Diskusi Itu Asik Kalau Kita Rendah Hati

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Pernahkah Anda berdiskusi tetapi berakhir dengan kekecewaan? Pernahkah Anda menyampaikan pendapat akan tetapi seolah-olah tidak dihargai? Pernahkah Anda dikatakan bodoh hanya karena pendapat yang disampaikan tidak sesuai?

“Bodoh kamu, gitu aja ko ngga tahu”. Anda tentu merasa tidak nyaman bukan? Akhirnya, Anda mungkin akan menjadi tidak percaya diri untuk mengemukakan pendapat.

Setiap kali berelasi kita mungkin pernah bertemu dengan orang yang sangat keras kepala, yakni dalam mempertahankan argumennya. Seolah-olah kita tidak punya celah untuk berdiskusi dengannya.

Setiap pembicaraan selalu didominasi olehnya. Padahal jelas, bahwa pemahaman yang diperolehnya masih keliru.

Baca Juga : Sikkapedia; Giat Tiga Bulan Untuk Seratus Tahun

Proses diskusi akan menjadi semakin menarik, ketika kita menempatkan orang lain sebagai teman, bukan sebagai lawan. Ketika orang lain kita jadikan sebagai lawan, maka bisa menimbulkan tawuran.

Hal ini terjadi karena ada benturan ego sehingga menimbulkan jarak tertentu, karena masing-masing saling mempertahankan pendapatnya.

Tulisan ini mencoba mengambil sudut pandang seorang filsuf terkenal dari Yunani, yakni Socrates. Socrates mencoba mengenalkan kepada kita bahwa ada empat teknik yang bisa kita terapkan dalam berdiskusi, di antaranya adalah ketidaktahuan, ironi, konfutasi dan kebidanan.

  1. Ketidaktahuan

Pada teknik pertama ini, penting untuk kita memposisikan diri sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Kita perlu rendah hati. Buatlah diri seolah-olah kita tidak mengetahui apa yang dibicarakan. Dengan merasa tidak tahu, kita akan menjadi terbuka terhadap segala bidang pengetahuan.

Banyak orang sulit untuk mengungkapkan bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Hal ini terjadi karena manusia seolah-olah sudah merasa sangat pintar dengan bidang keilmuannya masing-masing atau pengetahuan yang telah didapatnya.

Pada tahap pertama ini, kalimat yang bisa diterapkan dalam kehidupan adalah dengan mengatakan “Saya tidak mengerti apa yang Anda sampaikan, bisakah Anda menjelaskannya kepada saya?”

Baca Juga : Diam Dan Dengarkan; Dahsyatnya Pemahaman Dan Penerimaan Dalam Berkomunikasi

Kalimat yang sederhana, akan tetapi dengan mengatakan saya tidak tahu apa-apa, sebenarnya secara tidak sadar kita sedang mengangkat sisi superioritas atau keunggulan dalam diri orang lain.

Ketika orang sudah merasa superior, maka orang akan cenderung membagikan pengetahuannya. Biasanya mereka akan menjadi banyak berbicara.

Teknik pertama ini sederhana, akan tetapi banyak orang sulit untuk melakukannya.

  1. Ironi

Pada teknik kedua ini, kita menggunakan gaya ironi. Kita berpura-pura tidak memahami dengan memuji. Kalimat yang bisa kita gunakan “Wah, bagus sekali pendapatmu ini? saya tidak pernah berpikir seperti itu.” “Anda kok bisa pintar seperti itu belajarnya dari mana?” Pernyataan seperti ini sebenarnya adalah sindiran.

Kita perlu membesarkan teman diskusi kita. Ketika orang dipuji, maka kecenderungan orang itu akan bersemangat dan terus mengemukakan pemikirannya karena ia merasa sudah diterima dengan baik.

Akan tetapi realita sekarang banyak yang sebaliknya. Ketika teman diskusi kita atau siapaun itu mengatakan sesuatu yang keliru, kita langusng men-judge “Ahh bodoh sekali kamu ini” “Kaya gitu aja ngga bisa” “Gitu aja ngga tahu”.

Baca Juga : Gangguan Komunikasi

Ketika orang disalahkan, orang akan cenderung merasa jatuh dan sulit untuk mengungkapkan pikirannya. Oleh karena itu jangan dijatuhkan terlebih dulu, tapi kita perlu memberikan pujian terhadap teman diskusi kita.

Pujian juga akan membuat orang cenderung untuk terus semangat mengungkapkan isi pikirannya.

  1. Konfutasi

Pada teknik ini, kita perlu mencari inkonsistensi atau adanya ketidakpasan atau kekeliruan dari apa yang telah diungkapkan teman diskusi kita. Ketika teman diskusi kita cenderung banyak berbicara, kemungkinan ada titik lemahnya. Kita perlu menemukan titik  lemah dan jatuhkan itu.

Misalnya teman diskusimu mengatakan bahwa “Saya memilih keluar dari sekolah karena bagi saya sekolah itu tidak penting. Saya tidak memperoleh ilmu dari sana. Akan tetapi pengetahuan juga bisa didapat di mana saja.”

Ketika menjumpai pernyataan seperti ini, gunakan teknik ironi terlebih dahulu, atau pujilah terlebih dahulu “Wah, bagus sekali pemikiranmu”.

Setelah Anda memujinya, gunakan teknik konfutasi untuk meruntuhkan pendapatnya “Katamu pengetahuan bisa didapat di mana saja, berarti sekolah bisa jadi tempat untuk mendapatkan pengetahuan bukan? Dengan begitu, sekolah itu penting tidak? (Teknik kebidanan)

Baca Juga : Guru Yang Berkomunikasi Dengan Asertif

Misalnya teman bicaramu mengatakan bahwa “Semua perempuan itu brengsek, tidak ada yang benar”. Pujilah terlebih dahulu dengan mengatakan “Wah luar biasa sekali pemikiranmu?”

Setelah dipuji lanjutkan dengan teknik konfutasi “Katamu semua perempuan itu brengsek. Ibumu perempuan bukan? Dia baik padamu tidak? Kalau dia baik padamu, berarti semua perempuan brengsek tidak? (teknik kebidanan)

Kita perlu menemukan titik lemah dan membantahnya. Setelah itu orang diajak untuk berpikir.

  1. Kebidanan

Teknik ini mencoba mengajak kita untuk mempatkan diri seperti seorang bidan. Artinya kita tidak melahirkan kebenaran, akan tetapi kita saling membantu untuk melahirkan kebenaran.

Setelah menunjukkan titik lemah, orang diajak berpikir untuk melahirkan kebenaran dengan mengatakan “Berarti sekolah itu penting tidak? Semua perempuan itu brengsek tidak? Ketika apa yang dirumuskan masih saja keliru, kita bisa kembali lagi pada teknik konfutasi atau mencari titik lemahnya.

Keempat teknik diskusi di atas penting untuk diterapkan dalam merumuskan sesuatu. Kalau memang tidak betul-betul memahami akui saja keterbatasan itu bahwa kita tidak tahu.

Baca Juga : Pentingnya Komunikasi Dalam Keluarga

Teknik ini juga mengajak kita untuk berpikir, karena zaman sekarang banyak orang yang malas mikir. Sukanya instan! Jadi tidak hanya makanan yang instan, tetapi pikiran juga banyak yang instan.

Lihat hashtag #save….save… langsung dibagikan tanpa berpikir terlebih dahulu. Akhirnya termakan oleh hoax.

I cannot teach anybody anything. I can only make them think yang artinya aku tidak bisa mengajari apapun pada siapapun, aku hanya bisa membuat mereka berpikir (Socrates).

Foto : sumateranews.co.id

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
dom
dom
3 years ago

apakah ironi dan konfutasi adalah jebakan diskusi ?

Simon Lamanepa
Simon Lamanepa
3 years ago
Reply to  dom

Tentu bukan jebakan, karena prosesnya untuk melahirkan kebenaran.
Orientasi pemberlakuan ironi lebih tujuhkan untuk membesarkan hati teman diskusi, kalau konfutasi lebih kepada analitk yang kritis, untuk mencari kebenaran