Depoedu.com – Sungguh mengejutkan pemandangan di Bandara Soekarno-Hatta Kamis, 14 Mei lalu, sebagaimana diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun digital. Tampak suasana ramai riuh dengan adanya sejumlah besar calon penumpang. Kondisi ini terjadi hanya berjarak tiga hari setelah pemerintah melalui menteri perhubungan mengeluarkan ijin penerbangan dengan syarat yang cukup ketat.
Ijin menempuh perjalanan hanya diberikan untuk kepentingan kerja, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari perusahaan. Selain itu, calon penumpang juga harus memperihatkan surat keterangan sehat, bebas dari covid-19.
Walaupun sudah diberikan syarat yang cukup ketat, para calon penumpang masih memenuhi Bandara Soekarno Hatta. Sungguhkah mereka semua memenuhi persyaratan itu? Seolah-olah pemberlakuan syarat yang ketat sama sekali tidak berhasil membatasi jumlah penumpang.
Kondisi ini menuai kontroversi, karena antrean penumpang di Bandara Soekarno Hatta hari itu sama sekali tidak memperhatikan ketentuan social distancing maupun physical distancing. Petugas yang berjaga di lokasi, seolah-olah tidak melakukan upaya untuk mengatur jarak antrean antar penumpang, demikian dituliskan di Detik.com.
Baca Juga: COVID-19 jadi Pandemi; Mengingatkan Kembali Anjuran dan Larangan terkait Corona
Saya merasa peristiwa ini sangat disayangkan. Para calon penumpang terkesan mengabaikan himbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah, nekat bepergian tanpa mementingkan protokol kesehatan.
Suasana yang tampak di Bandara Soekarno Hatta itu juga sekaligus memperlihatkan tanda-tanda melemahnya kedisiplinan rakyat Indonesia. Padahal Presiden Joko Widodo sendiri yang meminta rakyat Indonesia untuk berdisiplin. Disiplin berada di rumah, bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, ditegaskan sebagai langkah penting untuk memutus rantai penyebaran covid-19.
Tidak hanya itu, bila ternyata di antara para calon penumpang terdapat sejumlah orang yang memanfaatkan peluang untuk bepergian ke kampung halaman, maka mereka pun mengabaikan larangan mudik. Padahal, mengingat dampaknya terhadap penyebaran covid-19, pemerintah telah memberlakuan ketentuan keras untuk tidak mudik.
Bila benar demikian maka ini juga menunjukkan tanda-tanda sikap egois, dengan hanya memperhatikan keinginan diri sendiri saja. Mereka tidak berpikir bahwa virus covid-19 dapat tertular dengan mudah pada sanak saudara dan keluarga di kampung halaman.
Maka, tidak mengherankan bahwa sesudah satu bulan sejak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah di Indonesia, kasus positif covid-19 di Indonesia justru kian bertambah.
Baca Juga: Berhasil mengatasi Corona, Inovasi apa yang dilakukan kota di Italia ini?
Buktinya, jumlah kasus per tanggal 13 Mei 2020 bertambah 689 kasus terkonfirmasi, menjadi 15.438 kasus. Kemudian per tanggal 14 Mei 2020 bertambah 568 kasus terkonfirmasi menjadi 16.006 kasus.
Dilihat dari konfirmasi kasus pada dua hari tersebut, akumulasi terkonfirmasinya kasus positif covid-19 sebanyak 1.257 kasus. Apabila dirata-rata, kasus positif covid-19 sebanyak 628,5 kasus terkonfirmasi per hari.
Kasus dalam dua hari ini melonjak drastis dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Lonjakan jumlah kasus menjadi salah satu fakta memprihatinkan yang timbul sejak dilonggarkannya PSBB.
Seperti kita ketahui, pemerintah pasti punya alasan untuk menerapkan pelonggaran PSBB. Dan itu pasti untuk kebaikan semua pihak, untuk kepentingan seluruh bangsa. Sayangnya, ada sejumlah pihak yang memanfaatkan peluang itu untuk bepergian, tanpa mempedulikan dampak yang bisa ditimbulkan oleh tindakannya.
Barangkali kita semua sudah merasa sudah jenuh berada di rumah, dengan kondisi yang tak menentu. Namun pemerintah pun sudah mengupayakan segala cara untuk membuat kurva kasus positif covid-19 menjadi datar (flat). Pemerintah sepenuhnya berupaya untuk menimalisir pertambahan kasus positif covid-19 di Indonesia.
Penulis menghimbau kepada semua pihak untuk mengutamakan kepentingan masyarakat umum, bukan semata-mata kepentingan pribadi. Dalam kondisi ini, kita perlu tetap bertahan dan mematuhi peraturan. Mari kita berusaha kreatif menemukan cara mengatasi kejenuhan yang kita rasakan.
Secara khusus kepada pihak petugas bandara, penulis menyarankan untuk lebih objektif lagi untuk menyeleksi penumpang yang akan bepergian menggunakan pesawat komersil. Petugas juga perlu memperketat pengawasan calon penumpang dan tetap menegakkan aturan social distancing dan physical distancing. (Foto:nasional.okezone.com)
*Penulis adalah siswa kelas IX SMP Santa Ursula BSD
Asiqqq asiqqqq
Asiq asiqq
[…] Juga : Bandara Soekarno Hatta Dibuka, Menuai […]
[…] Baca Juga : Bandara Soekarno Hatta Dibuka, Menuai Bencana? […]
[…] Baca Juga: Bandara Soekarno Hatta Dibuka, Menuai Bencana? […]