Guru Marah, Apa Dampaknya bagi Murid dan Guru Sendiri Sebagai Pendidik?

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Minggu yang lalu (23/8/2023), saya terlibat dalam sebuah diskusi tentang bagaimana memutus lingkaran kekerasan di sekolah. Biasanya kekerasan bermula dari kemarahan. Sedangkan kemarahan merupakan salah satu bentuk penolakan terhadap keadaan yang tidak disukai.

Jika penolakan dan kemarahan menimbulkan reaksi dari pihak lain, yang biasanya tidak menerima atau minimal reaksi yang tidak  diharapkan, muncul kemarahan dengan intensitas yang lebih tinggi. Jika emosi tidak dapat dikendalikan, kekerasan baik fisik maupun verbal biasanya terjadi di titik ini.

Diskusi tersebut kemudian mengingatkan saya ke beberapa kasus kekerasan yang terjadi di sekolah, misalnya kasus kekerasan di sebuah SMK di Flores Timur. Dalam kasus tersebut, tangan YAP dicelupkan ke dalam air mendidih oleh gurunya NO, hingga melepuh.

Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, untuk memaksa para murid mengakui mombongkar dan mencuri isi lemari murid lain di asrama sekolah tersebut. Dengan tindakan tersebut Guru NO berharap, ada siswa yang mengaku karena tindakan yang lebih lunak pernah dilakukan, namun tidak berhasil.

Tindakan guru tersebut tentu saja diwarnai oleh rasa frustrasi dan rasa marah guru NO, karena sekolah dituntut orang tua untuk segera mombongkar kasus pencurian di asrama, yang kerap terjadi. Kasus ini kemudian berakhir damai dan orang tua mencabut laporan di kantor polisi.

Kasus kekerasan lain, kita baca hari-hari ini, di media massa. Seorang ibu guru di Lamongan membotaki 19 murid perempuan karena tidak memakai dalaman kerudung atau ciput. Ke-19 murid tersebut dinilai tidak disiplin karena sudah diingatkan oleh guru untuk memakai ciput, namun tidak patuh.

Baca juga : Berlebihan, 19 Murid SMP Dibotaki Gurunya, Karena Tidak Mengenakan Dalaman Jilbab

Seperti kasus sebelumnya, kasus kekerasan inipun dipicu oleh rasa marah. Ibu guru tersebut mungkin merasa wibawanya dirongrong dan berpikir perintahnya tidak dituruti oleh 19 murid tersebut, dan murid-murid ini harus didisiplinkan.

Kasus ini kemudian menuai protes dari orang tua dan reaksi keras dari berbagai pihak. Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, bahkan menurunkan tim untuk menyelidiki kasus ini. Buntutnya, ibu guru ini ditarik ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan, menjadi staf nonjob.

Anatomi Kemarahan

Saya akan menggunakan hasil penelitian Danah Zohar dan Ian Marshall untuk menggambarkan antomi kemarahan. Dua peneliti tentang spiritual dan kebahagiaan manusia ini menggunakan model spiritual meter, seperti speedometer pada mobil untuk menjelaskan bagaimana manusia dapat hidup bahagia.

Pada bagan spiritual meter tersebut terdapat dua zona. Ada zona kiri yang disebut zona nafsu dan zona kanan yang disebut zona taqwa. Zona nafsu merupakan area di mana energi negatif dihasilkan. Sedangkan energi positif dihasilkan pada area zona kanan atau zona taqwa.

Energi pada zona kanan atau zona taqwa digambarkan dengan angka positif, menggunakan angka positif 1 (+1) hingga angka positif 8 (+8). Semakin besar angkanya semakin besar energi positifnya. Untuk hidup bahagia, orang harus berjuang untuk berada di zona taqwa.

Sedangkan energi pada area zona nafsu digambarkan dengan angka negatif, dalam rentang negatif 1 (-1) hingga negatif 8 (-8). Semakin besar angkanya semakin besar energi negatif yang dihasilkan, atau disebut negative motivation.

Baca juga : Nadiem Makarim; Skripsi, Tesis Dan Disertasi Hanya Salah Satu Alternatif Tugas Akhir Mahasiswa

Dua peneliti ini menjelaskan bahwa jika terus berada di zona nafsu, maka akan menghabiskan energi yang kita miliki. Jika terus berlangsung, maka kita akan kehabisan energi. Ini yang menjelaskan kenapa orang yang hidup di zona nafsu tidak bahagia dalam hidupnya.

Kenapa tidak bahagia? Karena mengeluarkan energi dari diri sehingga energi yang dimiliki bisa habis. Itulah yang melelahkan. Bahkan bersama dengan ini, seluruh keajaiban yang harusnya bisa kita alami akan menghilang, bahkan rezekipun dapat hilang pula.

Sedangkan jika kita dapat mengendalikan diri, sehingga kita lebih banyak berada di area zona taqwa, kita bahkan menyerap energi dari luar, sehingga akhirnya energi hidup kita akan berlimpah, keajaiban hidup meningkat, rezeki mendekat dan hidup lebih bahagia.

Dalam bagan yang digunakan oleh Danah Zorah dan Ian Marshall yang saya gunakan, kemarahan berada di zona nafsu pada pada angka spiritual meter -2. Sedangkan pada angka -1 ada penonjolan diri dan pada angka spiritual meter -3 ada serakah.

Meminjam penjelasan dari Zorah dan Marshall, guru yang sering marah adalah guru yang hidup di zona nafsu. Dan biasanya guru ini adalah guru yang memiliki kecenderungan untuk menonjolkan diri, dan memiliki kecenderungan ringan untuk serakah.

Ada juga guru yang tidak pernah marah, namun bukan karena berada di area zona taqwa, melainkan karena acuh tak acuh atau apatis. Pada bagan ini tingkatnya lebih parah karena berada pada spiritual meter -6. Ini lebih parah daripada guru yang pemarah.

Baca juga : Ini Yang Dilakukan Oleh Guru Kelas 8 Yang Berhasil Membuat Bill Gates Berubah

Jadi guru yang suka marah dalam menghadapi perilaku para murid harus menjalani proses pendampingan secara psikologis untuk dapat berpindah ke zona taqwa. Agar dapat menjalani hidup profesi yang lebih bahagia.

Dampak Kemarahan bagi Guru sendiri dan bagi Murid

Nasrullah dalam bukunya Rahasia Magnet Rezeki, menggambarkan dampak kemarahan dengan cerita ular gergaji. Kata Nasrullah, ketika ular bertemu mangsa, yang dilakukan ular adalah gigit, lilit, hancurkan, makan.

Ketika bertemu kelinci, ular akan menggigit, melilit, jika kelinci berontak, ular akan melilit lebih keras hingga mangsa hancur, lalu dimakan. Begitulah seterusnya ketika ular bertemu mangsa lain, apapun.

Tetapi suatu ketika ular masuk ke garasi seorang petani, di sana ular bertemu dengan gergaji. Dengan cara yang sama, ular menggigit dan melilit gergaji tersebut. Ketika ular merasa gergaji tidak hancur seperti mangsa lainnya, lilitannya semakin keras.

Semakin lilitan ular menggeras, bukannya gergaji menjadi hancur, yang terjadi malah tubuh ular yang tercabik, dan ular pun mati. Marah persis seperti itu. Marah tidak berdampak baik dalam pendidikan. Ujung kemarahan adalah kehancuran.

Murid, semakin dimarahi, semakin tidak memahami inti pesan yang hendak disampaikan. Bahkan dalam banyak kasus, kemarahan selalu berujung pada tindakan kekerasan yang malahan menciptakan masalah baru.

Baca juga : Tentang Efektivitas Pendidikan Pancasila, Keteladanan Tokoh Bangsa Dan Pertobatan Nasional

Selain itu, guru yang suka marah mengeluarkan energi negatif. Proses ini secara psikologis melelahkan sang guru, apalagi diikuti dengan kekerasan fisik seperti dalam dua kasus yang kita bicarakan di awal tulisan ini. Dua guru dalam kasus tersebut harus  menyediakan waktu untuk menyelesaikan kasus secara hukum.

Kalau kasus kekerasan harus diselesaikan secara hukum, bukan hanya habis energi, habis uang dan waktu. Guru tersebut pun akan kehilangan wibawa di depan murid dan orang tua, bahkan akan menggangu efektivitas kerjanya, bahkan dapat kehilangan otoritasnya sebagai guru.

Kalau terbukti melakukan kesalahan secara hukum, bisa mendekam di penjara. Tapi yang paling jelas, guru yang sering marah pasti tidak bahagia dalam menjalankan profesinya.

Murid yang dimarahi bahkan dipukul guru di depan murid yang lain, dapat mengalami gangguan emosional, harga dirinya dilukai. Dalam banyak kasus, dampak kekerasan yang dialami murid di depan teman sebaya dapat menyebabkan anak menjadi antisosial dan egois.

Murid yang secara akumulatif sering menjadi sasaran kemarahan, dapat melegalkan kekerasan dalam mengungkapkan emosi saat menjadi dewasa, atau menjadi agresif, atau mengalami ganguan psikis yang lain.

Jika ini terjadi pada murid sebagai akibat dari tindakan guru, ini merupakan malpraktik dan harusnya bukan hasil yang diharapkan dari serangkaian upaya pendidikan. Oleh karena itu, guru yang profesional harus berusaha hidup di area taqwa, dan bukan di area nafsu.  

Foto: Ruangguru

4.6 10 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga : Guru Marah, Apa Dampaknya Bagi Murid Dan Guru Sendiri Sebagai Pendidik? […]