Surat dari Adonara – Mei 2019

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Teruntuk Perempuan Adonara – Mahasiswi -,  di perantauan.

Ina.

Apakah benar, bahwa percuma sekolah tinggi, toh akhirnya hanya pulang kedapur juga? Ada juga yang berkata “ Buat apa sekolah tinggi, toh Susi Pujiastuti hanya lulusan SMP saja bisa jadi menteri.” Benarkah demikian?

Ina.

Budaya kita Adonara adalah patriakis. Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa figur Perempuan selalu mendapat tempat istimewa. Pertama, Orang Adonara dan Lamaholot umumya menyebut Ujud Tertinggi, dengan sebutan Rera Wuan Tanah Ekan. Rera Wulan Tanah Ekan sebagai Ujud Tertinggi seringkali disebut Ama Rera Wulan – Ina Tanah Ekan. Figur Ama Rera Wulan adalah symbol dari Penguasa Alam Semesta. Rera Wulan adalah simbol sumber tenaga. Sedangkan Figur Ina Tanah Ekan adalah simbol dari Pemelihara. Tanah Ekan adalah symbol dari sumber yang mensejahterakan.

Kedua, ungkapan Ina Tanah Ekan; Ina sebagai symbol Pemerlihara dari sumber-sumber yang mensejahterakan (Tanah Ekan) bisa dilihat dari berbagai ritual dalam siklus kehidupan orang Adonara pada umumnya. Mulai dari ritual kelahiran seseorang hinggga kematiannya. Ritual Gae Wata : pada kelahiran seorang anak melibatkan saudari perempuan ayah anak tersebut. Ritual ini sebagai symbol bahwa bayi yang baru lahir tersebut akan tercukupi sandangnya. Ritual yang melambangkan kesejahteraan seseorang seumur hidupnya.

Bukti lainnya adalah bahwa perempuan  adalah penjaga dari poros daya kekuatan kosmik sebuah keluarga. Padre Yosep Muda dalam bukunya Ata Lama Holot menulis bahwa “ Rie Hikun Liman Wanan adalah sebuah ‘Tiang Simbolik’, yang adalah pusat dan sumber kekuatan.” Kekuatan “yang menyanggah” sebuah keluarga. Tiang Simbolik ini adalah lambang dari kehadiran sebuah kekuatan yang menjamin kokohnya sebuah pembangunan hidup fisik maupun spiritual sebuah keluarga. (Ata Lama Holot dalam Sorotan Budaya Dunia; hal 95 – 96). Benar adanya bahwa dalam setiap ritual adat, yang menjaga makanan di Rie Hikun Liman Wanan adalah perempuan.

Juga demikian halnya ketika seseorang sampai pada ujung siklus hidupnya. Ohon Hebo – Bailake; ritual kematian seorang Ata Diken Adonara adalah juga melibatkan perempuan. Dilapangkannya perjalanan menuju Koda Kewokot – alam kehidupan sebenarnya -,  dari seorang laki-laki Adonara pada saat kematiannya yang disimbolkan oleh ritual Ohon Hebo ini adalah tanggung jawab dari keluarga ibu yang meninggal.

Ketiga, Perempuan dalam tradisi Lamaholot dan Adonara pada khususnya adalah pribadi yang sacral. Sakral Jiwa dan Raganya. Tidak berlebihan jika banyak orang mengatakan bahwa damai dan perang di Adonara ditentukan oleh Perempuan dan Tanah. Perempuan dan Tanah adalah lambang dari kehormatan dan harga diri orang Adonara.

Setiap laki-laki Adonara pasti pernah mendengar petuah “ Ina Wae ne gerara-gerara, ake open aka, ake tubi gumit.” Ina wae bukan saja geraran.   Gerara – gerara itu mengandung makna lebih dari sekedar geraran. Dan karma yang mengikutinya pun bukan main-main dampaknya. Tentu karma yang mengikuti gerara-gerara berlaku untuk perempuan manapun di belahan bumi manapun.

Konsekueni lain dari gerara – gerara ini adalah mas kawin berupa gading gajah. Gading gajah sebagai mas kawin atau belis tidak bisa ditimbang berdasarkan nilai komersialnya. Gading gajah adalah perlambang dari kekuatan-kekuatan kosmik sekaligus suci dan keramat. Dalam masyarakat agraris, gajah adalah symbol dari kesejahteraan. Dewa Ganseha dalam tradisi Hindu adalah raja dari lahan pertanian dan hasil panen. (Ata Lama Holot dalam Sorotan Budaya Dunia; hal 82 – 84).  Bala – Gading gajah –  yang bernilai spiritual yang digunakan sebagai belis atau mas kawin seorang perempuan Adonara adalah bukti bahwa orang Adonara mengamini bahwa seorang perempuan Adonara adalah pribadi yang sacral dan suci.

Keempat; “Perempuan, istri atau ibu, adalah ciptaan khusus Tuhan untuk menjaga tenaga kehidupan agar tetap lestari” demikian tulis Padre Yosep Muda (Ata Lama Holot dalam Sorotan Budaya Dunia; hal 83). Tidak kita sadari bahwa pusat kehidupan ekonomi dan kesejahteraan orang Adonara adalah pada perempuan. Perempuan Adonara kebanyakan bangun lebih pagi untuk titi jagung; menyiapkan sarapan seisi rumah. Kemudian berangkat bersama suaminya ke kebun. Ketika sang suami masih berdendang ria di atas pohon lontar mengiris tuak, istri sudah mandi keringat mengolah tanah kebun. Ketika suami baru mulai mengambil pacul, istri sudah harus berbenah kembali ke pondok menyiapkan makan siang. Setelah makan siang, suami tidur kekenyangan sedangkan istri sudah kembali lagi ke kebun. Menjelang sore suami kembali lagi mengiris tuak sambil berdendang, sementara istri menyiapkan makan malam seisi rumah untuk dibawa pulang. Ternyata seorang Perempuan Adonara adalah pekerja keras, melebihi seorang suami.

Hal ini adalah bukti bahwa energy kehidupan dalam diri seorang perempuan adalah sangat besar. Tuhan rupanya menyadari kelemahan manusia laki – laki ciptaannya yang pertama, sehingga Tuhan kemudian menciptakan seorang penolong baginya.

Ina

Hari ini banyak orang berkata bahwa perempuan lebih mahir mengendarai motor dari pada menenun. Apalagi titi jagung. Kenyataan lainnya adalah ratusan Perempuan Adonara setiap tahun memilih sekolah lebih tinggi di luar Adonara. Apakah salah jika seorang Perempuan Adonara memiliki pendidikan lebih tinggi?

Ina.

Sekolah tinggi adalah tuntutan zaman. Dimana tantangan hidup zaman sekarang dan kedepan tidak lagi ringan. Lantas apa hubungannya dengan figur istimewa, sacral dan suci dalam pribadi seorang perempuan Adonara?

Ina.

Bukan lagi rahasia, jika banyak dari mahasiswi Adonara di perantauan yang lupa akan harkat dan martabat, kehormatan dirinya. Ada pepatah yang mengatakan “beda zaman berarti beda alasan”. Tapi apakah benar bahwa kehidupan serba bebas mahasiswi Adonara di perantauan hari ini karena zaman yang sudah berubah? Banyak orang suka berdalih membenarkan kebiasaan. Sudah biasa katanya, jika hidup satu kos dengan laki – laki sesama mahasiswa tanpa ikatan perkawinan. Menganggap wajar kebiasaan ini.

Ina.

Kehidupan serba bebas yang dijalani oleh seorang perempuan membawa konsekuensi paling mungkin adalah kehamilan. Kehamilan yag tanpa persiapan ini membahwa dampak yang tidak baik, fisik maupun jiwa bagi ibu dan bayi dalam kandungannya. Liputan6.com pada 10 September 2013 menguraikan dengan panjang resiko kehamilan sebelum usia 21 tahun. Resiko-resiko ini antara lain: Pendarahan pada usia kehamilan tua diakibatkan oleh belum matangnya organ reproduksi ibu. Hal ini ditandai dengan lepasnya plasenta sebelum waktunya. Ini sangat beresiko mengancam jiwa ibu dan bayi. Kemudian; pendarahan pada saat persalinan karena belum elastisnya otot-otot dasar panggul. Kehamilan usia remaja juga beresiko keguguran diakibatkan oleh belum sempurnanya kualitas sel telur yang diproduksi.

Tidak hanya gangguan fisik. Kecemasan dan Depresi karena hamil tanpa rencana dan diluar nikah, apalagi jika ayah si jabang bayi sama-sama belum siap, bisa sangat mengganggu kesehatan mental ibu terutama mengganggu tumbuh kembang anak yang dikandungnya.

Ina.

Bukan hanya soal kehamilan tidak direncanakan. Kebebasan yang dijalani oleh seorang perempuan bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit. Terutama penyakit menular seksual. Selain HIV, perempuan yang melakukan aktivitas seks secara aktif sebelum kematangan organ reproduksinya – laman bidanku.com menulis  kematangan reproduksi perempuan adalah pada usia 21 tahun dan puncaknya pada usia 24 tahun – sangat beresiko terinveksi Human Papillomavirus – HPV.  Detik.com, 20 Februari 2019, menulis bahwa ada lebih dari 100 jenis HPV. HPV adalah penyebab kanker serviks yang merupakan pembunuh perempuan nomor dua setelah kanker payudara di Indonesia.

Ina.

Sekolah lebih tinggi adalah tuntutan zaman. Ini merupakan keharusan saat ini. Sama seperti keharusan untuk tetap mempertahankan harkat dan martabat diri dimanapun berada. Bukan hanya semata-mata alasan kesehatan. Lebih dari itu, menjaga harkat dan martabat sebagai Perempuan Adonara adalah keharusan nilai kultural. Dan keharusan kultural pasti melampau batasan-batasan zaman.

Mahasiswa dan Mahasiswi, orang Adonara di manapun dia berada adalah kelompok masyarakat yang diyakini secara intelektual memiliki pemahaman dan pikiran yang lebih matang dari kelompok masyarakat lainnya. Menjaga warisan kultur adalah menjaga identitas. Menjaga akar dirinya. Setiap orang Adonara yakin bahwa kuat kemuha tanah Adonara terletak pada bagaimana menjaga harkat dan martabat perempuan.

Setiap laki – laki Adonara setujuh bahwa “ata bine ana, ne gerara-gerara, ake open aka, ake tubi gumit.” Demikian juga setiap Perempuan Adonara menyadari betul bahwa “goe welik bala”. Dengan demikian laki-laki Adonara wajib hukumnya menjaga setiap perempuan. Dan setiap Perempuan Adonara wajib menjaga harkat dan martabat dirinya.

Ina.

Apakah begitu berat nasib seorang perempuan Adonara?

Anthony de Mello dalam “sejenak bijak” (hal 53) menulis demikian:

Nasib

Kepada wanita yang mengeluh tentang nasibnya, Sang Guru berkata, “Engkau sendiri yang membuat nasibmu.”

‘Namun tentu bukan aku yang bertanggung jawab dilahirkan sebagai wanita?”

“Dilahirkan sebagai wanita itu bukan nasib, itu takdir. Nasib itu caramu menerima jadi wanita dan mau menjadikannya apa.”

*Untuk Momy di Yogyakarta, dan Ave, Alin serta Abelita ketika dewasa kelak. (Foto:ekpektasia.com)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments