Depoedu.com– Konon katanya, peradaban yang semakin digital dengan sendirinya juga melahirkan individu yang mandiri. Belakangan ini, setelah merefleksikan the new normal yang mau tak mau kita hadapi dunia pendidikan, pernyataan di atas perlu juga ditanyakan kepada diri kita sendiri.
Baca Juga : Dinas PKO Gandeng IGI Flotim, Bangun Pembelajaran Virtual
Kenapa? Karena kita adalah kaum pengajar dan pendidik. Apakah dunia digital menjadikan kita individu yang benar-benar mandiri atau malah sekedar ‘MaNDiri’ alias maunya ngerti sendiri?
Setelah melihat 5 kemampuan baru yang sebaiknya dimiliki guru, di artikel saya sebelumnya (Depoedu, 26 may 2020), pernyataan yang (harusnya) mengusik kita seperti di atas tadi seyogyanya lebih jauh kita refleksikan.
Bagaimana sisi lain dari ‘kemandirian’ yang ditawarkan teknologi digital dalam mencipta kerja kolaborasi antar guru masa kini? Jika sudi meluangkan waktu beberapa menit ke depan, mari sama-sama kita refleksikan.
Sharing online
Sekalipun ke depannya kita akan lebih banyak ‘bekerja dari rumah’, aktivitas belajar bersama antar guru tetap sangat penting, bahkan akan semakin penting. Mengapa? Karena kita perlu berpacu dengan waktu.
Di tengah banjir informasi yang berseliweran di mana-mana ini, kita butuh rekan untuk membantu menyaring informasi. Ambil yang penting-penting saja. Ambil yang ada manfaatnya saja. Lalu bagikan. Dengan teknologi digital ditambah situasi di tengah pandemi seperti sekarang ini, kolaborasi antar guru sebenarnya sedang ‘dimudahkan’.
Manfaatkan WA group sebagai media menyebarkan informasi tentang sumber-sumber belajar baru bagi para guru. Buat mind-mapping tentang informasi-informasi detail dari satu topik yang kita dapatkan saat mengikuti webinar, misalnya. Share dengan satu kali klik di layar handphone kepada rekan-rekan pengajar dan guru kita.
Baca Juga : 5 Kemampuan Baru yang Sebaiknya Dimiliki Guru
Mulailah menulis artikel tentang topik tertentu yang berangkat dari pengalaman pribadi dan sumber digital yang sudah sempat kita akses. Buat dalam bentuk artikel, dan kirimkan ke platform edukatif digital seperti Depoedu.com, misalnya. Atau jangan segan-segan juga meminta kepada rekan untuk membagi apa yang mereka dapatkan. Pasti ada sumber baru untuk kita pelajari sesuatu setiap hari, setiap waktu.
Team Teaching
Sudah saatnya bagi para guru di sekolah yang mengampu mata pelajaran dalam rumpun yang sama, memanfaatkan teknologi untuk berkolaborasi. Tidak perlu menunggu sistem kurikulum nasional atau kultur kurikulum sekolah untuk menggerakan kita para guru untuk berkolaborasi.
Dengan lebih banyak waktu mengakses dunia informasi, semestinya juga lebih banyak lagi waktu kita mengajak rekan guru membuat bahan mengajar bersama-sama. Manfaatkan platform Google Classroom dan Google Drive untuk mengerjakan lembar kerja siswa, misalnya.
Atau bersama-sama membuat e-modul atau video animasi pembelajaran sederhana. Kini sudah tersedia berbagai aplikasi gratis bagi guru untuk mewujudkan ide kreatif yang sederhana menjadi lebih praktis dan bermanfaat bagi siswa.
Jika hanya dipikirkan dan dilakukan satu guru saja secara pribadi, percayalah pergerakan majunya tidaklah akan lebih jauh daripada jika dikerjakan dalam sebuah kolaborasi.
Bermedia sosial secara ‘berbeda’
Posting status sudah cukup lama menjadi tren. Kalau sehari tidak posting, serasa ada yang kurang. Siapa saja boleh posting. Status WhatsApp, Facebook, Instagram, Line, Twitter dan teman-temannya.
Boleh posting apa saja dan kapan saja. Asal ada pulsa data. Siapa bilang guru tidak boleh ikut tren yang satu ini. Bedanya, guru punya pilihan untuk bermedia sosial dan up-to-date dengan tren secara berebda.
Status-status di media sosial bisa jadi media berkolaborasi yang asyik. Posting pertanyaan seputar pengetahuan umum? Atau bikin live Instagram dengan rekan guru membahas topik mata pelajaran tertentu? Atau bikin template keren dan lucu tentang konsep-konsep sains sederhana, matematika sederhana, atau grammar dan kosakata Bahasa asing baru.
Baca Juga : Belajar Kebebasan dari Sokrates
Posting di status dan tandai rekan guru yang lain supaya bisa saling memberi follow-up jika ada yang merespon. Ketimbang melakukannya sendiri, kolaborasi dengan rekan guru melalui media sosial dengan cara-cara seperti itu bukankah lebih seru dan efektif?
Teknologi digital, jika dimanfaatkan secara tepat dan bijak, sesungguhnya menjadi pendorong utama kerja kolaborasi di zaman ini. Apalagi untuk kita para pengajar dan pendidik. Perkembangan teknologi di masa pandemi seperti ini sesungguhnya sedang mengajak kita untuk semakin nyaman dengan kerja kolaborasi.
Seperti pepatah lama mengatakan, berjalan sendiri memang lebih cepat. Tapi berjalan bersama akan mampu menjangkau lebih jauh. Kita para guru memilih yang mana?
Foto : edukasi.kompas.com
[…] Baca Juga : Kerja Kolaborasi ala Guru Masa Kini […]