Depoedu.com-Selain faktor genetik, faktor lingkungan ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak. Yang termasuk dalam faktor lingkungan, misalnya asupan makanan, informasi dan pengetahuan yang diperoleh anak melalui interaksi anak dengan orang lain.
Selain itu, yang termasuk faktor lingkungan adalah kegiatan yang dilakukan oleh anak seperti olahraga, membaca dan storytelling dari anak, sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan seorang anak. Menurut studi terbaru, kegiatan tersebut sangat membantu perkembangan kecerdasan otak anak.
Studi tersebut dilakukan oleh para ahli syaraf dari Universitas Easteren Finlandia. Tim ini menghabiskan waktu dua tahun untuk mempelajari 504 anak berusia 6 hingga 9 tahun dalam sebuah study peer-review yang baru-baru ini diterbitkan.
Tim tersebut menyimpulkan bahwa, anak-anak yang menghabiskan waktu lebih banyak dengan aktivtas membaca, storytelling dan terlibat dalam kegiatan olahraga secara rutin, lebih cerdas, lebih trampil berpikir dibandingkan dengan anak yang tidak rutin melakukan tiga aktivitas tersebut.
Baca juga : Lagi; Guru Kampung Mengibar Prestasi Ke Tingkat Nasional
Tim peneliti tersebut menggambarkan bahwa, anak-anak yang rutin membaca dan storytelling di usia 6 hingga 9 tahun yang mereka teliti adalah anak-anak yang rutin dibacakan buku cerita oleh orang tua mereka sejak mereka masih di usia bayi dan mereka sangat dekat dengan orang tua mereka.
Tim tersebut juga menggambarkan kelompok yang fokus pada aktivitas lain seperti aktivitas dengan komputer tanpa pengawasan, memainkan permainan secara bebas, tidak terstruktur, cenderung menunjukkan perkembangan keterampilan berpikir yang lebih lambat.
Selain, membaca, storytelling dan kegiatan olah raga rutin, tim peneliti ini juga menemukan bahwa, anak-anak dengan perkembangan otak baik, oleh orang tua mereka, juga diberi asupan makanan sehat melalui pola makan yang baik.
Tim peneliti dari Universitas Easteren Finlandia, juga menyimpulkan bahwa selain mengalami perkembangan kecerdasan otak lebih baik, kelompok anak-anak yang melakukan kegiatan olah raga rutin, membaca, storytelling dan konsumsi makanan sehat, memiliki rasa percaya diri lebih baik.
Baca juga : Ganjar Pranowo Wacanakan Gaji Guru 30 Juta, Ini Tanggapan Para Pengamat
Mereka juga menyimpulkan bahwa, selain rasa percaya diri yang lebih tinggi, kelompok anak-anak tersebut juga memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah, dibandingkan dengan kelompok anak-anak yang lain.
Termuan seperti ini hendaknya menjadi perhatian orang tua dan para pengelola pendidikan untuk memperbaiki pendekatan pendidikan dan kualitas pendidikan. Meskipun kegiatan literasi didorong, tetapi aktivitas membaca murid tidak maju-maju. Jarang ada orang tua yang membacakan cerita untuk anak sebelum anak tidur.
Selain itu, muatan kegiatan olah raga dalam kurikulum sekolah kita pun masih kurang banyak, seminggu hanya 2 jam pelajaran. Itupun tidak dikelola dengan baik. Padahal sumbangannya untuk pertumbuhan kecerdasan anak sangat baik.
Di negara seperti Cina, jam olah raga ada setiap hari adalah kurikulum sekolah mereka. Setiap hari anak berolah raga sebelum memulai proses belajar mengajar di kelas. Orientasi pengelolaan sekolah kita memang belum berdasarkan kebutuhan pertumbuhan anak.
Foto: Republika