Depoedu.com-Menjelang pergantian kepemimpinan nasional kemarin, dari Presiden Joko Widodo ke Presiden terpilih Prabowo Subianto, muncul banyak pendapat baik yang bersifat evaluatif terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan para menterinya maupun harapan bagi pemerintahan baru pimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Salah satu evaluasi yang nyaring berasal dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ditujukan pada Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, terkait kebijakan Nadiem Makarim di antaranya terkait kebijakan penghapusan ujian nasional dari sistem evaluasi pendidikan di sekolah dasar dan menengah di Indonesia.
Selain itu Jusuf Kalla juga menyoroti Kurikulum Merdeka yang katanya salah arah, karena lebih mengadopsi kebijakan pendidikan di negara kecil seperti Finlandia, yang menurutnya tidak cocok untuk negara besar seperti Indonesia.
Lebih dari itu, tampaknya pernyataan Jusuf Kalla juga ditujukan untuk mencegah agar Presiden terpilih Prabowo Subianto tidak lagi memilih Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan yang baru, misalnya dengan mempersoalkan kebiasaan Menteri Nadiem yang katanya jarang hadir di kantor selama menjabat sebagai menteri.
Selain itu, kritik juga datang dari para penggiat pendidikan seperti Indra Charismiadji, Ki Darmaningtyas dan Doni Koesoema. Pada intinya, di berbagai kesempatan, mereka tidak meminta Kurikulum Merdeka dan berbagai episode kebijakan di zaman Nadiem Makarim dievaluasi, melainkan mereka menyarankan agar kembali ke kebijakan sebelumnya.
Terkait Kurikulum Merdeka misalnya, menurut mereka, tidak ada urgensinya mengubah Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka. Selain itu, kehadiran Kurikulum Merdeka terlalu dipaksakan, selain karena tanpa kajian akademis, disinyalir kurikulum ini adalah kurikulum operasional sebuah sekolah mahal di Jakarta yang dipaksakan jadi kurikulum nasional.
Menurut mereka, banyak kebijakan di zaman Nadiem Makarim salah sasaran seperti orang sakit kepala tetapi dikasih obat cacing. Tidak sesuai antara penyakit dan obatnya. Indra Charismiadji menjelaskan sejak tahun 2018 OECD misalnya merekomendasikan pembenahan dan peningkatan kualitas guru untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Namun yang kemudian yang dilakukan Nadiem adalah mengganti kurikulum dengan Kurikulum Merdeka. Pergantian kurikulum kata Indra, hanya mengubah cara laporannya saja. Hanya sebatas administratif saja. Tidak ada perubahan cara mengajar guru, konten juga tidak banyak berubah. Pada akhirnya hanya urusan administrasi saja yang berubah.
Mencermati pendapat-pendapat tersebut, saya tergerak untuk mencari tahu pendapat lain dari sisi pandang yang lain, agar kita lebih jernih mengambil sikap di tengah situasi yang terus berubah. Juga terutama karena semua pendapat ada latar belakangnya, bahkan ada kepentingan pribadi di balik pendapat-pendapat tersebut.
Dalam upaya tersebut, saya menemukan tiga survei yang dilakukan oleh tiga lembaga terhadap program-program Nadiem Makarim selama menjabat sebagai menteri pendidikan pada waktu yang berbeda. Pertama, survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia pada yang dirilis pada Minggu, 19 Juni 2022.
Survei kedua dilakukan oleh Konsultan Manajemen Global Independen Oliver Wyman yang dirilis pada Rabu, 6 Desember 2023. Dan ketiga, survei paling baru dilakukan oleh Tempo Media Group, melalui Tempo Data Science yang dirilis pada Selasa, 15 Oktober 2024. Berikut paparan ketiga hasil survei tersebut.
Survei Indikator Politik Indonesia
Survei ini dilakukan melalui metode wawancara tatap muka terhadap 1.520 responden berusia 17 tahun ke atas. Dari survei tersebut disimpulkan bahwa 82,1 persen responden menyatakan Kurikulum Merdeka bermanfaat. Jumlah tersebut terbagi dalam 18,8 persen masyarakat menilai sangat bermanfaat dan 63,3 persen masyarakat lainnya menyatakan bermanfaat.
Sementara itu, hanya 4,5 persen masyarakat menilai kebijakan ini kurang bermanfaat, 0,4 persen menilai sangat tidak bermanfaat dan 13 persen lainnya tidak tahu atau tidak menjawab. Selain Kurikulum Merdeka, responden juga dimintai pendapat tentang platform Merdeka Mengajar.
Untuk pertanyaan ini, 63,9 persen responden menilai platform ini bermanfaat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kemudian 16,2 persen lainnya menyatakan platform ini sangat bermanfaat. Hanya 4,5 persen responden menyatakan platform ini kurang bermanfaat dan 0,3 persen menyatakan sangat tidak bermanfaat.
Survei Konsultan Manajemen Global Oliver Wyman
Setelah melakukan analisis hasil survey terhadap 118.000 responden yang terdiri dari guru dan Kepala Sekolah, Lembaga Konsultan Oliver Wyman menyimpulkan bahwa gerakan Merdeka Belajar telah memperoleh hasil yang menjanjikan berkat ekosistem digital yang dikembangkan oleh kementrian pendidikan.
Menurut laporan Pemantauan Pendidikan Global UNESCO 2023, ada tiga tantangan paling penting dalam pendidikan di dunia saat ini, yakni kesetaraan dan inklusi, kualitas, serta efisiensi. Analisis Oliver Wyman terhadap transformasi pendidikan di Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif peningkatan efisiensi, serta perubahan pola pikir dan perilaku di kalangan pendidik.
Dalam penelitiannya Oliver Wyman mencatat beberapa tantangan yang dihadapi oleh Indonesia. Pertama, kurikulum “one-size-fits-all” menyebabkan kurangnya kesadaran kepala sekolah tentang pentingnya penyesuaian strategi pembelajaran dengan keadaan sekolah.
Tantangan kedua adalah mentalitas “zona nyaman” yang menghambat munculnya motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketiga, akses pelatihan berkualitas yang terbatas karena distribusi letak fasilitas pelatihan guru yang belum merata dan sistem pengelolaan pelatihan yang terdesentralisasi, menyebabkan terbatasnya kuota pelatihan.
Baca juga : Melihat Kekerasan terhadap Anak di Lingkungan Sekolah dari Sudut Pandang Nilai Sila Ke-2 Pancasila
Menyikapi tantangan tersebut, Kementerian Pendidikan meluncurkan Merdeka Belajar yang bertujuan untuk mentransformasi sistem pendidikan Indonesia melalui pengembangan ekosistem produk teknologi melalui Platform Merdeka Mengajar, Raport Pendidikan, ARKAS dan SIPLah.
Selama kurang lebih dua tahun, platform tersebut secara terintegrasi telah menjadi bagian penunjang operasional dan aktivitas pembelajaran dan pengembangan bagi lebih dari 3 juta guru di Indonesia. Sebelumnya, dari sekitar 3 juta guru, hanya sekitar 620 ribu atau 20 persen yang mengikuti kompetensi pelatihan kompetensi guru karena keterbatasan kuota.
Pada November 2023, Platform Merdeka Mengajar berhasil meningkatkan jumlah peserta pelatihan sebanyak 4,1 juta peserta. Naik menjadi 7 kali lipat dibandingkan tahun 2019. Selain itu, sebanyak lebih dari 40 persen atau 80 ribu guru di daerah 3T telah menggunakan aplikasi tersebut untuk mengakses materi pembelajaran berkualitas.
Platform Merdeka Mengajar juga telah membantu meningkatkan keterampilan belajar mengajar guru di mana 84 persen guru memanfaatkannya untuk aktivitas terkait pembelajaran seperti pelatihan mandiri dan webinar. Fitur pelatihan mandiri mencatat 4,1 juta pengguna antara 2022 hingga 2023, hampir 7 kali lipat peserta pelatihan tatap muka tahun 2019.
Terakhir, Konsultan Global Oliver Wyman juga menyimpulkan ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) dan integrasinya dengan SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah) berperan sangat penting dalam membantu guru meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaporan anggaran sekolah, manajemen dan anggaran.
Oleh karena itu dilaporkan bahwa 75 persen responden dari semua wilayah mengakui kemampuan platform dalam menyederhanakan proses dan menghemat waktu. Selain itu, 45 persen responden menyatakan bahwa mereka menggunakan waktu yang dihemat untuk fokus pada peningkatan kualitas pengajaran di sekolah.
Survei Tempo Data Science
Setelah melakukan survei untuk mengukur persepsi publik terhadap program Merdeka Belajar, terhadap 1.500 responden yang terdiri dari guru, siswa, dosen, mahasiswa, penggiat bahasa, seni dan budaya, serta perusahaan dan lembaga mitra disimpulkan bahwa secara substansi program Merdeka Belajar telah dipahami secara positif.
Skor yang diberikan masyarakat terhadap program Merdeka Belajar adalah 7,99. Skor ini diperoleh karena selama 5 tahun ada banyak gebrakan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan yang berdampak positif. Oleh karena itu, para responden berharap Program Merdeka Belajar tetap berlanjut meskipun pemerintahnya berganti.
Manfaat tertinggi dari Program Merdeka Belajar adalah terjadi penguatan pada karakter peserta didik dengan rata-rata skor 8,05 dan penguatan kemitraan dengan industri dengan rata-rata skor 8,03. Hasil survei juga menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat (79 persen) bersedia menerapkan Merdeka Belajar untuk lingkungan keluarga sendiri.
Baca juga : Ilusi Ujian Nasional
Tentang manfaat Program Merdeka Belajar, disimpulkan bahwa manfaat terbesar Program Merdeka Belajar adalah pada penguatan karakter peserta didik dan pengukuhan kemitraan dengan industri atau dunia kerja.
Para peserta didik dalam penelitian ini mengatakan Kurikulum Merdeka memiliki dampak positif terhadap metode pengajaran guru, para peserta didik lebih mengenal potensi diri, para peserta didik lebih banyak berinteraksi. Oleh karena itu mereka berharap, kurikulum ini tetap berlanjut meski pemerintahannya berganti.
Sedangkan bagi para guru, Merdeka Belajar telah mendorong mereka menjadi lebih kreatif dalam melakukan asesmen minat dan bakat peserta didik, sejak masuk sekolah menetapkan program belajar, membawa peserta didik keluar kelas, dan menciptakan aktivitas seni dan proyek pembelajaran.
Sementara dari responden mahasiswa disimpulkan bahwa Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka memberikan banyak manfaat karena pengalaman magang dapat meningkatkan skills mahasiswa dan pengalaman tersebut dikonversi menjadi 20 SKS. Oleh karena itu mereka menganjurkan agar Merdeka Belajar Kampus Merdeka dapat terus berlanjut.
Selain itu, responden kelompok perusahaan menyampaikan bahwa secara keseluruhan program magang di perusahaan bermanfaat memberikan pengalaman kerja dan membantu mengembangkan skill mahasiswa.
Bagi perusahaan, program ini menghubungkan perusahaan dengan kandidat karyawan yang berkualitas. Mereka berharap Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka masih akan berlanjut.
Itulah beberapa pendapat dan hasil survei tentang berbagai episode program yang selama lima tahun dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim. Kita berharap pemerintah baru bijaksana dalam menjalankan kepemimpinan pada masa transisi ini.
Kita berharap transformasi pendidikan di masa Nadiem Makarim terus berlanjut di tangan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi serta Kementrian Kebudayaan.
Foto: Tribunnews.com