Skill Mana yang Paling Dicari Pemberi Kerja Saat Merekrut Karyawan?

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Robert Walters, sebuah lembaga rekrutmen global dalam survey yang diselenggarakan di 20 negara, mengungkap kriteria karyawan yang diminati perusahaan pada tahun 2020.

Dalam survey tersebut, diungkap bahwa karyawan yang dibutuhkan pemberi kerja di tahun 2020 dan seterusnya adalah karyawan yang kompeten di bidang  inti, dan  memiliki soft skills tambahan. Hal ini disampaikan oleh Country Manager Robert Walters di Indonesia, Eric Mary.

Eric Mary, seperti dikutip oleh detiknews, mengungkapkan bahwa selain kompeten, karyawan diminta memiliki lebih banyak soft skills. Soft skills tersebut adalah skill berorganisasi, skill bekerja sama dengan mitra bisnis, skill adaptasi, skill bertahan dalam tekanan, kreatif dan memiliki skill belajar cepat.

Eric Mary memprediksi bahwa di Indonesia, pencari kerja yang menguasai bidang teknologi masih menjadi primadona, meskipun bidang lain masih tetap dibutuhkan. Ini terjadi karena industri digital masih berkembang pesat di Indonesia. Start Up masih terus bermunculan pada tahun mendatang.

Selain soft skills, untuk masuk dan dapat bersaing di dalam industri digital tersebut, terkait kompetensi inti, Eric menyarankan calon penerima kerja harus kompeten dalam programming, memahami dan mengambil manfaat dari big data, dan menguasai keterampilan terkait bidang Artificial Intelligence. Calon yang kompeten dalam tiga hal ini akan memiliki nilai plus.

Bagaimana lembaga pendidikan mengantisipasi trend ini? Perubahan apa yang harus dilakukan di sekolah? Mengingat hingga saat ini penguasaan konten masih menjadi yang terpenting, dan bukannya penguasaan soft skills.

Antisipasi Sekolah

Antisipasi perlu dilakukan oleh sekolah agar lulusan sekolah, selain relevan bagi kebutuhan industri, juga bermanfaat bagi sesamanya. Bertolak dari kondisi sekarang, perlu dilakukan tindakan antisipatif berupa perubahan dalam 3 hal.

Pertama, Perubahan Orientasi Pengajaran.

Kementrian Pendidikan dan jajarannya harus mengupayakan dan mengawal sekolah untuk melakukan perubahan orientasi pengajaran, dari orientasi sebelumnya yang sangat akademis-konten, ke arah penguasaan soft skills.

Pada orientasi baru ini, tidak berarti penguasaan konten menjadi tidak penting. Konten menjadi sarana pengembangan keterampilan berpikir, mulai dari level rendah hingga level tertinggi.

Tujuan tertinggi dari orientasi baru ini adalah kreativitas. Pengajaran dalam orientasi baru ini harus menghantar murid mencipta.

Ini memerlukan guru-guru kreatif dan inspiratif. Oleh karena itu, mereka tidak hanya menguasai bidangnya, tetapi juga masalah hidup lainnya. Guru harus terus menerus belajar.

Singapura telah mendorong perubahan ini di sekolah-sekolahnya sejak awal tahun 2019. Tidak hanya terkait orientasi pengajarannya, tetapi juga sistem penilaiannya.

Kedua, Perubahan Metodologi Pengajaran.

Harusnya pemilihan metode pengajaran oleh guru disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang mau dicapai, di samping usia kematangan dan ketersediaan fasilitas pendukung pengajaran. Namun, lazim terjadi di kelas-kelas kita, pemilihan metode pengajaran tidak lagi berorientasi pada upaya mencapai tujuan pengajaran, melainkan berorientasi pada upaya menyelesaikan target materi pengajaran.

Maka pada umumnya pendekatan pengajaran yang dipilih adalah pendekatan teacher centered dengan pilihan metode seperti ceramah, yang tidak mendorong murid aktif. Karena murid tidak aktif, maka materi tuntas namun tujuan pengajaran seperti pembentukan skills tidak tercapai.

Oleh karena itu, perlu didorong perubahan pendekatan dan metode pengajaran di kelas. Pendekatan yang dianjurkan adalah pendekatan student centered dengan pilihan metode seperti metode proyek yang lintas bidang studi.

Pada pendekatan dan metode ini, murid menjadi subjek pelaku proses belajar. Dengan metode ini, hampir semua skills yang dibutuhkan di era Industri 4.0 terbentuk. Mulai dari kreativitas, skill berorganisasi, skill kerja tim, skill adaptasi, skill merumuskan dan memecahkan masalah, skill bertahan dan keluar dari tekanan, serta skill belajar cepat, dikembangkan pada murid.

Pada metode ini, guru merumuskan tema, membuat disain belajar awal, dan mendampingi serta mengevaluasi proses murid. Penerapan metode ini hanya dapat berjalan jika penilaian murid berbasis konten diganti dengan penilaian berbasis portofolio.

Ketiga, pengurangan konten, pengurangan dan penambahan subjek.

Dengan orientasi pengajaran yang baru, yang berimplikasi pada pilihan metode pengajaran, perlu dilakukan pengurangan subjek yang dipelajari. Setelah ditetapkan subjek yang definitif, perlu dilakukan pengurangan konten, pengaturan cakupan materi. Hal ini dilakukan untuk menghindari materi yang tumpang tindih, menempatkan materi prasyarat pada tempatnya, dan menghindari pengulangan yang tidak perlu, seperti terjadi sekarang.

Di samping itu, perlu pula dilakukan penambahan subjek sesuai dengan kebutuhan era Industri 4.0. Subjek yang ditambahkan misalnya Coding, Big data, dan Artificial Intelligence. Tentu saja disesuaikan dengan tingkat perkembangan murid.

Itulah tiga antisipasi yang menurut saya dapat dilakukan oleh sekolah, untuk menyiapkan murid agar mampu beradaptasi, dan mampu mengambil manfaat dari perkembangan teknologi pada era Industri 4.0. Dengan antisipasi itu pula, lulusan sekolah dapat merebut peluang yang disediakan oleh para pemberi kerja. (Foto: riaunews.com)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga : Skill Mana yang Paling Dicari Pemberi Kerja Saat Merekrut Karyawan? […]

trackback

[…] Baca Juga : Skill Mana Yang Paling Dicari Pemberi Kerja Saat Merekrut Karyawan? […]