Depoedu.com – Pernahkah Anda merasa menjadi orang lain ketika berada pada sebuah tempat yang dikelilingi oleh banyak orang? Sebenarnya Anda adalah pribadi yang suka berbicara, tiap saat sukanya ngoceh. Cerewet terus.
Akan tetapi karena berada pada lingkungan yang kurang mendukung pribadi Anda, kemudian Anda memilih untuk diam.
Pernahkah Anda berpura-pura hanya karena ingin menyenangkan orang lain? Sebenarnya Anda sedang capek sekali, akan tetapi karena ada orang yang meminta tolong, Anda akhirnya menolong orang tersebut. Anda sebenarnya tidak mau.
Pernahkah Anda kesal, marah, akan tetapi Anda tidak bisa menunjukkannya? Sebenarnya Anda jengkel dengan perilaku teman Anda, akan tetapi karena demi menjaga relasi agar tetap baik, Anda akhirnya memilih untuk diam.
Pernahkah Anda merasa sangat tertekan atau sakit hati, akan tetapi Anda berusaha untuk tetap kuat? Sebenarnya Anda sangat sakit hati ketika putus dengan pacar Anda, akan tetapi karena malu ketika ditanyai, “kamu sakit hati ngga?” Anda menunjukkan sikap, seolah-olah Anda tidak sakit hati, dengan kepura-puraan yang Anda ciptakan.
Pernahkah Anda merasa kebebasan Anda direnggut oleh keadaan lingkungan sekitar? Anda ingin berbicara. Dengan nada yang sekencang-kencangnya.
Tetapi karena lingkungan tidak mendukung, Anda berusaha untuk tetap diam. Atau karena sebuah aturan dan prosedur yang ada di lingkungan itu, Anda memilih menjadi manusia manutan atau ikut-ikutan.
Kebanyakan manusia selalu hidup dalam kepura-puraan. Sebagian dari perilaku dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan.
Kebanyakan kontradiktif! Perilaku seperti ini ditunjukkan hanya karena ingin diterima dalam suatu lingkungan, baik itu di masyarakat, komunitas, organisasi, atau di banyak tempat lain.
Semua itu adalah bagian kepribadian, yang oleh Carl Gustav Jung dinamai dengan persona atau topeng. Persona adalah wajah sosial yang biasa ditunjukkan untuk memenuhi apa yang menjadi harapan orang lain.
Baca Juga : Humanis Di Tengah Wabah COVID-19
Persona dibangun dengan tujuan untuk menciptakan kesan tertentu dan sering juga menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya.
Persona dibutuhkan untuk survival. Membantu untuk mengontrol perasaan, pikiran dan perilaku dalam hidup bermasyarakat.
Perilaku dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi kurang baik ketika wajah sosial atau topeng yang ditunjukkan terlalu berlebihan, yang mengakibatkan kerugian pada diri sendiri.
Manusia terkadang sedang capek ketika dimintai tolong, akan tetapi karena merasa kasihan, kebanyakan manusia terus memaksakan diri untuk membantu.
Dalam keadaan seperti ini, topeng atau wajah sosial yang ditunjukkan seolah-olah palsu, tidak didasari dengan keikhlasan.
Seseorang mungkin saja sebenarnya tidak merokok, tidak pernah menyentuh alkohol. Akan tetapi karena keinginan untuk bisa diterima dalam sebuah kelompok tertentu yang semua anggota adalah perokok dan peminum, orang itu akhirnya menjadi perokok dan peminum.
Persona atau wajah sosial yang ditunjukkan seperti ini kurang sesuai.
Sebenarnya Anda tidak menyetujui suatu pendapat tertentu, akan tetapi karena kebanyakan orang-orang sudah menyepakati pendapat tersebut, Anda pun akhirnya menyetujui.
Alasan kesetujuan Anda terhadap pendapat yang telah disepakati tidak lain hanya karena ingin diterima dalam lingkungan tersebut. Jikalau benar seperti itu, persona atau topeng yang ditunjukkan sangatlah tidak pas. Oleh karena itu, jadilah dirimu sendiri.
Menjadi diri sendiri memang terkadang agak sulit, akan tetapi di tengah pandemi seperti ini, yakni adanya pembatasan dalam berelasi, dan tetap tinggal di rumah ataupun di kost, topeng atau wajah sosial yang biasa ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari bisa dilepas.
Baca Juga : Kemendikbud Rilis 16 Protokol Cegah Virus Corona Di Sekolah
Anda akan menjadi bebas dalam berekspresi. Anda seolah-olah malu berjoget, padahal Anda suka sekali joget. Dalam keadaan seperti ini, Anda bisa melakukan itu. Sangat mudah dan simpel bukan?
Melalui aplikasi tiktok atau musik-musik dangdut, reggae atau apapun genre music kesukaan yang Anda putarkan, Anda bisa bergoyang ria. Mengekspresikan diri.
Anda yang suka bernyanyi, akan tetapi dalam keadaan ramai tentu akan sulit untuk menyanyi bukan? Dalam keadaan seperti ini Anda bisa bernyanyi sekencang-kencangnya dan joget sepuasnya ketika Anda sendirian di rumah ataupun di kost.
Anda bisa bebas rebahan secara vertikal dan horizontal. Boleh juga kalau Anda mau headstand ataupun handstand. Anda bebas untuk melakukan apa saja ketika Anda sendirian di rumah atau di kost. Akan lebih baik juga kalau itu produktif dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Dalam kesendirian, Anda bisa menjadi diri Anda seutuhnya. Hidup bersama orang lain, menjadikan Anda tidak bisa full melakukan sesuatu sesuai keinginan Anda. Hal ini terjadi karena ada tabrakan keinginan orang lain terhadap diri Anda.
Ketika Anda bertemu seseorang, Anda hanya akan menjadi setengah dari bagian diri Anda. Hal ini terjadi karena eksistensimu harus bernegosiasi dengan orang-orang yang ada di sekitarmu.
Tidak adanya momen kesendirian dalam hidup, menjadikan tampilan diri kita selalu bias, tidak asli, karena kita perlu menyesuaikan dengan keinginan orang lain.
Masa pandemi covid-19 ini, adalah momen di mana kamu bisa menikmati dirimu sendiri. Kalau bersama orang lain, banyak sekali negosiasi. Berbicara saja harus diatur, pengen ngoceh tapi tidak berani. Alasannya karena kehadiran orang lain di sekitarmu. Akan tetapi kalau di kamar sendirian, ngoceh sendirian sepuasnya tidak menjadi masalah untuk orang lain.
Masa pandemi covid-19 memberikan kesempatan kepada Anda untuk mewujudkan diri seutuhnya, sehingga kita bisa memahami, oww ternyata aslinya saya seperti ini.
Selamat mencoba dan teruslah berefleksi. Tetaplah menjadi manusia seutuhnya tanpa harus berpura-pura! Boleh menampakkan wajah sosial, akan tetapi jangan sampai kehilangan dirimu.
Foto : m.fimela.com
Mantabb Mon!!! Bener banget. Kalau dari sudut pandangku. Aku adl pribadi yg seperti ini,, tapi aku skrg belajar bahwa kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang. Welcome, respek, &open mind adl hal wajib yg hrs aku lakukan disaat aku ingin orang lain lbh mengenalku. Klk orang lain blm bisa open mind sm aku its no problem, semua butuh waktu&rasa kepercayaan. Tp klk berjalannya waktu orang lain tetap *Tidak Welcome&Respek* ya sudah aku perlahan mundur, bkn krn aku menyerah tp krn aku sudah berusaha semampuku tp usahaku tdk dimaknai scr baik. Tanpa adanya welcome&respek sampai kapanpun orang lain akan memandangku sebelah… Read more »
[…] Baca Juga: Menjadi Seutuhnya di Tengah Pandemi Covid-19 […]
[…] Baca juga: Menjadi Seutuhnya Di Tengah Pandemi Covid-19 […]