Depoedu.com – Bullying adalah perilaku agresif disengaja yang menggunakan ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan. Bullying beda dengan berkonflik. Konflik melibatkan antagonisme antara dua orang atau lebih.
Setiap dua orang dapat memiliki konflik, perselisihan, atau perkelahian tetapi bullying hanya terjadi di mana ada ketidakseimbangan kekuatan. Seseorang yang melakukan bullying dapat melakukan hal seperti: memukul, menendang, mendorong, meludah, mengejek, menggoda, penghinaan rasial, pelecehan verbal, dan mengancam.
Menurut ahli lain Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan yang dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya.
Bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psikologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang yang dilakukan secara berulang dan terus menerus.
Baca Juga : Jika Buah Hati Mengalami Cyber Bullying, Bagaimana Membantunya?
Umumnya, anak pelaku bullying dituding sebagai anak yang kejam, tidak ramah, dan kurang dalam keterampilan sosial atau kurang pergaulan. Pencegahan bullying oleh anak pun dilakukan dengan cara yang terintegrasi dan memerlukan dukungan banyak pihak, termasuk keluarga dan sekolah.
Secara teori, dahulu peneliti percaya bahwa anak pelaku bullying memiliki kemampuan sosial yang buruk dan harga diri yang rendah sehingga tidak memiliki teman, atau mereka pernah menjadi korban bullying.
Namun, ciri-ciri tersebut tidak sepenuhnya berlaku. Jika disebabkan medsos dan game, apakah cara mencegah bullying bisa diterapkan?
Orangtua berperan mencegah dan memutus rantai bullying melalui pendidikan parenting. Keluarga dan sekolah memegang peran penting dalam pencegahan bullying oleh anak.
Kementeriannya pendidikan dalam salah satu kajian untuk mencegah bullying dengan mengajak siswa yang berpengaruh di masing-masing kelas untuk terlibat aksi pencegahan bullying.
Menteri Pendidikan Nadim sedang menyiapkan program untuk membasmi perundungan, intoleransi dan, kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Ia menggambarkan, dalam kebijakannya nanti, strateginya adalah dengan merangkul siswa yang punya pengaruh di sekolah untuk menjadi garda pelindung kawan-kawannya yang dirundung.
Baca Juga : Empat Cara Mengatasi Bullying Sejak Dini
Menurut dia, cara itu bisa kadi kunci penanganan kasus perundungan. Sebab, Nadiem melanjutkan, intervensi perkara perundungan dari orang dewasa justru tak akan ada artinya jika budaya di kalangan siswa tidak diubah.
“Kita harus bikin gerakan, dimana anak-anak yang populer, influencer di dalam kelas menjadi guardian bullying. Dia yang diberikan tanggung jawab dan influence untuk melindungi rekan-rekan kelas dia yang jadi victim bullying,” jelas dia lagi.
Kendati akan memfokuskan perubahan budaya di kalangan siswa, ia juga mengakui pencegahan bullying ini pun tak bisa lepas dari peran kepala sekolah, guru serta orang tua. Melihat hal tersebut, sudah saatnya sekolah berdasarkan penjelasan menteri mengambil langkah tegas untuk menciptakan suasana yang positif dan aman untuk siswa dalam menuntut ilmu.
Apalagi semua yang terjadi dalam kehidupan anak di masa-masa sekolahnya akan berdampak pada pembentukan karakternya di masa depan. Terlebih karena suksesnya siswa tidak hanya dilihat dari prestasi akademik yang dicapai tetapi juga dari kemampuannya untuk bisa mengatur emosi dan menebarkan nilai-nilai kebaikan untuk lingkungan di sekitarnya.
Oleh karena itu semua anggota di sekolah juga harus teredukasi dengan dampak negatif yang akan diterima oleh korban maupun pelaku bullying itu sendiri. Lantas, apa yang bisa dilakukan sekolah untuk mencegah bullying?
Pertama mengidentifikasi siswa yang berpotensi terkena bullying sebelum tahun ajaran baru dimulai, guru hendaknya mulai mengenali dan membagikan fokus pada siswa yang rentan atau berpotensi terkena bullying. Anak berkebutuhan khusus, anak yang penyendiri, agresif, depresi, dan sebagainya.
Baca Juga : Pandangan Seorang Pelajar Terhadap Kasus Bully Rizal
Kebanyakan anak-anak sekolah belum sepenuhnya mengerti tentang perbedaan. Sehingga jika di kelas ada yang berperilaku yang berbeda dari biasanya, tindakan bullying dan keributan akan mungkin terjadi.
Dengan mendeteksi karakteristik siswa sejak awal maka akan memudahkan guru untuk menentukan kebutuhan siswa, teknik pengajaran yang tepat, dan suasana belajar yang baik dapat menjadi usaha dalam mencegah tindakan bullying di sekolah.
Lebih dalam sekolah harus memiliki profesional dalam bidang kesehatan mental Tenaga profesional seperti psikolog dan konselor sekolah yang terlatih memang belum merata di sekolah-sekolah di Indonesia.
Padahal mereka dapat membantu guru mengidentifikasi siswa yang berisiko mengalami kekerasan di sekolah dan mendidik guru dan siswa untuk memahami tanda-tanda awal dari bullying. Para profesional dapat mengamati siswa setiap hari di kelas mereka, saat waktu istirahat dan ruang untuk memantau status emosionalnya.
Para profesional pun dapat melakukan pendekatan kepada siswa, mengumpulkan informasi dan membantu mereka jika teradapat hambatan dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentu menjadi pekerjaan bersama guru, sekolah dan orang tua.
Foto : nasional.republika.co.id