Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa SD Melalui Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Bagian kedua dari dua tulisan

Depoedu.com – Pada bagian tulisan sebelumnya, kita telah membahas bahwa ilmuwan dengan cara kerja ilmiah mengangkat suatu pengetahuan alam menjadi Ilmu Pengetahuan Alam. Mereka disebut ilmuwan karena cara mereka seperti itu terhadap gejala-gejala alam yang ditangkap oleh panca indra. Cara kerja seperti itu diaktualisasikan dalam bentuk sikap yang kita kenal dengan sikap ilmiah.

Prof. Dr. S. Pakasi menyebutnya sebagai berpikir dan bersikap jiwa secara ilmiah. Menurutnya ciri-ciri sikap jiwa secara ilmiah tampak dari gejala sebagai berikut.

  1. Segala sesuatu diuraikan berdasarkan pikiran sehat dan sebab-sebab alam.
  2. Mereka hanya menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan sendiri atas gejala-gejala alam, atau berdasarkan pengalaman empiris ilmuwan lain.
  3. Mereka melakukan observasi dan eksperimen dengan alat-alat laboratorium dan berdasarkan studi literatur di perpustakaan Semua kejadian mereka observasi dan mereka catat dengan teliti. Mereka juga menggunakan fakta, termasuk yang bertentangan dengan pendapat mereka sendiri. Alam pun mereka gunakan sebagai laboratorium. Segala observasi mereka kerjakan dalam keadaan yang wajar sehingga fakta yang mereka peroleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Bagi ilmuwan yang terpenting adalah kebenaran. Dengan penuh tanggung jawab dan berani, mereka mempertahankan kebenaran tersebut. Mereka berhati-hati dalam berpendapat karena mereka sadar benar betapa besar konsekuensi pernyataan tersebut.
  4. Ilmuwan mempunyai penghargaan yang besar terhadap segala sesuatu yang telah dikemukakan oleh ilmuwan lain. Hal itu dianggap sebagai sumbangan yang besar terhadap pekerjaan mereka. Mereka mempunyai kemampuan kerja sama. Mereka insaf benar bahwa melalui kerja sama kemajuan ilmu pengetahuan tercapai.
  5. Mereka selalu memandang kebenaran ilmu pengetahuan bukan sebagai doktrin sehingga terus berusaha terus tanpa lelah mendalami bidang ilmu mereka. Adakalanya diri mereka pun jadi korban demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bagaimana ciri-ciri itu juga dikembangkan untuk menjadi ciri dari sikap peserta didik kita? Mungkin terlalu ideal kalau kita mengharapkan siswa Sekolah Dasar memiliki sikap seperti itu. Lalu yang mau kita capai melalui pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar seperti apa? Untuk menjawab pertanyaan itu kita terlebih dahulu membahas karakteristik pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar.

Kami tidak akan melihat unsur pengajaran satu persatu. Hal yang kami lihat adalah unsur pendekatan yang digunakan guru dalam pengajaran serta situasi yang dibentuk oleh guru untuk mendukung pelaksanaan pengajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam.

Baca Juga : Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa SD Melalui Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Hadiat, ada dua pola pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah dasar. Pola pertama adalah pola yang mengarah pada pendekatan ilmiah. Pola ini menekankan pada kegiatan yang biasa dilakukan oleh para ahli Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam pola pendekatan ilmiah, bahan pengajaran tidak menjadi masalah, artinya pengajaran bukan terutama mengarahkan anak didik menguasai pengetahuan.

Pengetahuan akan peserta didik temukan sendiri setelah mereka melakukan kegiatan yang biasa dilakukan oleh para Ahli Ilmu Pengetahuan Alam. Sedangkan pendekatan kedua adalah pendekatan konsep, menekankan penguasaan pengetahuan teoritis saja dan mengabaikan cara kerja para ahli Ilmu Pengetahuan Alam.

Kalau dalam pendekatan pertama peserta didik dapat menemukan pengetahuan sendiri, maka pada pendekatan kedua mereka hanya dapat menguasai bahan pengajaran, tanpa ada kemungkinan untuk menguasai cara kerja para ahli Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan demikian kesimpulan boleh ditarik bahwa pengajaran yang cocok untuk mengembangkan sikap ilmiah adalah pengajaran dengan pola pertama.

Pendekatan mencakup beberapa metode, artinya pendekatan itu dapat berfungsi kalau diterapkan beberapa metode tertentu. Metode yang cocok untuk pendekatan ini adalah metode discovery – inquiry. Menurut Moh. Amin, pengajaran dapat terjadi apabila peserta didik terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan konsep dan prinsip. Proses mental itu adalah mengamati, membuat hipotesis sederhana, mengukur, menarik kesimpulan.

Pengalaman discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-proses discoveryInquiry dibentuk berdasarkan discovery, artinya inquiry adalah merupakan perluasan dari proses discoveryinquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatnya.

Proses mental itu adalah merumuskan problem, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil kerja, baik secara lisan maupun tertulis. Masalah yang dibahas dalam pengajaran seperti ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.

Peranan guru dalam proses pengajaran seperti ini sangat besar, tampak sejak persiapan, pelaksanaan, serta program remedial bagi siswa yang membutuhkan. Berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran menggunakan metode ini, Dr. J. Richard Suchman, seorang ahli Psikologi, Profesor Ilmu Pendidikan di Universitas Illinois USA menyarankan bahwa guru harus :

  1. Menciptakan kebebasan bagi peserta didik untuk memiliki dan mengekspresikan ide-ide tersebut dengan data dari pengalaman empiris.
  2. Menyediakan suatu lingkungan yang responsif sehingga setiap ide didengar dan dimengerti serta setiap siswa dapat memperoleh data yang ia perlukan.
  3. Membantu mengarahkan siswa untuk bergerak maju.

Dengan pola pengajaran seperti itu, apakah kita sudah bisa mengharapkan kelahiran manusia yang bersikap ilmiah? Jawabannya jelas tidak. Kita baru berada pada tahap peletakan dasar untuk usaha ke arah tujuan tersebut.

Baca Juga : Dua Kompetensi Inti Baru Akan Ditambahkan Dalam Kurikulum 2013; Kompetensi Inti Apakah Itu?

Hasil yang paling cepat tampak adalah bahwa peserta didik mempunyai pengetahuan tentang bagaimana ilmuwan bekerja, meskipun siswa sendiri tidak menyadari bahwa pengetahuan prosedural yang mereka miliki adalah cara kerja ilmuwan dalam membangun peserta didik melalui pengajaran.

Dengan pendekatan seperti di atas, maka pengetahuan tersebut akan perlahan-lahan menjadi keterampilan. Jika terus menerus dibina maka keterampilan itu akan terintegrasi menjadi sikap yang selalu tampak sebagai kecenderungan untuk menerima atau menolak objek kebendaan atau ide berdasarkan pertimbangan ilmiah.

Dengan demikian tugas pembinaan yang sama bukan hanya diemban oleh Sekolah Dasar, tetapi juga oleh jenjang-jenjang pendidikan di atasnya secara terus menerus. Inilah sikap yang menjadi pendorong kemajuan ilmu pengetahuan.

Jika sikap ilmiah konsisten didorong sejak SD, maka mimpi membangun manusia Indonesia yang kreatif, inovatif, dan produktif dapat lebih mendekati kenyataan. Oleh karena itui sikap ilmiah sangat perlu didorong. Kesadaran akan pentingnya sikap ilmiah inilah yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan dan memberlakukan kurikulum 2013, yang implementasinya hingga saat ini belum tuntas.

Di Kurikulum 2013, pengembangan sikap ilmiah melalui pendekatan saintifik yang meliputi mengamati, menalar, melakukan eksperimen, mengkomunikasikan, didorong sungguh. Pengembangan sikap ilmiah dengan demikian tidak hanya berlaku untuk mata pelajaran IPA saja, melainkan semua mata pelajaran.

Dengan demikian tinggal masalah implementasi. Dan pemerintah telah memiliki infrastruktur untuk memastikan implementasinya berjalan, misalnya melalui supervisi dan pembinaan berkelanjutan para pengawas sekolah, serta akreditasi sekolah. Berbagai jenis infrastruktur tersebut dapat menjadi sarana yang efektif bila dilakukan dengan benar. 

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments