Depoedu.com – Saya tahunya dia hanya seorang artis. Sudah 10 tahun lebih saya tak melihat sinetron (taubat). Bagi saya sinetron hanya membuat otak saya semakin tumpul. Jadi tulisan ini murni bukan karena kebencian pribadi saya terhadap sang artis, tapi semata-mata koreksi dari apa yang dia lakukan dalam videonya mengajar matematika.
Tulisan ini lebih bertujuan untuk menyadarkan kawan sesama guru yg biasanya membaca tulisan saya agar berhati-hati dalam mengajar matematika. Sebab matematika bukan sinetron.
Dalam sinetron banyak hal yang terjadi tidak logis, si kaya mencintai si miskin, si cantik mencintai si buruk rupa, si vampir bisa mencintai mangsanya. Tapi lain lagi dengan matematika. Dia adalah seperangkat aturan berpikir yang logis dan sistematis. Tidak mungkin 1+1=2 terjadi tanpa alasan.
Baca Juga: Lima Strategi Mengajari Pelajaran Matematika Bagi Siswa
Sekilas yang ada di video.
Di sana Prilly mengajarkan menjumlahkan deret bilangan dari
1+2+3+…+10=…
Untuk menentukan penjumlahannya Prilly mengatakan ada trik cepatnya yaitu dengan menjumlahkan bilangan pertama ditambah bilangan terakhir dikali banyak bilangan dibagi dua. Yes hasilnya 55. Benar tidak salah. 55 memang jawabannya. Dari kolom komentar yang ada, banyak yg kagum dengan trik cepat itu.
Jika jawabannya benar, lantas dimana letak kesalahan Prilly?
Sebelum itu mari kita ingat lagi. Apa tujuan siswa belajar matematika. Apakah untuk menyelesaikan perhitungan dengan cepat atau agar siswa belajar bernalar dan berpikir logis? Jika jawabannya yang pertama, maka trik cepat Prilly sungguh sia-sia.
Trik cepat itu masih jauh lebih lambat dibandingkan kalkulator scientific yg ada sekarang. Mau lebih cepat lagi pun bisa, pakai photomath, atau nyontek saja. Toh yg penting dapat jawabannya dengan tepat, ya kan?
Tapi, jika siswa hanya diajarkan cara menjawab soal dengan cepat lantas apa gunanya buat hidup mereka? 95% soal matematika yang siswa kerjakan di sekolah tak akan mereka temukan dikehidupan mereka. Lantas buat apa menjadi ahli mengerjakan soal matematika yg gak guna dalam hidup?
Baca Juga: Kabar Dari Sekolah, Catatan Pendidikan Pada Hari Pendidikan Nasional, Tahun 2021
Sekarang kita tengok jawaban kedua. Jika tujuan kita dalam mengajar matematika adalah sebagaimana jawaban kedua maka Prilly jelas gagal dalam mencapai tujuannya. Sebab dia hanya menunjukkan cara menghitung cepat tanpa melibatkan proses berpikir.
Yang dikatakan Prilly sebagai cara cepat sebenarnya adalah cara yang biasa saja. Mereka yang pernah belajar deret aritmetika akan sadar bahwasanya yang dianggap trik itu adalah bentuk umum dari rumus deret aritmetika ke-n. Yang membuatnya seolah menjadi menarik adalah karena soal yang sudah disiapkan sebelumnya.
Soal yg dikerjakan Prilly adalah deret aritmetika dengan beda 1, yg dimulai dari 1 sampai 10. Ini akan membuat segalanya menjadi lebih mudah. Terutama untuk menentukan banyak bilangan yg dijumlahkan. Coba kalau deretnya 2+5+8+…+260 maka trik cepat itu tak lagi mengagumkan.
Dengan asumsi siswa sudah mengenal barisan dan deret aritmetika sebenarnya mudah kok untuk menjelaskan cara pengerjaan yg lebih melibatkan proses berpikir. Penjumlahan deret itu sudah ditemukan ratusan tahun silam oleh Gauss.
Menurut legenda Gauss menemukan metode ini ketika ia masih di sekolah dasar. Metode Gauss ini sebenarnya menjadi dasar berpikir penting dalam menjelaskan deret aritmatika termasuk penurunan rumus deret yg diklaim Prilly sebagai trik cepat.
Baca Juga: Indonesia Juara Olimpiade Matematika, Tetapi Disebut Darurat Mutu Pengajaran Matematika, Mengapa?
Metode Gauss menjadi populer sampai sekarang karena kesederhanaan cara berpikirnya.
Contoh: tentukan hasil dari 1+2+3+4+5
Untuk menjumlahkan ini perhatikan uraian di bawah.
Pertama tuliskan
1+2+3+4+5 lalu cukup balik urutan deretnya jadi
5+4+3+2+1 kemudian Jumlahkan secara vertikal ke bawah. Maka menghasilkan 6+6+6+6+6 sebanyak 5 kali. Di sinilah kita tahu bahwa 6 bisa dicari dengan hanya menjumlahkan suku pertama dan terakhir saja sebagaimana Prilly lakukan di triknya.
Baca Juga: Mitos–Mitos Tentang Matematika
Lalu karena ada penjumlahan 6 sebanyak 5 kali maka artinya sama dengan mengalikan 6 dengan 5 yaitu 30. Lalu kenapa harus dibagi dua? Sebab 30 adalah total dari penjumlahan dua baris. Sedang yang kita inginkan adalah penjumlahan sebari 1 sampai 5. Jadi 30 harus dibagi dua yaitu 15.
Tentu saya juga sadar bahwa tak mungkin meminta siswa menemukan ide sebagaimana Gauss menemukannya. Gauss memang raksasa matematika yg tak bisa disamakan dengan siswa kita.
Meskipun begitu, setidaknya pengajaran matematika mengajak siswa melalui proses berpikir logis sebagaimana dahulu Gauss menemukan rumus derer aritmatika tersebut. Mulai dari mengapa deret itu harus dibalik, mengapa dikalikan banyaknya bilangan, mengapa harus dibagi dua dsb.
Kebiasaan dari proses berpikir logis itu yang berguna bagi siswa kelak dalam hidup mereka. Sekalipun mereka lupa dengan rumus deret, mereka terbiasa berpikir logis untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan mereka kelak.
Lalu apakah salah mengajar matematika ala Prilly? Tentu salah. Sebagaimana Prilly yang mengajar dengan comot bilangan sana-sini dijumlahkan, dikali lalu dibagi, guru yang hanya menunjukkan rumus luas persegi panjang adalah panjang dikali lebar tanpa melibatkan proses berpikir bagaimana rumus itu menjadi benar juga adalah contoh dari pengajaran yang salah.
Berbekal download jurnal gratisan kita akan tahu cukup banyak penelitian yang menyebutkan bahwa salah satu yang menyebabkan siswa kesulitan memahami matematika adalah karena pembelajaran matematika selama ini yang tidak logis dan meninggalkan nalar.
Mengapa saya harus mengkritik Prilly? Toh profesi dia kan artis bukan guru. Sebab setahu saya dia menjadi brand ambassador dari salah satu platform belajar. Apa jadinya jika pengajaran yang salah itu dibiarkan bahkan diviralkan.
Baca Juga: Cara Mudah Belajar Mencintai Matematika
Dari satu postingan di IGnya saja ada ribuan orang yang melihat dan kagum dengan cara cepatnya. Di tengah kekacauan pendidikan matematika kita yang mengacu PISA atau TIMSS, apa jadinya jika pengajaran salah ini terus dibiarkan atau malah dikembangbiakkan?
Mengajarkan sesuatu yg salah tentu saja dapat menimbulkan miskonsepsi. Dan membenahi miskonsepsi jauh lebih sulit daripada mengajar dari awal.
Mungkinkah Prilly justru menyebabkan miskonsepsi? Mungkin sekali. Sebab dia tidak menjelaskan syarat dan ketentuan yg berlaku dari trik cepat itu. Bahwa trik itu hanya berlaku untu deret aritmatika tingkat 1.
Kemudian trik itu hanya tampak cepat untuk derer yg suku terakhirnya sudah diketahui. Yang menjadi masalah kemudian adalah para penontonnya yang mungkin sebagiannya adalah siswa, mungkin menarik kesimpulan dari apa yg mereka lihat saja.
Mungkin sekali mereka menjumlahkan 2+4+8+16+…+1024 dengan trik Prilly yg berujung pada kesalahan berpikir. Sebab derer itu tidak melulu deret Aritmatika tingkat 1.
Saran saya mending Prilly fokus saja main sinetronnya. Kalau memang mau jadi pengajar apalagi matematika, please jangan asal-asalan. Pelajari dulu apa itu konsep dalam matematika, bagaimana mengkomunikasikannya, sampai bagaimana menyusunnya menjadi skema pada otak anak.
Tapi yakin mau jadi pengajar? Sebab setahun kami mengajar, penghasilan kami nggak bakal sebanding denganmu dalam sekali episode. Jadi pikiran lagi.
Penulis adalah alumni Jurusan Pascasarjana Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
Foto: idntimes.com