Depoedu.com – Pertumbuhan murid sejak ia bersekolah, dari pribadi sebelumnya menjadi pribadi yang semakin baik itulah kinerja murid sesungguhnya. Pertumbuhan tersebut adalah refleksi dari proses belajar murid yang bersangkutan.
Para ahli pendiddikan menegaskan bahwa, meskipun hasil ujian akhir dapat menjadi salah satu indikator hasil belajar, namun hasil ujian akhir tidak sepenuhnya dapat menggambarkan kinerja murid tersebut.
Pertumbuhan murid yang sesungguhnya tercermin dari terbentuknya kebiasaan, minat dan keterampilan belajar dalam dirinya. Pertumbuhan juga dapat tercermin dari kemandirian, tanggung jawab, daya tahan dan ketekunan murid dalam menghadapi tantangan belajarnya.
Di samping itu, pertumbuhan murid juga ditandai oleh pengenalan diri dan pengenalan akan masyarakatnya dan kemampuan adaptasi pada perubahan. Juga kemampuan memecahkan masalah dan pengembangan kreativitas.
Jika hal-hal ini tidak muncul, juga ketika murid lulus dari satu jenjang pendidikan dengan nilai yang bagus sekalipun, murid tetap tidak dapat dikategorikan memiliki kinerja belajar yang tinggi.
Baca Juga : Arah Baru Reformasi Pendidikan Kita; Catatan Pendidikan Pada Hari Pendidikan Nasional
Meskipun terdapat banyak faktor, berbagai studi yang dilakukan satu dekade belakangan, menunjukkan bahwa kepemimpinan di level sekolah adalah salah satu faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi kinerja murid tersebut.
Tim peneliti dari Stanford University, seperti dikutip oleh The Conversation, mencatat bahwa hampir 50% perbedaan antara sekolah dengan performa tinggi dan sekolah dengan performa rendah ditentukan oleh kualitas dan kebijakan kepala sekolah.
Kesimpulan tersebut diperoleh tim peneliti Stanford University dari observasi terhadap 1800 sekolah di tujuh negara, termasuk di Brazil, India, dan Indonesia. Sayangnya di Indonesia, hingga kini peran kepala sekolah masih dianggap sekedar pekerjaan administratif.
Menurut penelitian tersebut, kepala sekolah di Indonesia, belum sepenuhnya terlibat dalam upaya perbaikan kualitas pengajaran yang pada akhirnya menentukan kinerja belajar murid.
Baca Juga : Iklim Keluarga Dan Sekolah Kita Tidak Mendidik Anak Kita Mandiri
Kesimpulan tersebut kurang lebih juga disimpulkan Daniel Surya Dharma, seperti dilansir pada laman The Conversation. Ia adalah anggota tim peneliti SMERU. Tim tersebut mengobservasi 20 Sekolah Dasar dan 5 Madrasah di Karawang.
Observasi tersebut menyimpulkan bahwa hanya terdapat prosentase kecil pimpinan sekolah yang memiliki semangat membenahi proses pembelajaran murid.
Menurut Daniel, 60% lebih dari 25 kepala sekolah yang diobservasi tersebut menyatakan, target mereka adalah memastikan murid kelas 6 memiliki nilai ujian yang baik ketika lulus.
Target pada sekolah-sekolah ini menjadi semata-mata akademis. Target lain seperti keterampilan belajar, apalagi kreativitas, tidak menjadi sasaran di sekolah-sekolah tersebut.
Hanya 20% kepala sekolah yang diobservasi tersebut, bertujuan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah mereka. Ini berarti sekolah-sekolah tersebut menempatkan kinerja belajar murid menjadi target mereka.
Baca Juga : Butir-Butir Evaluatif Seputar Masalah Pembelajaran Daring
Maka, 20% kepala sekolah ini menganggap terbentuknya kebiasaan, minat, dan keterampilan belajar murid menjadi hal yang penting. Mereka juga mensasar terbentuknya karakter seperti kemandirian, tanggung jawab, dan daya tahan dalam menghadapi tekanan belajar dan pengembangan kreativitas menjadi hal penting.
Karena itu, bagi mereka proses belajar pada setiap kelas menjadi sangat penting diperhatikan, tidak hanya proses di kelas 6. Karena kelas sebelumnya menjadi dasar yang penting bagi kelas berikutnya.
Maka inisiatif supervisi proses belajar mengajar dan umpan balik pada guru setelah supervisi dilakukan menjadi inisiatif yang penting pula. Namun sayang jumlah mereka sangat sedikit.
Ironisnya tim penelitian tersebut juga menemukan bahwa mayoritas kepala sekolah di atas, sudah merasa puas dengan kinerja guru-guru yang tergolong buruk tersebut. Mereka bahkan merasa kondisi tersebut adalah kondisi yang baik-baik saja.
Bagaimana Mengubah Kondisi Ini?
Menanggapi situasi di atas, Cici Wanita, Manajer Program dari Yayasan INSPIRASI dalam sebuah diskusi menegaskan bahwa perlu ada program Pendampingan Pimpinan Sekolah.
Dalam proses pendampingan tersebut, pada tahap pertama perlu ada proses untuk membuat kepala sekolah memahami terlebih dahulu bahwa sekolah mereka tidak baik-baik saja. Ini adalah proses kunci. Jika berhasil, maka proses lain baru dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Tahap kedua yang harus dilakukan, menurut Cici adalah, melatih kepala sekolah untuk merencanakan supervisi, melakukan supervisi dengan fokus pada peningkatan kinerja belajar murid, dan melakukan tindak lanjut yang menghasilkan feedback yang tepat bagi guru.
Setelah itu, pada tahap ketiga kepala sekolah dilatih untuk menyusun program sekolah, di luar proses belajar mengajar (kurikuler) yang lebih efektif.
Program sekolah di luar proses belajar mengajar sangat penting, karena perkembangan yang holistik dari murid (yang merupakan indikator keberhasilan tingkat tinggi kinerja murid), memerlukan program ekstrakurikuler dan intrakurikuler.
Baca Juga : Suster Francesco Marianti OSU, Sosok Cinta Yang Tak Biasa
Namun lebih dari itu, belajar dari pengalaman di banyak negara, untuk berhasil melakukan transformasi ke arah peningkatan kinerja belajar tingkat tinggi bagi murid, maka hal kunci yang dilakukan kepala sekolah dan guru adalah harus benar-benar fokus pada performa belajar murid.
Hal kunci lain yang harus dilakukan adalah kepala sekolah harus benar-benar cakap memimpin dan mengarahkan guru untuk benar-benar fokus pada performa belajar murid.
Hal penting ketiga yang harus dilakukan adalah upaya untuk menciptakan sekolah sebagai komunitas belajar, baik bagi kepala sekolah, bagi guru, dan bagi murid, bahkan bagi orang tua murid.
Ini semua memerlukan kerja keras dan visi kepala sekolah yang visioner untuk dapat mewujudkannya.
Foto : kompasiana.com