Depoedu – Elon Musk adalah sosok yang sangat penting di balik suksesnya mobil listrik Tesla, SpaceX, Giga Factory, Solarcity, dan gagasan tentang sarana komuter yang memiliki kecepatan melampaui pesawat terbang, Hiperlop. Ia memiliki impian-impian ambisius, yang oleh banyak orang dianggap mustahil. Namun berkat kerja keras luar biasa, bersama tim insinyurnya, ia terus mendorong inovasi-inovasi tersebut, sehingga akhir-akhir ini obsesi-obsesi tersebut sudah sangat mendekati kenyataan.
Obsesi-obsesi Elon Musk
Tesla, mobil yang menggunakan tenaga listrik, saat ini sudah meramaikan jalan-jalan di Amerika dan Eropa. Bahkan telah dijual di Indonesia oleh dealer Prestige Image Motocars yang peluncuran pertamanya dilakukan di Grand Indonesia Mall.
Obsesi lainnya adalah Solarcity. Solaracity adalah stasiun yang mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Solarcity adalah satu impian Musk untuk menghasilkan sumber energi terbarukan, sumber energi yang ramah lingkungan, alternatif pengganti sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Saat ini Solarcity hadir di jalan-jalan utama Amerika dan Eropa untuk menyediakan energi listrik bagi yang membutuhkan, sekaligus sebagai stasiun pengisian ulang listrik bagi mobil Tesla secara gratis.
Obsesi yang paling ambisius adalah membuat roket penjelajah antariksa yang memilliki misi jangka panjang membawa manusia ke Mars, untuk mendirikan koloni-koloni baru di Planet Mars. Untuk mencapai obsesi ini Elon Musk mendirikan SpaceX. Perusahaan ini bekerja keras membuat roket penjelajah yang berkali-kali mengalami kegagalan, dan baru pada peluncuran keempat SpaceX berhasil melakukan penerbangan ke Mars dan kembali lagi secara presisi. Proyek ini masih terus dikerjakan untuk membuka peluang manusia mendirikan koloni di Mars.
Obsesi ambisius yang lain adalah tentang Hiperlop. Hiperlop adalah inovasi untuk membuat sarana transportasi komuter yang memiliki kecepatan melampaui pesawat terbang. Hiperlop adalah sistem transportasi berkecepatan tinggi yang digerakkan oleh pembangkit listrik tenaga surya, didorong oleh prinsip motor induksi linier dan kompresor udara, dan sanggup mengantar orang dari Los Angeles ke San Fransisco dalam waktu 30 menit, menempuh jarak 614, 49 km.
Obsesi yang terakhir, ia mendirikan Giga Factory. Giga Factory adalah pabrik yang ditenagai oleh sel surya dan menghasilkan baterai untuk industri besar dan perumahan. Pada saat yang lalu, indutri besar ikut memperparah pencemaran lingkungan, karena industri besar menggerakkan proses produksinya dengan energi yang berasal dari fosil. Teknologi energi yang digunakan oleh Giga Factory lebih ramah lingkungan karena menggunakan teknologi untuk mengubah sel surya menjadi tenaga listrik, untuk proses produksi.
Mewujudkan obsesi-obsesi melalui proses inovasi ini bukanlah perkara mudah. Ini memerlukan pengetahuan, kreativitas, dan imajinasi tingkat tinggi dengan tingkat kerumitan yang luar biasa. Karena yang hendak diwujudkan adalah barang yang rumit, lebih baik dari yang sudah ada, dan dapat diandalkan untuk memecahkan kerumitan berbagai masalah, bahkan menghasilkan barang yang baru sama sekali dalam peradaban transportasi manusia seperti hiperlop.
Ia juga memerlukan ketekunan dan daya tahan yang luar biasa baik secara fisik dan mental. Ia mengorbankan diri sehabis-habisnya untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan. Proyek besutannya berkali-kali gagal, tetapi ia tetap bangkit lagi. Ia menghabiskan banyak waktu untuk bekerja, seminggu misalnya, ia menghabiskan 80 – 100 jam untuk mengejar obsesinya melalui proyek-proyek ambisius ini.
Selain ambisius dan berdaya tahan, ia pun sangat fokus pada proyek-proyek yang ia kerjakan. Ini semua adalah kualitas kepribadian yang luar biasa. Pertanyaannya, bagaimana Elon Musk meraih semua kualitas ini? Apakah karena pendidikan di keluarganya ataukah karena pendidikan di sekolah?
Faktor Pendidikan Keluarga
Elon Musk berasal dari keluarga kelas menengah dengan kondisi ekonomi yang cukup mapan. Namun perceraian orang tua menginterupsi kebahagiaan keluarga. Pasca cerai, Elon Musk sempat tinggal bersama ibunya, tapi kemudian memilih untuk tinggal bersama ayahnya. Seperti anak yang lain, gen cerdas ia warisi dari orangtuanya, terutama ibunya. Gen tersebut kemudian berkembang dengan baik karena faktor asupan gizi sejak masa Elon Musk masih janin.
Fakta bahwa Maye Musk adalah ahli gizi, membuatnya mengetahui pilihan makanan bergizi pada masa penting pembentukan dan pertumbuhan otak. Maka masuk akal, saya mengaitkan antara gen kecerdasan Elon Musk dan asupan gizi baik pada masa pranatal maupun masa balita. Ini didukung oleh fakta bahwa ayah Elon Musk adalah seorang insinyur dengan penghasilan baik.
Ashlee Vance, penulis biografi Elon Musk menggambarkan Elon Musk kecil sebagai anak yang enerjik dan penuh rasa ingin tahu. Pada usia lima dan enam tahun, ia telah menemukan cara untuk membatasi diri dengan dunia sekitar dan fokus pada sesuatu yang sedang ia kerjakan. Di usia tersebut, ia memutuskan banyak hal dengan mudah. Ia terlihat memahami banyak hal lebih cepat daripada anak lain. Ia sangat visual, imajinatif, dan kreatif. Ia dapat melihat suatu gambaran dengan sangat detail dan jelas, dengan “mata” di pikirannya.
Oleh karena itu, Elon Musk tidak tampak seperti anak pada umumnya. Itu dilihat oleh banyak orang, terlebih oleh teman-temannya. Namun ibunya tidak menganggapnya aneh. Maye Musk meyakini bahwa anaknya seperti berada di dunia lain karena ia sedang menyelami pikiran di otaknya, dan sang Ibu memahami keadaannya. Maka, ia pun mengerti, Elon Musk tidak disenangi oleh teman-temannya. Pemahaman seperti ini adalah sumbangan keluarga yang penting bagi pertumbuhan Elon Musk. (Oleh: Sipri Peren/Foto: Liputan6.com)(bersambung)