Depoedu.com- Bagi sekolah, pembelajaran daring bukan sebuah pilihan. Bagi sekolah proses belajar daring merupakan keharusan karena pandemi covid-19. Maka bagi sekolah masalahnya bukan siap atau tidak siap tetapi sekolah harus siap.
Oleh karena itu, ada sangat banyak masalah terkait dengan pembelajaran daring tersebut. Penanganan masalah ini tidak hanya menjadi ujian bagi sekolah, namun menjadi ujian bagi dunia pendidikan secara keseluruhan.
Di dalamnya ada sekolah, guru, murid, orang tua dan birokrasi pendidikan. Semua steakhholder ini diuji melalui proses ini. Apakah pembelajaran daring dapat terjadi secara efektif?
Setelah berjalan selama 3 bulan, kita menyambut baik inisiatif PSI Tangerang Selatan untuk mendorong evaluasi terhadap proses tersebut agar dunia pendidikan memperoleh umpan balik untuk memperbaiki.
Perbaikan adalah upaya yang harus dan mendesak karena kemungkinan besar proses belajar daring akan berlanjut mengingat kapan pandemic covid-19 berakhir, masih menjadi tanda tanya besar.
Evaluasi Pembelajaran Daring
Evaluasi secara sistematis dapat dilakukan dengan membongkar komponen-komponen yang membentuk pembelajaran daring. Siapa saja yang terlibat? Apa yang dibutuhkan dan apa saja hal yang dilakukan serta bagaimana efektivitas pembelajaran daring?
Baca Juga : Menuju Pembelajaran Daring yang Lebih Bermakna dan Esensial
Menurut hemat saya ada enam komponen
- Ketersediaan Teknologi
Pandemi covid-19 membuat kita sadar bahwa sekolah-sekolah kita sangat tidak siap secara teknologi. Ini masalah besar yang kita hadapi.
Hingga saat ini jarang kita temui sekolah yang memiliki account berbayar aplikasi seperti Google Suite apalagi account Google Suite Enterprise for Education. Atau belum banyak sekolah memiliki account Zoom Meeting berbayar.
Harusnya ketersediaan teknologi seperti ini menjadi concern sekolah pada jaman sekarang. Saya mengusulkan agar ketersediaan teknologi dimasukkan dalam 9 standar nasional pendidikan yang wajib menjadi perhatian para pengurus sekolah.
- Ketersediaan Jaringan
Meskipun sekolah memiliki teknologi berupa account aplikasi seperti Google Suite Enterprise for Education, namun tidaklah bermanfaat karena aplikasi hanya dapat bekerja jika tersedia jaringan internet secara memadai.
Dan ini bukan cuma tersedia di sekolah saja tetapi juga tersedia di rumah. Karena pembelajaran daring justru terjadi ketika guru dan murid sama-sama berada di rumah. Menurut hemat saya di banyak tempat ini menjadi kendala yang serius.
- Kompetensi Guru
Saat ini komposisi guru yang mengajar di sekolah terdiri dari guru yang lulus tahun 2000an kebawah dan guru yang lulus dari perguruan tinggi tahun 2010 keatas.
Guru yang lulus tahun 2010 keatas sejak dari perguruan tinggi, sudah familiar dengan komputer, internet dan teknologi terapan dalam pengajaran. Mungkin banyak dari mereka yang telah menggunakan teknologi belajar tersebut.
Baca Juga : Songsong New Normal , SMPN 2 Wulanggitang, Gelar Pelatihan Zoom Meeting
Mereka yang siap menjalani proses belajar mengajar daring. Sedangkan guru yang lulus tahun 2000an ke bawah harusnya secara sistematis disiapkan.
Dan kita ketahui bahwa persiapan tersebut tidak jalan sebagaimana mestinya. Inilah yang menyebabkan banyak guru stress dalam penyelenggaraan pembelajaran daring.
Harusnya pemerintah dan para pengelola sekolah lebih memprogram latihan secara terus menerus. Pelatihan yang terus menerus akan membantu guru menguasai teknologi pengajaran yang akan membantu guru beradaptasi ketika perubahan mendadak terjadi.
- Disiplin Murid
Dapat dikatakan bahwa disiplin murid adalah hasil dari bagaimana pendidikan karakter diselenggarakan oleh dunia pendidikan. Pembelajaran daring menjadi ujian tersendiri bagi pendidikan karakter.
Para ahli mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab penting keberhasilan pembelajaran daring adalah indepedensi dan disiplin murid. Dari kasus yang kita pantau pengajaran daring menjadi tidak efektif diantaranya disebabkan oleh murid tidak disiplin.
Meskipun ketidak disiplinan murid pun dapat disebabkan oleh karena protokol pembelajaran daring yang tidak jelas, namun dapat dikatakan bahwa murid tidak disiplin dapat merepresentasikan kegagalan pendidikan karakter kita.
Keberhasilan pendidikan karakter dapat dicek dari dua hal yakni dari hasilnya dan dari prosesnya. Dari hasilnya tadi sudah disampaikan bahwa banyak murid tidak disiplin selama dalam pembelajaran daring.
Baca Juga : Arah Baru Reformasi Pendidikan Kita; Catatan Pendidikan pada Hari Pendidikan Nasional
Dari segi proses, di hampir semua sekolah kita, pendidikan karakter berhenti pada domain kognitif, itupun domain tingkat rendah, seperit menghafal belum sampai pada pemahaman.
Padahal lingkaran belajar harusnya sampai pada pemahaman. Dengan pemahaman kita berharap murid kemudian meyakini. Dan keyakinan mendorong murid untuk melakukan.
Pendidikan karakter akan menjadi lebih utuh jika murid tidak hanya melakukan satu kali, tapi terus-menerus mengulang hingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang bertahan dalam semua situasi, itulah karakter.
Oleh karena itu pendidikan karakter tidak hanya berhenti pada pengajaran. Pengajaran masih harus dilengkapi dengan suasana yang kondusif, dimana murid terdorong untuk melakukan berulang-ulang, karena menyadari bahwa apa yang dilakukan penting bagi dirinya dan orang lain.
Sampai disini terlihat bahwa masih perlu dilakukan banyak pembenahan terkait pendidikan karakter kita. Pendidikan karakter kita masih berkutat pada lapisan yang paling dalam. Masih terkait upaya pemahaman. Masih ada empat lapisan berikut yang harus dibenahi.
Ini adalah salah satu masalah besar pendidikan kita
- Kemitraan Antara Orangtua dan Sekolah
Kemitraan antara orang tua dan sekolah sangat diperlukan dalam pembelajaran daring. Karena proses belajar murid pada pembelajaran daring terjadi di area rumah. Orang tua harus menyediakan fasilitas belajar yang diperlukan seperti internet dan peralatan belajar seperti komputer atau smartphone.
Baca Juga : Peluang bagi Dunia Pendidikan di Balik Krisis Covid-19
Disamping itu orang tua juga mau tidak mau membantu guru mengelola permasalahan seperti disiplin murid. Oleh karena itu, kemitraan antara orang tua dan sekolah menjadi hal yang penting.
Banyak kendala muncul ketika kemitraan tidak terjadi. Tandanya tidak terjadi sinergi antara sekolah dan orangtua. Salah satu indikatornya adalah banyak complain orang tua terkait pembelajaran daring tidak disampaikan pada sekolah namun ditulis di status media sosial.
Atau orang tua lebih nyaman menyampaikan complain tentang pengajaran guru ke KPAI daripada disampaikan langsung ke sekolah. Padahal jika masalahnya ada pada guru, akan lebih cepat tertangani jika komlain disampaikan pada sekolah. Menyampaikan complain ke KPAI hanya menghasilkan kegaduhan.
Hal ini di satu pihak harus diperbaiki oleh orang tua, namun di pihak lain menjadi refleksi kepala sekolah dan guru. Nampaknya sekolah perlu berbenah.
Oleh karena itu, kemitraan menjadi masalah penting yang perlu menjadi perhatian semua pihak. Jika tidak diperbaiki akan sangat mengganggu efektivitas pembelajaran daring pada tahap berikutnya.
- Birokrasi Pendidikan yang tidak Visioner
Cara kerja birokrasi pendidikan kita pasif, linear, dan tidak kontekstual. Agenda kerja mereka sangat rutin berdasarkan droping program, droping proyek, secara top down. Mereka tidak terbiasa mengelola problem kontekstual pendidikan lokal.
Oleh karena itu, birokrasi kelihatan bekerja tapi kerjaan tersebut tidak terkait dengan masalah pendidikan yang esensial, jangka panjang dan bersifat antisipatif.
Oleh karena itu, banyak perubahan dalam dunia pendidikan yang tidak dapat diprediksi, apalagi diantisipasi. Inilah yang saya sebut-sebagai, “birokrasi pendidikan kita tidak visioner”.
Harusnya jika birokrasi pendidikan kita visioner mereka aktif melakukan prediksi dan antisipasi melalui pelatihan-pelatihan, bertolak dari pendalaman permasalahan kontekstual, sehingga guru siap menghadapi perubahan ketika perubahan datang.
Inilah salah satu pangkal masalah pendidikan kita. Harus dilakukan reorientasi dan transformasi birokrasi pendidikan kita, agar birokrasi pendidikan kita lebih lateral dan visioner.
Inilah enam pokok permasalahan pendidikan kita terkait pembelajaran daring. Ini perlu jadi fokus dan perhatian steak holder di dunia pendidikan. Agar pembelajaran daring pada saat yang akan datang, menjadi lebih efektif.
*Tulisan ini telah dipaparkan dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Partai Solidaritas Indonesia Tangerang Selatan*
[…] Baca Juga : Butir-butir Evaluatif Seputar Masalah Pembelajaran Daring […]
[…] Baca Juga : Butir-butir Evaluatif Seputar Masalah Pembelajaran Daring […]
[…] Baca Juga : Butir-Butir Evaluatif Seputar Masalah Pembelajaran Daring […]
[…] Baca Juga : Butir-Butir Evaluatif Seputar Masalah Pembelajaran Daring […]