Depoedu.com – Depoedu.com edisi 21 April 2020 menampilkan artikel tentang 6 universitas dari Indonesia yang lulusannya paling cepat memperoleh pekerjaan, menurut rilis dari QS WUR. Salah satu pertanyaan yang merupakan kesimpulan penting dari artikel tersebut terkait mengapa lulusan dari 6 universitas tersebut paling cepat memperoleh pekerjaan?
Jawabannya adalah karena lulusan dari ke-6 universitas tersebut memiliki soft skills yang dipersyaratkan oleh para pemberi kerja. Terhadap kesimpulan ini, beberapa orang pembaca meminta penjelasan lebih lanjut tentang istilah soft skills.
Tadinya, jawaban untuk pertanyaan itu hendak saya berikan langsung melalui pesan pribadi di whatsapp. Akan tetapi, karena jawabannya tidak sederhana, maka saya memutuskan untuk menulis artikel ini.
Secara khusus saya menyampaikan terima kasih kepada para pembaca aktif, yang mengajukan pertanyaan ini. Mudah-mudahan jawabannya mencerahkan.
Tentang Hard Skills
Para Sosiolog dan Psikolog mengidentifikasi, ada hal utama yang menyebabkan seseorang menjadi efektif dan sukses dalam hidup. Hal dimaksud adalah dua skills yang dimiliki orang tersebut, yakni yang dikenal sebagai hard skills dan soft skills.
Hard skills adalah kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan pengetahuan teknis dan pemahaman akan sebuah proses. Pada seorang pekerja, hard skills merupakan keahlian penting yang dimiliki seseorang lulusan sekolah atau universitas.
Lebih tepatnya, hard skills adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis. Mulai dari keterampilan memperbaiki mesin, mekanisme dalam bekerja. Bagaimana membuat rencana bisnis? Bagaimana menyusun rencana anggaran? Bagaimana menyusun program kerja? Ataupun bagaimana cara menulis laporan?
Oleh karena itu, dalam rangka sebuah pekerjaan, hard skills merupakan keahlian utama yang harus dikuasai oleh seseorang. Keahlian inilah yang menghabiskan sedemikian banyak waktu kita sepanjang proses pendidikan, sebelum kita memasuki dunia kerja.
Baca Juga: Apa Kata Jack Ma Tentang Pentingnya Ujian Nasional dan Pengembangan Soft Skill di Sekolah?
Hingga lulus perguruan tinggi, seorang bergelar sarjana membutuhkan waktu kurang lebih 16 tahun untuk memiliki hard skills yang memadai.
Tentang Soft Skills
Namun penguasaan hard skills saja ternyata tidak cukup. Bagi seorang pekerja, untuk menjadi efektif dan sukses dalam karier, selain hard skills, ia ternyata memerlukan pula soft skills.
Jika hard skills gampang kelihatan pada seseorang. Dari ijazahnya, transkrip nilainya, dari proposal yang dibuat, dari program yang didisain, dari laporan yang ia susun, kita bisa langsung mengetahui kurang lebih penguasaan hard skills orang tersebut.
Sedangkan soft skills tidak semudah itu. Mengapa? Karena soft skills adalah skills yang tertanam dalam karakter seseorang. Oleh karena itu, soft skills seseorang baru muncul ketika terjadi hubungan antar pribadi dengan orang tersebut.
Misalnya dalam hubungan sosial yang nyata, seperti ketika orang tersebut mengalami masalah, ketika menghadapi situasi sulit, ketika orang tersebut berhadapan dengan banyak alternatif pilihan. Maka untuk mengetahui soft skills seseorang, kita membutuhkan waktu lebih lama.
Baca Juga: Mengapa Lulusan Sarjana Kita Banyak yang Menganggur Pasca Lulus Kuliah ?
Ema-Sue Prince, dalam bukunya The Advantage, mengelompokan soft skills dalam 7 kategori yakni skill adaptasi, berpikir kritis-kreatif, empati, integritas, proaktif, dan tangguh. Profesional sukses pada umumnya memiliki soft skills ini.
Ahli lain menambahkan skills komunikasi, skill bekerja dalam tim, serta skill memecahkan masalah, ke dalam pengelompokan soft skills tersebut. Namun Ema-Sue Prince berpendapat, 3 skills terakhir sudah terangkum dalam 7 soft skills yang ia kembangkan, namun ia mengakui keberadaan ketiga skill sebagai penting.
Soft skills tersebutlah yang membuat seorang menjadi pekerja professional yang lebih efektif, dan membuat perusahaan akan terus bertumbuh. Bagaimana perusahaan dapat bertahan dalam perubahan yang serba cepat, jika para pekerjanya tidak memiliki kemampuan adaptasi, dan tidak mampu berpikir kreatif?
Masalahnya, mengapa dalam waktu 16 tahun hingga seseorang menjadi sarjana, banyak lembaga pendidikan tidak berhasil membuat lulusan menguasai soft skills? Inilah yang menyebabkan mutu sarjana lulusan perguruan tinggi di Indonesia, dibandingkan dengan mutu lulusan sekolah di Denmark, hanya setara mutu lulusan SMA di Denmark.
Yang jelas, penguasaan skills tidak cuma berkaitan dengan pengetahuan tetapi memerlukan latihan terus menerus, tahap demi tahap, bahkan sejak dari Sekolah Dasar. Oleh karena itu, tidak hanya menyangkut belajar tatap muka dengan guru di kelas, tetapi terkait penugasan dan semua suasana yang mempengaruhi anak, juga di rumah
Misalnya, jika sejak dari Sekolah Dasar, tugas sekolahnya banyak diambil alih oleh orang tua karena menurut orang tua tugas sekolah terlalu berat. Atau, ketika pergi ke sekolah, tas anak dibawakan oleh pembantu, maka bagaimana anak dapat menjadi tangguh? Anak tidak menjadi pelaku utama dalam proses belajarnya.
Baca Juga: Skill Mana yang Paling Dicari Pemberi Kerja Saat Merekrut Karyawan?
Pada level yang lebih tinggi, praktek serupa yang menghambat anak untuk menguasai soft skills, misalnya anak dilarang untuk mengikuti oraganisasi sekolah atau organisasi kemahasiswaan. Orang tua melarang anak untuk mengikuti kegiatan lain, selain belajar di kelas.
Praktek seperti ini menghambat anak menguasai soft skills. Padahal melalui kegiatan organisasi tersebut, anak belajar beradaptasi dengan berbagai tuntutan dan karakter.Selain itu, orientasi pendidikan kita harus berubah dari sekolah untuk ujian, menjadi sekolah untuk hidup.
Itu hanya sekedar contoh untuk menggambarkan betapa masih sangat banyak praktek pendidikan di Indonesia yang menghambat murid dalam pembentukan soft skills-nya. Padahal penguasaan soft skills tidak hanya menyangkut diterima atau tidak diterima di dunia kerja, namun sangat menyangkut sukses tidaknya, hidup murid ke depan. (Foto: gereja.com)
[…] Baca Juga: Mengapa Penguasaan Soft Skills Sangat Penting Bagi Karir Profesional Seseorang […]