Depeodu.com – Fenomena mewabahnya penyakit akibat virus corona membuat Indonesia ditetapkan berada dalam status darurat bencana, berdasarkan UU no 24 tahun 2007. Status darurat bencana dimaksudkan sebagai keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
Keadaan ini berdampak nyata mengubah perilaku manusia dalam beraktivitas dan meluluh-lantakkan perekonomian Indonesia. Demikian pula di sektor pendidikan. Model belajar daring dan luring membuat para orang tua dan anak-anak serta guru atau dosen mengubah kebiasaan mereka dalam proses belajar mengajar.
Lika-liku belajar online yang sudah berlangsung lebih dari 6 bulan ini muncul dalam aneka bentuk. Pada awalnya ada beberapa tempat di Indonesia mengalami kendala koneksi atau sinyal yang kurang baik. Di tempat lain sinyal sudah bagus tetapi kuota tidak ada.
Baca Juga : Aplikasi ZOOM Dan Perannya Di Dunia Pendidikan
Pada kisah lainnya, sinyal bagus, kuota ada tetapi handphone atau laptop terbatas bahkan tidak ada. Di daerah-daerah lain di kota, sinyal bagus, kuota ada dan fasilitas lengkap, tetapi saat belajar online anak mematikan videonya dengan berbagai alasan, sehingga guru tidak bisa memantau apakah dia ada dan mengikuti pelajaran.
Sementara pada kejadian lainnya, anak remaja SMP harus naik bukit atau berjalan menjauh dari rumah hingga memperoleh sinyal. Atau kejadian baru-baru ini, klimaks dari problem seputar belajar online, tentang seorang putri di Kabupaten Gowa. Terbebani oleh aktivitas belajar online, dan jaringan interet yang terbatas karena kondisi rumahnya di pegunungan, membuatnya mengalami depresi. Siswa ini kemudian nekat mengakhiri hidupnya.
Dengan fenomena yang berkembang saat ini, saat masa belajar di rumah seperti ini, peran orang tua menjadi sangat vital dalam pembelajaran. Oleh karena itu terdapat sejumlah hal yang penting diketahui oleh orang tua.
Baca Juga : Formal Setengah Normal
Demikian juga belajar online saat ini harus dilakukan dengan bijaksana oleh pihak guru dan pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud. Dalam hal ini perlu digunakan standar kurikulum suasana pandemi, karena kondisi yang berlangsung sekarang membuat kurikulum yang berlaku selama ini tidak sepenuhnya bisa diterapkan.
Seperti dikutip dari Merdeka.com menurut Psikolog Penny Handayani, M.Psi tantangan yang dihadapi adalah bagaimana membuat standar pembelajaran anak yang setara dengan anak-anak lainnya dan sesuai dengan perubahan suasana.
Demikian yang di kutip dari Suara. com bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkapkan apa yang terjadi sekarang di Indonesia bukan hanya loss of learning (ketinggalan pelajaran), tapi juga stres, kesepian, dan mengalami tekanan orang tua. Sementara bagi orang tua, kondisi ini pun tidak mudah. Begitu banyak waktu yang dialokasikan untuk mengikuti anak-anak mereka belajar.
Baca Juga : Guru Tetap Optimis, Kreatif Dan Inovatif Di Tengah Pandemi Covid-19
Dari lika-liku belajar online di atas hendaknya kita lebih bijaksana dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kondisi anak dan situasi termasuk daya dukung harus benar-benar dipertimbangkan. Jangan memaksakan proses belajar mengajar tanpa mempertimbangkan kondisi anak dan daya dukung fasilitas.
Kita juga senantiasa bersyukur, mengambil hikmah dari setiap kejadian ini, serta selalu berserah kepada yang Maha Kuasa.
Foto : medcom.id