Empat Strategi Mendidik Anak Untuk Menerima Kekalahan

Family Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Memberi pendidikan yang layak bagi anak sangat krusial untuk mendukung tumbuh kembangnya di segala bidang. Pendidikan anak dapat dimulai sejak usia dini lewat lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD).

Pada PAUD, anak yang berusia kurang dari enam tahun bukan diberi materi pelajaran seperti murid Sekolah Dasar (SD) atau jenjang yang lebih tinggi, melainkan berupa rangsangan atau stimulus untuk mendukung tumbuh kembangnya secara optimal.

Prinsip pendidikan usia dini ini sendiri sudah diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif.

Perpres tersebut menekankan pentingnya pendidikan sehingga harus dilakukan dengan melibatkan semua pihak, mulai dari orangtua hingga masyarakat. Menanamkan pentingnya pendidikan pada anak sangat krusial untuk dimulai sejak dini.

Salah satu hal urgen terkait penanaman karakter pada anak. Anak harus belajar menerima kekalahan. Kekalahan dalam sebuah permainan yang kompetitif atau pertandingan olahraga pasti akan terjadi, dan hal itu bisa membuat anak merasa sedih dan kecewa.

Baca Juga: Strategi Basmi Bullying Di Sekolah, Menurut Menteri Pendidikan Nadiem Makarim

Sebagai orangtua, sudah menjadi tugas kita untuk membantu anak belajar menghadapi kekecewaan dengan tenang. Meski bukan tugas yang mudah, tetapi mengajarkan anak menerima kekalahan sangat penting bagi perkembangan perilaku mereka.

Psikiater anak, Dr Joseph Austerman, mengatakan, mengajarkan keterampilan semacam ini sangat penting untuk membantu anak mengatasi kesulitan di kemudian hari.

“Adalah tanggung jawab kita sebagai orangtua untuk membantu anak-anak menavigasi ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan mereka,” ujar Austerman.

“Semakin baik kita mengajari mereka, semakin baik pula mereka akan dapat melakukannya sebagai orang dewasa,” sambung dia.

Setiap anak selalu ingin jadi pemenang. Sehingga saat ia mengalami kekalahan, maka segalanya akan kacau. Ini adalah sifat alami setiap anak. Mereka selalu ingin jadi juara, ingin jadi pertama. Sikap ini sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri si Kecil.

Baca Juga: Menyambut Kurikulum Baru Dan Merdeka Belajar Di Tahun Ajaran 2021-2022

Namun jika selalu ingin menang dan tak bisa menerima kekalahan, maka itu akan jadi masalah. Maka dari itu, tak ada salahnya mengenalkan rasa kecewa pada anak.  Daripada memberikan kemenangan semu padanya, lebih baik ajarkan untuk berdamai dengan kekalahan dengan empat cara berikut.

  1. Pentingkan proses, jangan hasil

Sebagai orang tua, jangan sampai kita mementingkan hasil. Jika anak kita  kalah, lebih baik evaluasi dan diskusikan pada anak kita apa yang telah terjadi. Orang tua bisa sampaikan kepada anak-anak bahwa tidak masalah kalau kalah. Sebut bahwa dia sudah berusaha dan ke depannya harus perbaiki diri.

  1. Perbaikan dirinya lebih penting

Ajari anak Anda untuk memperbaiki diri usai kekalahan. Jangan lupa untuk apresiasi setiap kemajuan yang anak Anda lakukan atau alami. Dengan mengapresiasi setiap perbaikan yang dialami anak, anak  jadi tahu bahwa sebenarnya dia  mampu memberika yang terbaik.

3.Pahami perasaan si kecil

Perasaan marah, kecewa, serta sedih merupakan perasaan yang kerap kali ditemukan sesaat setelah si kecil mengalami kekalahan. Pada beberapa anak mungkin kurang bisa mengekspresikan apa yang benar-benar ia rasakan.

Kehadiran orang tua dalam cara mendidik anak untuk memahami apa yang benar-benar sedang ia rasakan sangat penting, terutama untuk membantu kecerdasan emosionalnya.

Bantu mereka untuk mengetahui dan mempelajari apa saja perasaan-perasaan yang dirasakan, serta menggali cara menangani dan mengekspresikan perasaan-perasaan tersebut secara sehat.

4.Memberi Pujian

Memberi pujian menjadi hal yang dinantikan sanak  sesaat setelah ia menyelesaikan pertandingan, apalagi saat ia mampu memenangkan pertandingannya tersebut.

Tetapi, memberikan pujian yang berlebihan atau hanya menekankan pujian pada saat anak memperoleh kemenangan, akan menuntun anak pada pemikiran bahwa menang menjadi tujuan utama dalam mengikuti sebuah pertandingan.

Baca Juga: Mencapai Integritas Pribadi Adalah Pergumulan Sepanjang Usia

Hal ini juga akan membawa anak pada pemikiran bahwa menang jauh lebih penting dibandingkan melakukan kebaikan.

Orang tua bisa memberikan pujian terhadap bagaimana usaha yang anak  lakukan sehingga ia bisa mendapatkan hasil yang luar biasa, menang atau kalah. Dengan begitu, cara mendidik anak seperti ini akan membuat anak tetap rendah hati dan menghargai sebuah proses dalam mencapai kemenangan atau keberhasilan.

Foto: suara.com 

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments