Eposdigi.com – Gangguan kejiwaan atau psikologis bukanlah suatu permasalahan yang sepele dan boleh diabaikan. Gangguan psikologis sangat berpotensi untuk mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya, mulai dari pekerjaan sampai hubungan sosialnya.
Berdasarkan data Riskesdas 2019, terdapat sekitar 14 juta atau 6% orang yang berusia 17 tahun ke atas yang mengalami gejala depresi dan kecemasan di Indonesia. Kesadaran adalah langkah pertama dalam membantu diri untuk mengatasi gangguan psikologis yang dialami.
Berdasarkan penelitian global, isu kesehatan mental mahasiswa kini menjadi masalah utama di beberapa negara. Catatan Mozaic Science melalui World Economic Forum (WEF) menyebutkan jumlah mahasiswa di Inggris yang mengunjungi bagian konseling kampus meningkat hampir lima kali dibandingkan 10 tahun lalu.
Baca Juga: Gaya Hidup, Begadang, dan Pengaruhnya pada Status Kesehatan
Gareth Hughes, dosen dan psikoterapis yang memimpin penelitian untuk kesehatan mental mahasiswa di University of Derby menyampaikan, “Ada peningkatan pada mahasiswa yang sakit mental secara signifikan. Mayoritas mencari bantuan untuk depresi atau kecemasan.”
Sebenarnya penyebab di balik peningkatan ini adalah berbagai faktor di antaranya ; dampak dari media sosial, kurang tidur akibat perangkat elektronik, efek dari dunia kerja yang tidak pasti, masalah finansial, hingga layanan publik yang terbatas.
Kesehatan mental bersumber dari pengaruh peristiwa dalam kehidupan, yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Dewasa ini, kesehatan mental di Indonesia khususunya mahasiswa sudah menjadi hal yang cukup lazim untuk dibicarakan dan dianggap sebagai salah satu indikator kesehatan yang cukup serius.
Para akademisi dari berbagai kalangan telah banyak yang berlomba-lomba meneliti hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mental mahasiswa kita. Kesehatan mental merupakan topik yang dapat diulas dari berbagai macam sudut pandang dan menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Perkembangan ilmu kesehatan mental membuka banyak tingkatan baru dari kesehatan mental seorang manusia. Seorang manusia merupakan individu yang sangat kompleks dan tidak bisa dipahami hanya dari satu sisi saja.
Baca Juga: Empat Cara Jitu Hilangkan Pikiran Negatif
Ada banyak faktor dari berbagai hal yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang individu dalam menjalani kehidupannya. Salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya masalah kesehatan mental pada mahasiswa adalah tekanan sosial dan akademik yang dirasakan seseorang.
Sebenarnya dalam permasalahan ini, banyak solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Baik itu dari diri mahasiswa, pihak kampus, maupun pemerintah, jika tertarik ikut andil dalam permasalahan ini.
Cara terbaiknya salah satunya adalah dengan mendirikan lembaga kesehatan mental di setiap kampus, yang dapat digunakan setiap mahasiswa untuk menceritakan keluh kesahnya, dan mendapatkan solusi dari masalah-masalah yang mereka alami di lembaga tersebut. Namun solusi yang paling utama adalah kesadaran mahasiswa itu sendiri.
Para mahasiswa harus mengenal diri sendiri, Untuk apa saya hidup? Talenta apa yang saya miliki? Potensi apa yang saya miliki? Siapa saya? Banyak dari mahasiswa tidak mengenal diri sendiri, dan pada akhirnya menyebabkan mereka untuk mengikuti arus dunia ini bergerak.
Mengenal diri sendiri bukan sekedar mengenal nama, alamat, usia, dan apa-apa yang tercantum dalam curiculum vitae. Mengenal diri sendiri adalah proses dan hubungan timbal balik antara seseorang dengan dirinya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang terbiasa untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka mengembangkan berbagai cara komunikasi efektif dengan orang lain demi tercapainya tujuan.
Demikian pula halnya dengan belajar mengenal diri sendiri, seseorang harus mengembangkan bentuk komunikasi timbal balik yang baik dengan dirinya sendiri. Mereka harus menumbuhkan kemampuan untuk melihat dan mendengar apa yang dikatakan oleh dirinya sendiri agar mampu memahaminya dengan baik.
Baca Juga: Mengembangkan Kepribadian yang Berdaya Tarik
Proses ini adalah ketrampilan yang harus diasah terus-menerus. Pada awalnya selalu terasa berat, karena sebelum bertindak seseorang harus mengkomunikasikannya terlebih dahulu dengan dirinya sendiri, “Apakah ini adalah sesuatu yang sesuai dengan diri saya? Apakah ini benar-benar menjadi keinginan diri saya?”
Dengan kata lain proses mengenal diri sendiri adalah proses membangkitkan kesadaran diri. Dan, bagian terberat dalam proses ini adalah belajar untuk disiplin.
Salah satu bentuk disiplin yang menuntun pada pengenalan diri adalah mengamati diri secara cermat – mengamati setiap perasaan, pikiran, harapan, keinginan, kegembiraan dan lain-lain, yang terjadi dalam diri sendiri.
Disiplin harus diasah terus menerus. Oleh karena itu, memiliki sifat disiplin ini merupakan sebuah keharusan agar mahasiswa terbebas dari ganguan mental. (Foto: hariansib.com)
[…] Baca Juga : Membingkai Kesehatan Mental Mahasiswa Dan Solusinya? […]