Depoedu.com – Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku menyakiti dalam bentuk fisik, verbal, atau emosional/psikologis secara berulang-ulang, dengan tujuan membuat korban menderita. Tindakan bully dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang lebih lemah fisik ataupun mental tanpa ada perlawanan.
Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu “bull” yang berarti banteng. Secara etimologi kata “bully” berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut “menyakat” yang artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain.
Perundungan atau akrab dikenal bullying masih banyak ditemukan di Indonesia. Bullying bisa terjadi seperti bullying verbal hingga non-verbal. Bullying dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Namun bullying memang paling sering terjadi pada anak-anak.
Baca Juga: Mendampingi Anak Menghadapi Pengalaman Bully
Menurut data KPAI pada tahun 2019, kasus bullying dan kekerasan fisik masih menjadi kasus yang mendominasi pada bidang pendidikan. Kasus yang tercatat bukan hanya kasus siswa yang tercatat mem-bully siswa lain, tapi juga termasuk kasus siswa yang melakukan bullying terhadap guru di sekolah.
Kasus yang tercatat mungkin hanya sebagian kecil saja, karena masih banyak sekali pihak yang kurang mengerti atau bahkan tidak peduli terhadap isu bullying.
Anak yang menjadi korban bullying akan mulai menjadi kritis. Dalam dirinya akan muncul keinginan kuat untuk memahami mengapa dirinya menjadi sasaran, dan menyalahkan diri sendiri. Sebagai hasilnya, anak tersebut akan mengubah ‘keunikan’ yang dimilikinya untuk menghindari bully dari orang lain terhadapnya.
Data menunjukkan bahwa anak yang melakukan bullying cenderung mengalami stres atau trauma dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Mereka melampiaskan rasa stres dengan cara yang berbeda-beda.
Baca Juga: Kasus Perundungan di Pontianak, Mendesak Pengembangan Literasi Digital
Ada 4 resep untuk mengatasi bullying di sekolah. Pertama, buktikan kalau kita lebih hebat dari mereka. Setiap manusia pasti mempunyai sisi lemah. Tetapi, di mata pem-bully, korban/sasarannya lah yang lemah. Sesungguhnya, jika kita memiliki kelebihan, kita bisa membuktikan kalau kita lebih hebat daripada mereka.
Misalnya, pintar Matematika, jago bulutangkis, dan lain-lain. Dengan begitu, mereka akan sadar kalau mereka sesungguhnya mempunyai kelemahan.
Kedua, usaha bangkit dari diri sendiri. Jika kita ingin bebas dari bullying, semuanya dimulai dari diri sendiri. Mengapa? Sebab jika kita tidak mencari cara untuk bangkit dari bullying tersebut, kita akan terus dikekang oleh orang yang menyakiti kita. Jika kita tidak bisa meakukannya, siapa lagi yang ingin menolong kita?
Ada benarnya juga, jika kita ingin bebas dari bullying, kita perlu seorang teman. Tetapi, lebih baik kita bangkit dari bullying dengan inisiatif diri sendiri.
Ketiga, jangan menyalahkan diri sendiri. Banyak korban bullying yang cenderung menyalahkan diri sendiri. Para korban yang tidak mendapatkan dukungan dari orang lain baik itu keluarga maupun teman dekatnya akan berpikiran untuk menyalahkan dirinya sendiri.
Jika kamu juga pernah menjadi korban bullying, janganlah berpikiran negatif terhadap dirimu. Buang jauh-jauh sikap pesimis dan merasa seperti orang yang tidak berguna. Sebab hal tersebut yang diinginkan oleh para pem-bullly untuk menjatuhkan rasa percaya diri dan harga diri yang kamu punya.
Keempat, tunjukkan sikap tegas. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bullying terjadi karena sikap korban yang terlalu mengalah. Selain itu, korban tidak ingin melawan karena takut, merasa lemah, dan berbagai pikiran negatif lainnya. Ini membuat si pem-bully menjadi lebih jumawa.
Maka dari itu, perlu adanya sikap yang lebih berani dari korban itu sendiri. Minimal harus lebih tegas saat dia di-bully. Hal tersebut menunjukkan sikap yang berani. Itu cukup untuk membuat para pem-bully sedikit mundur untuk mem-bully kembali. (Foto: kumparan.com)
[…] Baca Juga: Empat cara Mengatasi Bullying sejak Dini […]