Dua Kompetensi Inti Baru Akan Ditambahkan dalam Kurikulum 2013; Kompetensi Inti Apakah Itu?

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Ada empat kompetensi inti yang dikembangkan dan diusung oleh Kurikulum 2013, yakni pengembangan sikap spiritual, pengembangan sikap sosial, pengembangan pengetahuan, pengembangan keterampilan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menambahkan dua kompetensi inti baru yakni Computational Thinking dan Compassion dalam kurikulum.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan  Awaluddin Tjalla, seperti dilansir dalam CNBC Indonesia. Ia menegaskan bahwa kedua kompetensi tersebut dibutuhkan oleh angkatan kerja Indonesia pada saat yang akan datang.

Baca Juga: Tantangan Pendidikan Di Era Digital

Saat ini, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran sedang melakukan kajian untuk menyederhanakan metode Computational Thinking, agar dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berikut ini penjelasan tentang Computational Thinking dan Compassion yang kami rangkum dari berbagai sumber.

Computational Thinking

Computational Thinking adalah sebuah metode pemecahan masalah dengan mengaplikasikan langkah-langkah yang digunakan oleh software engineer dalam menulis program dan merancang aplikasi. Ini seperti langkah kerja ilmiah yang digunakan oleh ilmuwan dalam memecahkan masalah penelitian, yang kemudian digunakan sebagai pendekatan dalam proses belajar mengajar.

Empat langkah metode Computational Thinking yang digunakan oleh software engineer dalam bekerja adalah sebagai berikut.

  1. Decomposition

Langkah memecah-mecah masalah menjadi lebih kecil, sampai ke inti sebuah masalah, hingga kita dapat menyelesaikan masalah dan mengidentifikasi sebab munculnya masalah tersebut.

Baca Juga: Singapura Mengantisipasi Perubahan dengan Memasukkan Coding ke dalam Kurikulum Wajib di SD Mulai Tahun Ajaran 2020

  1. Pattern Recognition

Biasanya, pada masalah-masalah terkait, terdapat pola yang sama. Pada langkah kedua ini, kita dituntut untuk mengenali pola tersebut pada masalah terkait.

  1. Abstraction

Pada langkah ini, kita melakukan generalisasi dan identifikasi prinsip-prinsip umum yang menghasilkan pola, trend, dan keteraturan tersebut. Ini adalah langkah untuk membuat model dalam upaya memecahkan masalah.

  1. Algorithm

Berdasarkan abstraksi pada langkah sebelumnya, kita mengembangkan petunjuk pemecahan masalah secara step-by-step, sehingga cara pemecahan masalah tersebut pun dapat digunakan oleh orang lain untuk memecahkan masalah yang sama.

Metode ini diyakini tidak hanya efektif digunakan oleh software engineer dalam bekerja, namun dapat diterapkan untuk memecahkan masalah di luar bidang rekayasa teknologi komputer, oleh disiplin ilmu lain.

Baca JugaApa Itu Survey Karakter dan Bagaimana Survey Karakter Dilakukan

Oleh karena itu, kompetensi ini perlu dikembangkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Apalagi abad 21 adalah abad yang didominasi oleh cara berpikir computational.

Indonesia termasuk negara yang sangat terlambat mengembangkan kompetensi computational thinking (CT). Negara maju seperti Inggris telah memasukkan computation thinking sejak tahun 2012. Pada tahun yang sama, muncul inisiatif serupa dari Singapura. Bahkan inisiatif ini disebut “Smart Nation”.

Negara lain seperti Finlandia, Korea Selatan, China, Australia, dan Selandia Baru, melakukan inisiatif yang sama. Mereka meluncurkan inisiatif dalam skala besar untuk mendorong CT sebagai bagian dari kurikulum nasional mereka.

Sedangkan Amerika Serikat baru mendorong inisiatif ini tahun 2016 pada zaman pemerintahan Presiden Barrack Obama. Ketika itu Barrack Obama meminta agar semua murid SD –SMA dilengkapi dengan kompetensi CT.

Compassion

Compassion adalah peduli terhadap derita orang lain, tetapi juga peduli pada diri sendiri. Oleh karena itu, perlu peka dan tersentuh oleh penderitaan orang lain. Namun demikian diharapkan tetap punya kesadaran bahwa diri sendiri dan manusia pada umumnya tidak sempurna. Kesadaran inilah yang membuat manusia di satu pihak tetap seimbang, namun jika gagal, jatuh terpuruk dalam penderitaan, dapat bangun kembali.

Ada unsur kesadaran diri dan aspek empati di dalamnya. Dua-duanya sangat diperlukan untuk mengupayakan hidup bahagia sebagai pribadi, dan harmonis dalam relasi dengan orang lain.

Baca JugaGebrakan Nadiem Makarim di 100 Hari Pertama Memimpin Kemendikbud (bagian kedua dari dua tulisan)

Tampak bahwa pada zaman komputasi seperti sekarang, dunia bukan hanya didominasi oleh cara berpikir computational, tetapi juga dibanjiri oleh produk komputasi. Kompetensi compassion adalah inisiatif untuk mengimbangi produk komputasi.

Jika semua aspek hidup dikomputasi, agar manusia tidak kehilangan kemanusiaan, compassion harus dilatih, agar manusia, meskipun hidupnya banyak didominasi oleh produk komputasi, namun tetap manusiawi.

Mudah-mudahan nanti, dalam implementasi pengembangan kompetensi compassion, di dalam kurikulum tetap diberi ruang untuk bidang humaniora seperti Apresiasi Sastra, Seni, dan Sejarah secara memadai, baik dalam concept curriculum, maupun dalam real curriculum.

Selama ini, concept curriculum-nya dirumuskan dengan baik, namun hilang di tataran real curriculum, karena perbedaan cara berpikir dan orientasi para pengelola kurikulum. (Foto: computationalthinkers.com)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga : Dua Kompetensi Inti Baru Akan Ditambahkan Dalam Kurikulum 2013; Kompetensi Inti Apakah Itu? […]