Depoedu.com-KementerianPendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, melalui pangkalan data pendidikan tinggi, merilis data jurusan dengan jumlah mahasiswa drop out tertinggi di seluruh Indonesia.
Dalam rilis tersebut terdata, angka kasus mahasiswa drop out di Indonesia sebesar 7% atau sebanyak 602.208 dari total jumlah mahasiswa sebanyak 8.483.213 mahasiswa terdaftar pada tahun 2019.
“Presentase angka drop out di Indonesia tahun 2019 sebesar 7% (602.208) dari total mahasiswa terdaftar (8.483.213)” tulis PDDikti dalam publikasinya seperti dilansir pada laman detik.com
Angka ini sudah mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun sebelumnya yakni sebesar 8%. Daerah penyumbang angka drop out tertinggi adalah pada provinsi Sulawesi Utara.
Angka drop out adalah mahasiswa yang mengalami putus kuliah di kampusnya. Kondisi yang disebut drop out mencakup mahasiswa yang dikeluarkan karena tidak lagi memenui persyaratan, putus kuliah atau mahasiswa memutuskan untuk mengundurkan diri.
Baca Juga : Dua Agenda Penting Untuk Mendidik Anak Muda Menjadi Pemimpin Masa Depan
Pada rilis tersebut terlihat bahwa, angka drop out paling rentan terjadi di perguruan tinggi swasta dengan prosentase sebesar 0,11%. Sisanya disumbang oleh perguruan tinggi negeri sebesar 0,03% dan perguruan tinggi kedinasan sebesar 0,02%/
Dari rilis tersebut juga dibaca bahwa program studi penyumbang mahasiswa drop out terbesar adalah program studi manajemen retail. Jumlah rasionya mencapai 14.26 dengan perbandingan 14 mahasiswa terdaftar, ada 1 mahasiswa yang kemudian drop out.
Selain program studi menjemen retail , 4 program studi lain penyumbang angka drop out tertinggi adalah komputer multimedia sebesar 14.26, teknologi kimia industri sebesar 3.80, pendidikan guru SD 3.02, dan Ilmu Pendidikan teologi sebesar 2.04 persen.
Penyebab drop out
Dari data yang dihimpun oleh Depoedu.com, kurang lebih ada 5 penyebab drop out di perguruan tinggi. Pertama, mahasiswa drop out karena salah memilih jurusna. Setelah menjalani kuliah, baru sadar kalau kuliah yang dijalani tidak sesuai dengan minat dan bakat. Bisa terjadi pada saat memilih jurusan ikutan teman. Idak tau gambaran terkait jurusan yang dipilih.
Kedua, salah memilih kampus. Diantaranya karena pada saat mendaftar, citra yang dipublikasikan tidak sesuai dengan kenyataannya. Kampus tidak punyai banyak kegiatn yang diselenggarakan. Proses belajar mengajar tidak dikelola dengan baik, banyak dosen membolos kuliah dan lingkungan pergaulan antar mahasiswa tidak kondusif.
Ketiga, tidak punya motivasi belajar. Biasanya terjadi karena mahasiswa tidak mempunyai rencana dan tujuan hidup. Situasi ini berdampak pada cara belajar. Banyak tugas ditunda, tidak dikerjakan di awal. Tugas tertumpuk, kemudian proses belajar menjadi sangat membebani.
Baca Juga : Enam Peringkat Universitas Di Indonesia Menurut QS WUR Yang Lulusannya Paling Cepat Bekerja Setelah Yudisium
Jika tugas-tugas itu tidak segera diselesaikan, ini menyebabkan demotivasi pada mahasiswa. Indeks prsestasi diakhir semester tidak naik-naik akhirnya menyebabkan mahasiwa tidak memenihi persyaratan untuk melanjutkan kuliah. Ini bisa terjadi sebagai akibat komplikasi masalah dengan dua sebab sebelumnya.
Keempat, jauh dari keluarga. Ini maasalah kemandirian sang mahasiswa. Hingga SMA anak tidak dibiasakan untuk menghadapi masalah sendiri. Ketika jauh dari rumah, orang tua tidak lagi mambantu dan mengontrol, mahasiswa tidak dapat melakukan sendiri karena tidak terbiasa.
Kelima, tuntutan finansial. Tidak hanya terkait biaya studi tapi juga biaya hidup ketika jauh dari orang tua. Harusnya tidak lagi menjadi masalah jika mahasiswa mau bekerja lebih keras, berusaha mencari jalan.
Jika ini dilakukan, pasti ada jalan keluar karena saat ini tersedia banyak beasiswa baik dari pemerintah maupun dari swasta. Mencari kerja paruh waktu pun dapat dilakukan.
Mencegah mahasiswa drop out
Faktor paling besar penyebab drop out adalah salah memilih jurusan. Ini mengakar pada pendampingan pemilihan jurusan baik di SMA maupun oleh orang tua. Banyak terjadi anak tidak dapat mengakses informasi yang ia butuhkan untuk memilih jurusan secara benar.
Baca Juga : Lima Universitas Swasta Termahal Di Indonesia Dan Aneka Fasilitas Yang Disediakan
Sehingga, banyak anak asal asalan memilih jurusan atau memilih karena temannya memilih program studi tersebut. Ini harus dibenahi di SMA. Guru bimbingan dan konseling harus membantu anak mengenal bakat dan minat anak.
Setelah itu, membuka akses informasi bagi anak, untuk mengenal program studi yang sesuai dan memilih program yang sesuai.
Praktek salah memilih jurusan lain, juga berasal dari orang tua. Banyak orang tua mendiktekan pilihannya pada anak. Padahal jurusan tersebut tidak sesuai dengan minat anak. Praktek seperti ini harus dihentikan untuk mencegah anak drop out di tengah jalan.
Upaya pencegahan lain juga diharapkan berasal dari praktek pendampingan di perguruan tinggi. Meskipun mahasiswa harusnya mandiri namun fungsi pendampingan harus dipastikan berjalan di perguruan tinggi oleh pimpinan perguruan tinggi.
Praktek pendampingan tersebut terutama diperlakukan bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar diawal entah karena masalah kemandirian, masalah motivasi ataupun masalah biaya.
Ini sangat diperlukan terutama di perguruan tinggi swasta. Terutama karena mahasiswa membayar cukup mahal. Jangan sampai mahasiswa membayar cukup mahal tapi mereka tidak memperoleh apa yang harusnya mereka peroleh karena fungsi pendampingan tidak berjalan.
Foto:akupintar.id
[…] Baca Juga : Tingkat Drop Out Mahasiswa Tinggi Pada Lima Program Studi Ini. Apa Upaya Untuk Mencegahnya? […]
[…] Baca Juga: Tingkat Drop Out Mahasiswa Tinggi Pada Lima Program Studi Ini. Apa Upaya Untuk Mencegahnya? […]