Menjadi Guru Profesional bagi Generasi Z

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Para sosiolog menggolongkan generasi Z sebagai generasi yang lahir tahun 1995 hingga tahun 2010. Dengan patokan ini berarti murid SD kelas III hingga mahasiswa tingkat akhir yang saat ini sedang menuntaskan kuliah di perguruan tinggi, dikategorikan sebagai generasi Z.

Mereka juga disebut i-generation atau generasi internet, atau generasi digital. Mereka tidak hanya mahir, tetapi juga gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer.

Mereka dapat melakukan beberapa kegiatan sekaligus dalam satu waktu. Pada saat yang sama bisa nge-tweet dengan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik dengan headset.

Informasi terkait minat pribadi ataupun informasi untuk keperluan pendidikan, dapat mereka akses dengan mudah dan hampir tanpa batas. Karena akses internet mereka terhubung dengan sumber belajar, bahkan secara real time.

Oleh karena itu, pengetahuan mereka tentang berbagai topik, baik yang populer dan terkait minat pribadi, maupun topik-topik dari sekolah, harusnya dapat mereka kuasai dengan baik.

Bagi mereka, ada banyak sumber belajar yang tersedia di internet dan aplikasi berbasis internet. Cara belajar mereka pun pasti beda.

Baca Juga : Pengembangan Profesionalisme Konselor

Hampir dapat dipastikan bahwa guru mereka berbeda generasi dengan mereka. Dari yang tua hingga yang paling muda, kelahiran tahun 1994, itupun kalau ada. Guru beda generasi pasti kompetensinya pun berbeda.

Dengan karakter generasi Z seperti tergambar di atas, pola pengajaran yang cocok dengan mereka, pasti berbeda. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi dari segi metodologi, maupun pendekatan pengajaran. Adaptasi diperlukan agar pengajaran guru dapat diterima dan menumbuhkan murid dari generasi Z.

Singkatnya, menjadi guru profesional bagi generasi Z memerlukan adaptasi. Adaptasi tersebut dikatakan berhasil jika indikator guru profesional terlihat dalam interaksi pendidikan dan proses belajar mengajar terhadap generasi Z.

Empat Indikator Guru Profesional

Menurut M. Nur Kholis Setiawan, seperti dikutip oleh medcom.id, ada empat indikator guru professional bagi murid generasi Z.

Pertama, guru dituntut untuk bisa memberi banyak wawasan ilmu pengetahuan baru melalui pengajarannya. Jika yang diberikan guru adalah pengetahuan yang sudah murid ketahui, pengajaran menjadi tidak menarik. Bahkan pengajaran menjadi membosankan.

Bagi murid generasi Z, menerima lebih dari guru adalah salah satu indikator yang penting. Tampaknya banyak guru akan terhambat untuk memenuhi indikator itu lantaran guru tidak mau dan tidak menyenangi aktivitas membaca.

Baca Juga: Kompetensi Profesi Guru Landasan Keberhasilan Pendidikan

Kedua, guru dituntut membuat murid-murid terinspirasi, melalui pengajarannya. Murid terinspirasi jika pengajaran guru memicu percikan ide-ide kreatif tentang topik yang diajarkan, baik melalui penuturan guru, mengamati, atau melakukan sesuatu.

Ini hanya bisa muncul jika disain pengajaran guru tidak hanya melibatkan otak kiri, tetapi juga otak kanan. Pengajaran guru membuat murid memasuki proses berpikir tingkat tinggi seperti melakukan analisis, evaluasi, dan terdorong mencipta.

Ketiga, guru harus mampu menjadi motivator bagi murid. Meskipun murid memiliki pengetahuan yang bahkan bisa lebih luas dari guru, namun mereka terbatas dalam pengalaman.

Dengan pengalaman yang lebih luas, guru memiliki peluang untuk memotivasi murid ketika dalam proses mereka mengalami hambatan, atau bahkan patah semangat.

Namun kemampuan memotivasi dari guru hanya dapat muncul ketika guru mengenal murid sebagai pribadi yang individual. Dan itu hanya bisa terjadi jika dalam interaksi antara guru dan murid terjalin hubungan antar pribadi, bukan semata-mata hubungan profesional.

Keempat, guru harus mampu menjadi teladan bagi para murid. Menjadi teladan pada zaman ini bukan hal yang mudah, karena murid pun memiliki panutan lain yang mereka akses, misalnya melalui media.

Baca Juga: Visi Sertifikasi Guru yang Sesungguhnya

Namun bisa diupayakan jika guru bekerja penuh semangat, berusaha untuk dedikatif, berpegang pada nilai agama yang dianut. Apalagi jika tiga indikator sebelumnya dapat ditunjukkan oleh guru dalam interaksinya dengan murid.

Tampak bahwa menjadi guru professional di zaman ini mungkin bukan hal yang mudah diwujudkan, namun tetap harus diperjuangkan. Bentuk perjuangannya adalah melakukan proses adaptasi menjadi guru profesional dengan empat indikator di atas, sebagai patokan keberhasilannya.

Jika tidak, kita akan menghadapi dua kemungkinan. Kehilangan pertumbuhan satu generasi dengan berbagai akibatnya. Atau guru tidak lagi diperlukan dalam sebuah proses belajar mengajar. ( Foto: beritasatu.com)

5 2 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga: Menjadi Guru Profesional bagi Generasi Z […]