Depoedu.com: Usia dewasa menuntut setiap orang untuk bisa membangun keintiman berelasi dengan siapa saja. Salah satu perwujudan keintiman tersebut bisa dijumpai dalam masa pacaran ataupun pernikahan.
Namun, tidak bisa dinafikan bahwa masing-masing kita mungkin pernah melihat ataupun pernah mengalami “putus” dan “cerai” ketika berpacaran atau berkeluarga.
Berakhirnya sebuah hubungan ini tentu disebabkan oleh berbagai macam hal. Akan tetapi, tulisan ini mencoba membidik “sebab” dalam bingkai konsep “persona” dan “shadow” yang lahir dari ketidaksadaran kolektif seperti yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung.
Persona atau bisa dikatakan sebagai topeng merupakan wajah sosial yang kita tampakkan dalam hidup bersama dengan orang lain. Semakin banyak topeng yang kita gunakan, maka kita akan semakin adaptif dengan lingkungan.
Manusia akan menderita ketika hanya menggunakan satu topeng. Sebab topeng-topeng inilah yang akan membantu kita agar bisa diterima dalam hidup bersama dengan orang lain.
Baca juga: Memperbaharui Relasi Dengan Pengalaman Negatif, Ketika “Lupa” Tak Membawa Hasil
Ketika seseorang pergi ke tempat ibadah, ia akan menggunakan topeng sebagai anak yang soleh. Ketika seseorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan, ia akan menggunakan topeng mahasiswa yang taat pada dosen.
Ketika berkumpul bersama teman-temannya, ia akan menggunakan topeng sebagai teman yang mungkin suka jaim, banyak ngomong, dan bahkan melawan aturan-aturan yang ada, dan ketika kembali ke rumah ia akan menggunakan topeng seyogyanya anak yang taat dan patuh terhadap orang tua.
Topeng sebagai anak soleh di tempat ibadah dan sebagai mahasiswa yang taat pada dosen mungkin saja akan dilepas ketika berkumpul bersama teman-temannya. Bayangkan saja ketika orang hanya menggunakan satu topeng, kemungkinan besar orang itu akan mengalami penolakan dari lingkungan.
“Sok suci lo!”, “Kaku banget sih, kayak lagi sama dosen aja!”. Mungkin ungkapan-ungkapan seperti ini akan keluar sebagai imbas atas ketunggalan topeng yang dikenakan.
Menjadi soleh ketika berkumpul bersama teman-teman mungkin akan terlihat agak aneh dan menjadi patuh pun terkesan akan sangat kaku ketika bersama dengan teman-teman. Oleh karena itu, topeng menjadi solusi untuk dapat diterima dalam sebuah lingkungan.
Selain memiliki topeng, ternyata masing-masing kita juga memiliki shadow. Shadow merupakan sisi gelap dalam diri kita masing-masing. Persona atau topeng yang kita tampakkan ketika berelasi bersama orang lain sebenarnya tidak lain adalah untuk menutupi sisi shadow atau sisi gelap yang kita miliki.
Shadow berisi perilaku-perilaku negatif. Ketika perilaku ini ditunjukkan, orang-orang akan sulit menerima perilaku itu. Oleh karena itu, hadirlah persona atau topeng untuk menutupi sisi gelap tersebut.
Dalam banyak kasus, penggunaan topeng ternyata menjadi bom waktu tersendiri. Misalnya dalam hal pacaran ataupun hidup berkeluarga. Keinginan diri untuk bisa diterima pasangan, akhirnya mengubah perilaku banyak orang. Ujung-ujungnya banyak melahirkan topeng palsu yang sangat erat, dan bahkan rapat tertutup sehingga sulit untuk dilepas.
Baca juga: Seni Mencintai Diri Di Tengah Pandemi Covid-19
Topeng-topeng pun direkayasa hanya sekadar ingin terlihat baik oleh pasangan masing-masing. Ini tentu tidak baik dalam keberlangsungan sebuah hubungan. Orang tidak benar-benar menjadi dirinya.
Sehingga ketika topeng itu terlepas, akan terjadi ledakan yang sangat besar, mengagetkan dan ketika hendak menyelamatkan diri dari ledakan tersebut, ternyata waktu yang dibutuhkan tidaklah cukup.
Topeng pun hancur, dan keaslihannya pun terlihat. Topeng telah terlepas. Penyesalan pun menjemput.
Topeng-topeng ini, terkadang akan lepas dan terbuka dengan sendirinya ketika terjadi permasalahan dalam masa pacaran atau dalam hidup berkeluarga. Check saja bagaimana reaksi pasangan Anda ketika menghadapi berbagai permasalahan.
Apakah ia akan menjadi sangat emosional dan tidak bisa mengontrol dirinya? Membanting barang, bahkan sesekali melepaskan ayunan tangan dan kaki ke tempat yang tidak semestinya. Padahal, dia yang Anda kenal adalah orang sangat sabar dan sangat pengertian.
Ketika hal ini terjadi, shadow telah terungkap dan pilihan ada di pikiran Anda, begitu juga hati Anda. Anda telah tertipu dengan topeng yang dikenakannya selama ini, yakni topeng kesabaran dan penuh pengertian.
Selama masa pacaran, masing-masing individu cenderung menjadi orang lain. Identitas kediriannya telah digadaikan untuk pasangannya. Topeng terus direkayasa, sehingga masing-masing pasangan tidak benar-benar memahami karakter dari pasangan mereka.
Semua yang ditunjukkan hanyalah kepalsuan. Ketika topeng itu terlepas, barulah masing-masing akan menyadari bahwa telah terjebak dalam relasi yang palsu. Hingga akhirnya berujung pada kata “putus”.
Bagi siapapun yang hendak menuju dan bahkan sedang berpacaran, coba dicek baik-baik sebelum melangkah ke dalam jenjang yang lebih serius, apakah Anda dan pasangan Anda bahkan calon pasangan Anda sedang merekayasa topeng, atau benar-benar sedang menunjukkan keasliannya masing-masing?
Baca juga: Menjadi Seutuhnya Di Tengah Pandemi Covid-19
Oleh karena itu, tunjukkan sisi gelapmu dan lihatlah siapa saja yang akan berada di sampingmu untuk meredakan, dan bahkan menutupi sisi gelap itu. Kita tidak harus menjadi orang lain hanya karena ingin memenuhi hasrat orang itu.
Biarkanlah diri kita tumbuh menjadi apa adanya, dan mengalir semestinya. Hidup tidak hanya untuk menyenangkan orang lain dengan menggadaikan identitas kedirian kita. Tunjukkan sisi gelap itu, dan lihatlah siapa saja yang akan mampu bertahan dan berjuang bersama untuk memperbaiki diri masing-masing. Buka dulu topengmu !!!
Sumber foto: fimela.com
Penulis Adalah Guru Pada SMP Kolese Kanisius Jakarta Pusat
#Topeng# Sengaja atau tidak sengaja pasti dipakai oleh semua orang cuma tergantung seberapa *tebal *topeng itu dipakai dan kesemuanya itu tergantung hati dan pikiran kita masing masing apakah lebih banyak positif atau negatif …maka hasil pemakaian topengnya akan terlihat jelas dan dirasakan oleh orang lain ..selama topeng yg dipakai hanya sebatas adap tasi lingkungan dan tidak merugikan orang lain
Yaa, benar sekali Pak. Penggunaan topeng hanya semata-semata untuk memenuhi tuntutan sosial. Semakin banyak topeng yang digunakan, maka akan semakin baik dan tergantung juga bagaimana ketebalan topeng tersebut .Thats rigth, the mask it’s another me. Dia adalah sisi atau bagian diri: he/she yang lain. Dan karena merupakan bagian dari ketidaksadaran kolektif, orang-orang tidak sungguh-sungguh menyadari itu. Dia hadir secara spontan.
Hanya saja, ketika topeng yang dikenakan itu menjadikan diri kita tidak nyaman, sebaiknya topeng itu dilepas. Berpura-pura baik hanya untuk menyenangkan orang lain juga terkadang kurang pas.
[…] reaksi ini sama saja dengan tulisan sebelumnya terkait Sisi Gelap Dan Topeng Yang Membalutinya; Maka Buka Dulu Topengmu Dalam tulisan tersebut dijelaskan terkait penggunaan persona atau topeng yang dikenakan sebagai […]