Depoedu.com – Pendidikan merupakan garda terdepan dalam mencetak generasi yang berkualitas. Sesuai amanat UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik.
Pengembangan potensi tersebut agar peserta didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun, jauh panggang dari api, arus globalisasi yang begitu ganas menjadikan tujuan pendidikan belum terlaksana dengan optimal, utamanya pendidikan karakter yang menekankan pembentukan akhlak mulia. Hal ini dibuktikan dengan maraknya berbagai tindakan yang mencoreng dunia pendidikan.
Baca Juga: Depoedu.Com, “Jembatan” Bagi Penulis Dan Pembaca
Dunia pendidikan sejatinya bertujuan membantu perkembangan dan potensi kemampuan individu agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu maupun anggota dalam masyarakat.
Kita belajar mengetahui yang ada di dunia ini untuk kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, dan belajar menghormati.
Ketika modernisme menyelinap ke dalam batang tubuh bangsa Indonesia, jebakan yang berujung pada keterpelantingan orisinilitas dan produktivitas kebudayaan asli tidak dapat dihindari.
Baca Juga: Siswa SMK Di Minahasa Menusuk Gurunya Dengan Pisau Hingga Tewas
Arus teknologi-informasi telah menghancurkan batas-batas kebudayaan. Gelombang besar teknologi-informasi bukan hanya sekadar melintasi batas-batas kebudayaan, melainkan dapat memporandakan identitas kebangsaan.
Identitas manusia sebagai bagian dari suatu kelompok masyarakat tidak lagi kuasa dipertahankan dari karakteristiknya. Perubahan yang mengakibatkan berubahnya mental dan watak, merupakan dampak dari perubahan budaya.
Pada titik ini salah satu kebijakan yang dapat dikembangkan untuk menciptakan ilklim pendidikan yang baik adalah membuat kurikulum sekolah yang berbasis keunggulan lokal atau kearifan lokal. Adapun kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom), dan lokal (local).
Baca Juga: Belajar Dari Kearifan Lokal Suku Baduy, Sebuah Pembelajaran Leadership Di SMA Candle Tree
Secara umum makna local wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri.
Kearifan lokal (local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat.
Kearifan lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat (wikipedia.org).
Baca Juga: TK Tarakanita Bumijo: Pengenalan Kearifan Lokal Sejak Dini
Kearifan lokal biasanya berkembang di masyarakat melalui tradisi lisan misalnya seperti tembang macapat yang terdapat di Jawa. Ciri dari kearifan lokal sendiri adalah mampu bertahan terhadap budaya-budaya dari luar atau budaya baru dan memiliki kemampuan untuk mengakomodasi unsur-unsur budaya asing.
Kearifan lokal dapat diperoleh melalui sumber-sumber tertentu. Indonesia mempunyai tingkat keanekaragaman kearifan lokal yang tinggi. Kearifan lokal merupakan kebijaksanaan hidup yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat.
Kearifan lokal dapat dijumpai dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kesusastraan serta naskah-naskah kuno yang berada di dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat.
Baca Juga: Urgensi Literasi, Numerasi Dan Pendidikan Karakter Dalam Mendidik Siswa
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim beberapa waktu lalu pernah menegaskan komitmennya untuk memajukan kebudayaan. Ia mengatakan bahwa kemajemukan adat dan budaya merupakan kekayaan terbesar di Indonesia.
“Ini prioritas Kemendikbud, bahwa selain pelestarian, inovasi juga sangat penting. Sehingga budaya kita bisa dinikmati oleh generasi berikutnya,” ujarnya.
Semoga niat dapat. Hal terpenting dalam upaya penggalian budaya lokal adalah penggalian dan penguatan terhadap khazanah kebudayaan nasional. Oleh karena itu, peran semua masyarakat sangat penting sehingga makna pendidikan berdayaguna.
Foto : bernas.id