Depoedu.com – Kolumnis Sindhunata, SJ adalah salah satu lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, yang lulus dari sekolah tinggi filsafat tersebut tanpa mengikuti kuliah regular seperti mahasiswa STF Driyarkara pada umumnya.
Hal ini diungkapkan Romo Sindhu dalam pemaparannya, ketika tampil sebagai pembicara utama pada acara reuni alumni belum lama ini.
“Dalam sejarah STF Driyarkara, saya adalah satu-satunya sarjana yang lulus tanpa kuliah”, ungkap Sindhunata, seperti dikutip oleh Topcareer.id.
Lalu sebagai mahasiswa, apa yang ia lakukan? Meskipun tidak melalui proses kuliah di kelas, Romo Sindhu mengalami proses belajar yang terbilang lebih sulit. Ia diberi buku oleh dosen pembimbingnya untuk dibaca. Ia wajib membuat resume dari buku tersebut, diserahkan, kemudian diuji oleh dosen pembimbingnya. Tebal tipisnya buku menentukan jumlah kreditnya.
Awalnya ia menganggap mudah mengikuti kuliah dengan cara seperti ini, karena membaca telah menjadi hal sehari-hari baginya. Namun suatu ketika ia terkejut karena laporannya ditolak oleh Romo Magnis Suseno, dosen pembimbingnya waktu itu.
“Kamu tuh nggak ngerti apa-apa tentang buku ini! Baca lagi dengan teliti, buat ulang resumenya, dan ujian ulang. Berat sekali saat itu. Karena lain sekali membaca buku Filsafat, dan mengikuti kuliah Filsafat di kelas”, kata Romo Sindhu mengenang peristiwa itu.
Baca Juga: PENDIDIKAN ITU MEMERDEKAKAN (Titik hening refleksi)
Meskipun berat, ia mengikuti pola kuliah ini hingga lulus. Ia kemudian menyadari bahwa pola belajar ini sangat berharga baginya. Seluruh proses yang ia ikuti tersebut menjadi bekal yang sangat berharga bagi proses pendidikan lanjutannya, bahkan pembentukan pribadinya.
“Saya kemudian menyadari, membaca sangat perlu. Bahkan saya yakin, omongan dosen di kelas bukan apa-apa dibandingkan dengan buku yang kita baca. Justru kita akan lebih tahu daripada dosen”, katanya.
Ia bahkan menegaskan bahwa jika ada mahasiswa yang belajar Filsafat tanpa membaca maka mahasiswa tersebut belum berfilsafat.
Seluruh proses kemudian diikuti Romo Sindhu dengan baik. Bahkan thesis yang ia susun untuk menandai akhir kuliahnya kemudian diterbitkan sebagai buku tahun 1982 oleh penerbit Gramedia, berjudul Dilema Usaha Manusia Rasional, Teori Kritis Sekolah Frank-frut.
Buku ini hingga sekarang menjadi monografi pemikiran seorang filsuf, satu-satunya dalam Bahasa Indonesia. Hingga kini buku tersebut wajib digunakan oleh pengajar Filsafat dan Ilmu Sosial di Indonesia.
Pada tahun 1993, buku tersebut diterbitkan dalam Bahasa Malaysia oleh Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian Pendidikan Malaysia. Pada bulan Juli tahun 2019, buku tersebut telah dicetak ulang oleh Penerbit Gramedia. (Foto : gramedia.com)