Tiga Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Pada momen perayaan Hari Guru 25 November 2021, Nadiem Makarim, Memnteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi(Mendikbudristek), untuk pertama kalinya mengumumkan ke publik, akan berlaku kurikulum baru.

Kurikulum tersebut, hingga sekarang masih dalam uji coba secara terbatas di 2.500 sekolah penggerak. Di luar sekolah penggerak, Kemedikbudristek berjanji akan memberikan waktu yang cukup bagi sekolah-sekolah untuk mempelajari kurikulum tersebut.

Dalam banyak kesempatan, kurikulum baru tersebut, disebut kurikulum prototipe. Kurikulum ini bertujuan untuk memberi ruang yang lebih leluasa bagi sekolah untuk pengembangan karakter, kompetensi dasar, terutama dalam hal literasi dan numerasi.

Kurikulum prototipe ini hadir, sebagai opsi yang dipilih untuk mendukung pemulihan dari learning loss yang disebabkan oleh pandemi. Ini bermula dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh Badan Standar Kurikulum dan Asesemen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek.

Hasil evaluasi BSKAP tersebut menunjukkan bahwa sekolah yang selama masa pandemic covid-19 menggunakan kurikulum darurat, lebih maju empat sampai lima bulan belajar, daripada sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 secara penuh.

Bertolak dari hasil evaluasi ini, BSKAP merancang kurikulum prototipe ini. Jadi kurikulum prototipe ini adalah opsi kebijakan kurikulum pemerintah, dalam upaya pemulihan learning loss sebagai akibat dari pandemic covid-19.

Baca Juga : Nadiem Makarim ; Kurikulum Baru, Bakal Diberlakukan Tahun Depan

Dalam perkembangan lebih lanjut, Mendikbudristek menegaskan bahwa kurikulum prototipe hanya menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih. Selain itu, sekolah boleh tetap menggunakan Kurikulum 2013 maupun kurikulum darurat.

Tiga Karakteristik Kurikulum Prototipe

Kepala BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo menyebut, ada tiga karakteristik penting dari kurikulum prototipe yang perlu Eduers kenali :

Pertama, kurikulum prototipe berfokus pada upaya untuk pengembangan kemampuan soft skills dan karakter para murid melalui pembelajaran berbasis proyek.

Ini mempersyaratkan iklim kerja kolaboratif para guru di satu pihak, dan kerja kolaboratif para murid di pihak lain. Kolaborasi di level para guru mulai harus diupayakan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan proses belajar mengajar.

Dalam hal kerja kolaboratif dengan murid, guru harus percaya bahwa murid bisa terlibat sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi proyek. Murid harus dikondisi untuk aktif pada ketiga tahap tersebut. Guru bertigas memotivasi, mendampingi murid agar bisa mencapai tujuan pengajaran.

Kedua, kurikulum prototipe berfokus pada materi esensial. Terutama konsep pokok yang perlu dipahami murid, agar proyek mereka dapat berjalan.

Tekanan proses belajar mengajar tidak lagi pada proses transfer materi pengajaran, transfer konsep dari guru ke murid, melainkan konstruksi pengetahuan, konstruksi konsep oleh murid sendiri.

Baca Juga : Final AFF Suzuki Cup 2020: Thailand Vs Indonesia, Siapakah Yang Juara?

Jadi tekanan pengajarannya bukan lagi pada materi pengajarannya. Kelas dianggap selesai ketika guru telah menjelaskan materinya, konsepnya, hingga selesai.

Tekanannya pada proses di mana para murid terlibat aktif untuk merumuskan pengetahuan dan konsep mereka sendiri, dan mempertanggungjawabkan rumusan tersebut di depan kelas.

Ketiga, program dan pelaksanaan proses belajar mengajar didisain sesuai dengan minat dan kemampuan murid. Selain minat dan kemampuan, program pengajaran juga disesuaikan dengan konteks dan muatan lokal anak.

Para murid dapat memilih program sesuai dengan minatnya. Bidang seperti seni disesuaikan dengan minat murid. Dengan demikian, ada program teater, ada program untuk seni suara, ada program untuk melukis, disesuaikan dengan minat murid.

Di SMA, murid memilih program disesuaikan dengan rencana studinya di perguruan tinggi, cita-cita dan rencana karier masa depan.

Misalnya, jika murid berencana menjadi dokter, selain program bersifat umum (seperti agama dan karakter), ia hanya mengambil program yang menunjangnya menjadi dokter, seperti Biologi, dan tidak perlu mengambil program belajar Fisika selama di SMA.

Itulah tiga karakteristik kurikulum prototipe yang perlu dikenali untuk memandu Eduers dalam implementasi kurikulum, jika pimpinan sekolah memutuskan menerapkan kurikulum prototipe dalam proses belajar mengajar.

Foto:edukasi.sindonews.com

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
3 Comments
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga: Tiga Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe […]

trackback

[…] Baca Juga : Tiga Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe […]

trackback

[…] Baca Juga : Tiga Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe […]