Mana yang Lebih Menentukan dalam Proses Rekruitmen, IPK atau Soft Skills?

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Artikel di Depoedu.com dua hari berturut turut berbicara tentang soft skills. Artikel tanggal 21 April sebetulnya cuma secara sepintas menyinggung soft skills.

Bahwa ada 6 universitas bisa masuk ke dalam jajaran universitas di Indonesia yang lulusannya paling cepat bekerja menurut rilis dari QS WUR,  karena 6 perguruan tinggi tersebut melengkapi lulusannya dengan soft skills.

Sedangkan tulisan tanggal 22 April cuma menjelaskan tentang apa itu soft skills, bertolak dari pertanyaan beberapa pembaca terkait artikel sehari sebelumnya.

Namun dari dua tulisan tersebut muncul pertanyaan lain dari beberapa pembaca tentang Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) seorang lulusan perguruan tinggi. “Sepenting apa sih IPK itu dalam proses rekruitmen?” Tulisan ini bertolak dari pertanyaan pembaca tersebut.

Baca Juga: Selain Calon Guru Harus ber-IPK 3.00, Ada Tes Panggilan Jiwa Bagi Peserta PPG

IPK dalam proses rekruitmen

Untuk meloloskan seorang pelamar menjadi karyawan, memang diperlukan pertimbangan matang dari Divisi Sumber Daya Manusia perusahaan yang bertanggung jawab merekrut karyawan. Agar karyawan yang lolos seleksi adalah karyawan yang kemudian berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan.

Biasanya, salah satu yang rupanya menjadi saringan pertama dalam seleksi adalah Indeks Prestasi Kumulatif. Banyak perusahaan mempersyaratkan IPK pelamar minimal 3,00 atau paling rendah 2,75.

IPK adalah cermin prestasi akademik secara keseluruhan seorang lulusan, setelah ia menempuh kuliah 4 tahun. IPK mencerminkan hard skills seorang lulusan.

Dalam praktek rekruitmen, perusahaan biasanya tidak mau direpotkan dengan banyaknya lamaran, sehingga menggunakan IPK sebagai saringan awal.

Baca Juga: IPK Bukanlah Segalanya dalam Dunia Kerja

Saat ini, hampir semua perusahaan melakukan rekruitmen awal secara online. Dalam sistem online IPK memang menjadi penting. Lulusan yang direkrut di tahap awal, memang lulusan yang memiliki IPK sesuai yang dipersyaratkan.

Oleh karena itu, jika calon memiliki kompetensi mumpuni dan kelak dapat berkontribusi mengembangkan perusahaan, namun jika IPK-nya di bawah IPK yang dipersyaratkan, memang selalu tidak lolos di tahap awal. Tahap ini biasanya dikenal sebagai tahap seleksi Administrasi.

Soft Skills Sangat Penting

Setelah lolos di tahap seleksi administrasi, IPK tidak lagi jadi pertimbangan. Para rekruiter tidak lagi mencari pelamar yang pintar secara akademis. Karena sesungguhnya yang dibutuhkan perusahaan adalah calon yang memiliki soft skills bagus.

Baca Juga: Mengapa Penguasaan Soft Skills Sangat Penting Bagi Karir Profesional Seseorang

Dari calon yang pintar secara akademis, yang memiliki hard skills yang bagus, perusahaan akan mencari lulusan yang lebih mampu beradaptasi, lebih kreatif, lebih mampu berempati, lebih dapat berkomunikasi, lebih dapat bekerja dalam tim, lebih optimis, lebih proaktif dan tanggguh. Karena orang dengan kemampuan kemampuan inilah, yang paling mampu menumbuhkan perusahaan.

Di tahap ini, banyak ditemui pelamar dengan IPK tinggi namun ternyata soft skills-nya jauh dari yang diharapkan. Maka banyak yang berguguran. Bahkan dalam banyak kasus, pegawai yang sudah diterima pun jika tidak mampu beradaptsi dengan cepat, dapat mengundurkan diri pula.

Jadi yang menentukan seorang calon diterima memang bukan IPK tetapi soft skills-nya. Oleh karena itu, Kementrian Pendidikan perlu menggerakkan lembaga pendidikan, termasuk keluarga, untuk secara serius memikirkan pengembangan soft skills. Dan akan terlambat jika soft skills baru jadi perhatian di perguruan tinggi.

Meskipun demikian, bagi para mahasiswa yang sekarang masih di perguruan tinggi, tetaplah berupaya mengejar IPK tinggi. Karena IPK jadi saringan awal. Percuma punya soft skills bagus tetapi tidak lolos seleksi awal karena IPK tidak memenuhi syarat. (Foto: sleekr.co)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments