Nasehat untuk Anak Masihkah Diperlukan?

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Masa pandemi dimaknai berbeda  tiap orang. Sejak Juli 2020 diberlakukan PJJ (pembelajaran jarak jauh) bagi siswa, muncul berbagai persoalan belajar. Stress orang tua meningkat karena banyak tugas yang harus dikerjakan siswa yang meminta peran orang tua.

Anak meminta Hp, laptop, kuota untuk mengikuti pembelajaran secara online. Orang tua mencari uang tambahan agar dapat membelikan anaknya kuota. Muncul permsalaahan bagi anak yang orang tuanya tidak mampu memenuhi pembelian kuota.

Pemerintah mencarikan solusi dengan memberikan kuota belajar bagi siswa, mahasiswa bahkan untuk guru.

Perilaku siswa di masa pandemi mengalami perubahan. Keluhan orang tua, pola atau perilaku anak mengalami penurunan.

Hanya ada sebagian kecil yang meningkat dalam kualitas maupun kuantitasnya, itupun dalam bidang tertentu saja. Misalnya muncul kesenangan memasak di rumah dari yang sebelumnya kurang senang.

Situasi pandemi yang mengharuskan siswa belajar sendiri di rumah, berpengaruh pada sikap dan kebiasaan pembentukan kepribadian. Anak tidak segera mandi pagi dan menyiapkan diri untuk belajar.

Baca juga : Peran Tutor Sebaya Dalam Pembelajaran Pasca Pandemi

Kebiasaan tegur sapa mengalami perubahan karena tidak bertemu guru dan teman di sekolah. Pada saat mengerjakan tugas dan ujian, anak-anak mengerjakan bersama teman-teman.

Anak yang belum paham tidak mencari tahu tetapi mengabaikan tugas dengan alasan tidak bisa mengerjakan karena tidak mengerti.

Jadi tak heran jika banyak kita temui terjadinya perilaku-perilaku menyimpang pada anak-anak. Namun demikian, ‘Penyimpangan’ yang terjadi akibat efek  buruk dari pengaruh lingkungan. Nilia-nilai kultur yang dihasilkan dari suatu lingkungan pasti berpengaruh bagi perkembangan anak.

Seorang teman bercerita pada saya, secara diam-diam anaknya yang kelas 6 SD telah menggunakan vape (rokok elektrik). Sebelumnya tidak pernah muncul gejala maupun perilaku aneh yang membuat orang tua curiga.

Pertanyaan teman saya mengapa anak yang di rumah nampak baik tetapi di luar rumah nge-vape bersama teman-teman? Ada banyak dugaan mengapa anak-anak nge-vape bersama teman-teman. Ada kemungkinan anak mengalami:

  • Kurang kasih sayang orang tua, bahkan mungkin salah mewujudkan kasih sayang dengan cara membiarkan anak menggunakan uang dan waktu luang semaunya.
  • Kurangnya pengawasan dari orang tua, yang disebabkan oleh kesibukan orang tua mencari nafkah.
  • Pergaulan dengan teman yang mengarah pada perilaku ingin mencari yang kurang tepat.
  • Peran dari perkembangan IPTEK yang kurang disikapi secara positif oleh anak
  • Kurangnya bimbingan kepribadian dari orang tua dan guru yang menanamkan nilai-nilai untuk menjadi pribadi dengan konsep diri positif.

Baca juga : Pendidikan Berkualitas Melalui Pemanfaatan IT

  • Kurangnya penerapan nilai-nilai agama dari orang tua di rumah.
  • Kurangnya media penyaluran bakat, minat dan hoby anak karena orang tua belum melakukan dialog untuk memahami pribadi anak-anak
  • Kebebasan yang berlebihan yang dimaknai anak boleh melakukan apa saja tanpa pertimbangan baik buruknya
  • Masalah yang dipendam dan mencari cara untuk melampiaskannya.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana solusi mengatasi permasalahan anak yang sudah nge-vape di usia yang masih tergolong sangat muda?

  1. Sedapat mungkin orang tua memberikan contoh, keteladanan mengenai nilai-nilai yang diutamakan di keluarga. Misalnya cara hidup sehat tanpa rokok, menerapkan nilai-nilai agama di rumah.
  2. Biasakan berdialog dengan anak-anak mengenai minat, kesukaan dan cara melakukan hobby yang bermanfaat.
  3. Sedapat mungkin adakan kegiatan makan bersama di rumah dan biasakan anak-anak bersikap terbuka mengenai pandangan maupun ide-idenya.
  4. Berikan anak kebebasan dan arahan mengenai berbagai kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukannya
  5. Nasehati anak. Anak-anak butuh nasehat dan cerita pengalaman orang tua di msa lalu yang dikemas secara sederhana tetapi mengandung banyak pesan moral.

Mengapa anak saya nge-vape? Karena anak tidak mempunyai kegiatan yang dimaknai bernilai bagi dirinya.

Anak-anak yang memiliki kesadaran pentingnya menjaga kesehatan dan pentingnya melakukan kegiatan positif, mengelola uang secara bertanggung jawab tentu tidak ingin nge-vape bersama teman-temannya.

Bagaimana jika sudah terlanjur? Apakah nasehat masih mempan? Nasehat akan efektif jika orang tua menunjukkan teladan dan konsisten dengan yang dinasehatinya pada anak. Jadi, pilih mana, nasehat atau keteladanan?

Penulis adalah KepalaSMKN 3 Kota Bengkulu

Foto:fimela.com

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga : Nasehat Untuk Anak Masihkah Diperlukan? […]