Depoedu.com-Anak-anak yang lahir tahun 1990 ke atas, terpaksa banyak berinteraksi dengan orang lain dengan perantaraan teknologi melalui layar atau berinteraksi dengan layar. Ini dengan sengaja atau tanpa disengaja. Oleh karena itu, secara otomatis screen time mereka tinggi.
Screen time adalah jumlah waktu yang dihabiskan ketika menggunakan perangkat dengan layar seperti smartphone, komputer, televisi, atau konsol video game, siap atau tidak siap. Dibutuhkan atau tidak dibutuhkan karena penggunaan media digital untuk berbagai kepentingan hidup.
Mulai dari kepentingan penyebaran informasi, kepentingan pendidikan, hingga kepentingan individu seperti hiburan, Semuanya disimpan dalam dokumen digital, disebarkan melalui jaringan, diakses melalui media digital dan otomatis melalui layar.
Ini menyebabkan screen time anak tinggi, siap atau tidak siap. Orang tua tidak mudah lagi membatasi dan mengendalikan screen time anak dengan berbagai dampaknya, positif dan negatif pada perkembangan anak.
Kalau di rumah anak dilarang menonton TV dan bermain game, atau paling tidak dibatasi, di sekolah, anak menggunakan komputer atau smartphone untuk mengakses konten untuk pembelajaran. Atau dengan alasan memudahkan anak berkomunikasi dengan orang tua, anak bahkan anak SD sudah diberi smartphone.
Baca juga : Paus Fransiskus Mengajarkan: Sukacita Yang Paling Mulia Adalah Kesederhanaan
Inilah dilemanya. Anak harus menatap layar karena teknologi terkait digunakan untuk menunjang pertumbuhan anak, padahal menatap layar secara berlebihan, berdampak negatif pada pertumbuhan anak. Belum lagi dampak negatif karena anak dapat mengakses konten dewasa melalui jaringan internet melalui alat yang ada di tangannya.
Studi tentang screen time
Agar guru dan orang tua lebih aware terhadap dampak screen time terutama screen time yang berlebihan, tulisan ini akan memaparkan hasil penelitian tentang dampak screen time yang berlebihan terhadap perkembangan anak.
Studi yang dilakukan oleh Institut Kesehatan Nasional dengan sampel 11 ribu anak berusia 9 dan 10 tahun di 21 lokasi di Amerika Serikat melaporkan bahwa ada perbedaan signifikan otak anak yang menggunakan ponsel pintar, tablet dan bermain video game lebih dari 7 jam sehari.
Screen time yang berlebih tersebut dilaporkan menyebabkan penipisan dini pada korteks frontal. Tanpa screen time berlebih, penipisan pada korteks frontal ini biasanya terjadi seiring proses pendewasaan individu. Korteks frontal adalah lapisan terluar dari otak yang berfungsi memproses berbagai jenis informasi dari indra.
Para peneliti masih berusaha menjawab pertanyaan lebih lanjut tentang dampak screen time yang berlebih terutama terkait penipisan korteks frontal ini. Terutama pertanyaan apa dampaknya dalam pertumbuhan anak jika struktur otak anak berubah lebih cepat menuju struktur otak orang dewasa?
Baca juga : Kompetisi Matematika Itu Buruk
Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa, anak yang memiliki screen time lebih dari 2 jam sehari, dilaporkan memiliki nilai lebih rendah dalam tes berpikir dan bahasa, termasuk memiliki nilai akademik lebih rendah di sekolah. Selain ada banyak tugas menjadi tidak menarik dan sulit dikerjakan karena anak lebih tertarik dengan smartphone.
Selain itu direktur studi ini, Gaya Dowling PhD dalam presentasinya mengkhawatirkan perkembangan secara sosial anak-anak dengan screen time lebih dalam dua jam sehari tersebut, Mereka harusnya memerlukan waktu untuk menstimulasi motorik, bersosialisasi dengan teman sebaya, menjelajahi alam dan bonding dengan keluarga.
Dampak lain yang dia khawatirkan adalah karena screen time berlebih memicu anak memproduksi dopamin pada otak yang akan mengarah ketergantungan terhadap hal-hal yang terkait screen time, smartphone, konsol video game dan internet.
Diperlukan studi lebih lanjut untuk memetahkan semua dampak ini. Selain itu diperlukan proses untuk menyiapkan orang tua dan guru agar mereka dapat mendampingi anak-anak dan menyiapkan mereka untuk dapat menggunakan smartphone, video game dan internet secara bertanggung jawab.
Foto: Klinik Mata KMU