Depoedu.com – Semua orang pasti pernah gagal, juga orang sukses seperti para milyarder. Ada perbedaan yang signifikan antara para milyarder dengan orang kebanyakan, dalam cara memandang kegagalan. Menurut para ahli manajemen, cara memandang kegagalan inilah yang kemudian menjadi salah satu kunci sukses mereka.
Artikel ini membahas bagaimana para milyarder seperti Bill Gates, Steve Jobs, Mark Cuban dan Mark Zuckerberg memandang kegagalan seperti berikut ini. Kami merangkumnya dari KONTAN.co.id, Forbes dan VOI.id.
Bill Gates
Sebagai pebisnis, Bill Gates pernah mengalami kegagalan bersama partnernya Paul Allen, ketika merintis usaha bersama bernama Traf-O-Data. Traf-O-Data adalah bisnis pertama Bill Gates yang menyediakan statistik lalu lintas.
Karena kegagalan tersebut, mereka mengalami kerugian sekitar $USD 3.494 atau senilai 53 juta rupiah. Setelah itu, beberapa kegagalan berikut pun dialami. Namun, kegagalan ini memberi Bill Gates pelajaran berharga yang berperan dalam kesuksesan mendirikan Microsoft.
Baca Juga : Bila Tidak Ada Lakeside School, Maka Tidak Ada Microsoft
Bagi Bill Gates, banyak pelajaran yang bisa diambil dari kegagalan. Dari kegagalan anda bisa tahu hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Kelak ketika menemukan masalah yang mirip, anda akan lebih siap menghadapi.
Oleh karena itu, ia memilih menerima kegagalan dari pada menyesali kegagalan. Bagi Gates, kegagalan adalah guru yang paling baik. Ia sangat setuju pendapat mitra terdekatnya yakni Paul Allen, bahwa setiap kegagalan mengandung benih kesuksesan berikutnya, jika kita mau belajar dari kegagalan tersebut.
Steve Jobs
Menurut Harvard Business, Steve Jobs adalah seorang inovator teknologi terhebat yang pernah ada. Pendapat ini wajar sebab Steve Jobs berhasil merevolusi enam industri yakni; industri komputer pribadi, industri film dan animasi, industri musik, industri ponsel, dan industri komputer tablet, serta industri peneribit digital.
Meskipun demikian ia pun dinilai membuat kekacauan, karena kesalahan dalam pengambilan keputusan yang berujung kegagalan. Namun, Steve Jobs memiliki cara pandang yang khas tentang kegagalan. Ia melihat kegagalan sebagai motivasi.
Ia menjadikan kegagalan sebagai pendorong untuk bertaruh pada saat mengambil keputusan besar. Steve Jobs mengubah ketakutan akan kegagalan seperti ketakutan menghadapi kematian dan ia akan sangat termotivasi setelahnya.
Baca Juga : Mengintip Kegilaan Bill Gates : Beli Buku Seharga Rp 440 Miliar
Dalam karirnya, salah satu keputusan beraninya adalah memproduksi Apple Lisa yang ternyata gagal total di pasar. Kegagalan ini memotivasinya untuk bertaruh sedemikian rupa untuk melahirkan produk baru yang lebih baik.
Ia meyakini bahwa dengan bertaruh untuk memproduksi produk baru yang lebih baik, maka publik akan melupakan kegagalan produk sebelumnya.
Keyakinan Steve Jobs ini terbukti benar. Produk Apple Lisa yang gagal total benar-benar dilupakan oleh publik, setelah Apple sukses besar di pasar, dengan produk baru seperti iPod, iPhone, iPad, dan MacBook.
Mark Cuban
Mark Cuban adalah seorang pebisnis sukses di bidang teknologi. Sebelum sukses mengantarkannya untuk menjadi milyarder dalam bidang teknologi, ia pernah mengalami tiga kali kegagalan.
Ia tiga kali dipecat dari pekerjaannya, lantaran ketika itu ia dinilai tidak cocok bekerja di bidang tersebut oleh atasannya. Namun demikian, ia terus mencoba untuk menemukan pekerjaan baru yang cocok baginya.
Proses hingga ia menemukan bidang teknologi sebagai bidang yang cocok, membuatnya berpendapat bahwa untuk menemukan karir yang cocok, orang harus terus mencoba, dan bahwa semua orang punya kelebihan masing-masing.
Baca Juga : Kebiasaan Unik Bill Gates, Elon Musk, Dan Zuckerberg Yang Inspiratif
Cuban yakin bahwa setiap manusia memiliki kelebihan masing-masing. Untuk menemukan yang cocok, orang harus terus mencoba, maka karir yang cocok akan ditemukan cepat atau lambat.
Untuk terus bertahan, orang harus yakin bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Oleh karena itu, jangan cepat menyerah saat mengalami kegagalan. Menurut Cuban, kegagalan justru harus memotivasi kita untuk terus memperbaiki diri.
Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg adalah pendiri Facebook, sebuah platform media sosial yang sangat populer di dunia. Saat ini Facebook digunakan oleh 1,5 milyar orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, saat ini, ia menjadi orang ketiga terkaya di dunia dengan jumlah kekayaan sebesar $USD 112 milyar atau sekitar 1.660 triliun rupiah.
Menurut Mark, banyak orang membatasi diri, tidak mengambil banyak resiko dalam hidup. Mengapa? Karena semakin berani mengambil resiko, semakin besar peluang menghadapi kegagalan. Orang-orang seperti ini, lalu memilih untuk tetap berada di zona nyaman.
Kata Ayah dua anak ini, dengan terus berada di zona nyaman justru membuat kita tidak berkembang. Kita hanya berjalan di tempat saja. Tidak mengalami dinamika hidup.
Dia bahkan berpendapat, dengan terus berada di zona nyaman, kita memang terhindar dari kegagalan. Namun menurut Mark, menghindari kegagalan adalah kegagalan itu sendiri.
Baca Juga : Kapan Vaksin Covid-19 Ditemukan Menurut Bill Gates?
Baginya sukses tidak datang seketika. Seringkali sukses adalah ujung dari hasil jatuh bangun. Oleh karena itu, orang sukses biasanya berani untuk mencoba hal baru, terbiasa dengan segala resiko, termasuk resiko mengalami kegagalan.
Siklus ini yang membentuk mereka menjadi pribadi yang siap menyongsong ide baru, pekerjaan baru, dan peluang baru. Bagi mereka, kegagalan merupakan proses dari kesuksesan itu sendiri.
Mereka menyambut kegagalan seperti menyambut kesuksesan. Menurut Mark, kegagalan membentuk pribadi mereka menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Foto : hackernoon.com