melalui berbagai perangkat gawai serta internet. Guru harus mahir mendesain berbagai model pembelajaran “dunia nyata”, karena para murid terlahir dan hidup di dunia nyata.

Pembelajaran HOTS diakhiri dengan asesmen untuk mengukur tingkat ketercapaian dan mengevaluasi pembelajaran guru. Sama dengan pembelajaran HOTS, asesmen HOTS juga menghadirkan situasi dunia nyata, baik berbentuk skenario, authentic task, material visual, quotes, maupun media clips. Asesmen HOTS melatih tahapan berpikir, tidak sekedar langsung mengetahui jawabannya.

Baca Juga : Soal HOTS Dan Upaya Pengembangan Siswa

Apalagi jawaban bisa dicari di google, brainly, atau sejenisnya. HOTS harus mampu mencakup kemampuan menalar, berargumentasi, pemecahan masalah secara kritis, dan metakognisi. Dalam Taksonomi Bloom (revisi), HOTS meliputi analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan masih berada dalam ranah LOTS (Lower Order Thingking Skills).

Dalam memahami asesmen HOTS, para guru masih sering terjebak dalam beberapa miskonsepsi, diantaranya adalah tergantung kata kerja bantu Taksonomi Bloom, soal HOTS selalu diidentikkan dengan soal yang sulit, HOTS ditunjukkan melalui pembelajaran berteknologi modern, sebuah kasus hanya bisa digunakan untuk mengukur satu level kognisi, dan lain-lain.

AKM

Pemerintah telah memulai babak baru dalam pendidikan dengan menghapus Ujian Nasional (UN) dan menggantinya dengan AKM, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan. AKM merupakan kompetensi minimum atau kemampuan paling dasar yang harus dimiliki siswa pada tingkat tertentu. AKM merupakan pengejawantahan dari HOTS untuk dapat menghasilkan peta kecakapan tentang literasi membaca dan numerasi. Dalam World

Economic Forum tahun 2015 ditetapkan enam literasi dasar, yaitu literasi baca tulis (reading-writing literacy), literasi numerasi (numeracy literacy), literasi sains (scientific literacy), literasi digital (ICT literacy), literasi finansial (financial literacy), serta  literasi budaya dan kewarganegaraan (cultural and civic literacy).

Soal-soal AKM adalah soal HOTS yang bersifat kontekstual, mengukur kompetensi pemecahan masalah dan berpikir kritis, serta melahirkan daya analisis berdasarkan suatu informasi (bukan sekadar menghapal atau mengingat materi).

Baca Juga : Bagaimana Menyiapkan Peserta Didik Mengikuti Asesmen Kompetensi Minimun?

Bentuk soal AKM bervariasi, yaitu pilihan ganda  (hanya 1 jawaban benar),  pilihan  ganda  kompleks (jawaban benar lebih dari satu), menjodohkan, isian (jawaban singkat), dan esai atau uraian.

AKM mengukur kompetensi kognitif siswa hanya dalam ranah literasi membaca dan numerasi, bukan lagi berbasis mata pelajaran dan konten materi pelajaran. Literasi membaca yang dimaksud bukan sekadar kemampuan membaca, tapi juga kemampuan menganalisis dan mengevaluasi bacaan sehingga siswa mengerti atau memahami konsep di balik tulisan tersebut.

Baca Juga : Apa Sih Yang Dimaksud Kebijakan Assesmen Kompetensi Minimum ?

Para murid dituntut mampu merefleksikan beragam informasi penting yang diperoleh dari tengah masyarakat. Harapannya mereka memiliki bekal berpartisipasi dalam pengembangan diri (karakter, berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif), lingkungan, ilmu pengetahuan, dan teknologi sehingga tidak tertipu oleh mitos maupun berita palsu (hoaks).

Sedangkan numerasi digunakan untuk mengukur kemampuan menganalisis suatu fenomena atau memecahkan permasalahan menggunakan data berbentuk angka atau nalar matematika.

Para murid diukur dalam ranah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Harapannya, para siswa menjadi pribadi yang bertanggung jawab karena mampu bernalar atau berpikir logis.

Baca Juga : Asesmen Kompetensi Dan Upaya Membangun Kemandirian Siswa

Literasi membaca dan numerasi merupakan kompetensi yang bersifat general dan dasariah. Berbagai konteks kehidupan sehari-hari, baik secara personal, sosial, maupun profesional, memerlukan kemampuan berpikir tentang dan dengan bahasa serta matematika.

AKM tidak berarti menghilangkan pelajaran selain bahasa dan matematika. Fokus AKM adalah kompetensi berpikir, sehingga hasil pengukuran tidak sekadar mencerminkan prestasi akademik pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika saja. Semua mata pelajaran harus bisa mengembangkan literasi dan numerasi. Maka lembaga pendidikan harus bisa meramu pembelajaran kolaboratif untuk membiasakan para murid.

Sebuah fenomena atau masalah didekati dengan berbagai mata pelajaran. Berikut ini contoh tipe soal AKM:

Berikut ini adalah beberapa iklan diskon sebuah barang elektronik di beberapa toko.

Toko Discount
Ampuh 60 %
Bagus 50% +20%
Dinamis Buy One get the 2nd One Half Price
Elok ½ Price
Favorit CASHBACK IDR 100.000
Jaya DISKON 10% + CASHBACK 100 ribu
  1. Situmorang ingin membeli sebuah barang elektronik tersebut seharga Rp 950.000,00. Semua toko memberi layanan gratis biaya antar barang sampai rumah, kecuali Toko Bagus. Secara pinsip ekonomi, di toko manakah ia harus membeli agar memperoleh harga paling hemat?
  2. Urutkan berbagai diskon tersebut dari potongan harga terkecil sampai terbesar!

Kesimpulan

Kebutuhan murid di masa depan adalah kemampuan berpikir adaptif. Hal ini bisa dilatihkan dengan membiasakan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Cara berpikir HOTS tersebut bisa dimiliki ketika para murid terbiasa dengan literasi dalam kesehariannya. AKM merupakan bentuk dari asesmen HOTS yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan negeri ini.

Terima kasih. Salam mendidik … Salam bahagia … Tuhan memberkati!

Penulis adalah guru SMA Kolese De Britto, Yogyakarta; penulis buku HOTS: Konsep, Pembelajaran, Penilaian, Penyusunan Soal Sesuai HOTS (2018, Grasindo) dan beberapa buku lainnya

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga : Antara Literasi, HOTS, Dan Assesment Kompetensi Minimum […]