Sekolah di Jepang : Liburan dengan Seabrek Pekerjaan Rumah

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Di Jepang, pekerjaan rumah tidak sekedar menjadi sarana bagi murid untuk mengulang pelajaran yang telah murid pelajari. Dengan mengulang, melalui pengerjaan soal, pelajaran yang sudah dipelajari diharapkan lebih dimengerti dan masuk dalam memori jangka panjang murid. Pekerjaan rumah pun menjadi sarana untuk menumbuhkan minat, membentuk atau mempertahankan kebiasaan, bahkan menjadi sarana untuk pengembangan hal penting seperti kreativitas.

Orientasi pendidikan seperti inilah yang membuat orang tua di Jepang mendukung guru memberi PR yang sangat banyak, justru pada saat sekolah menjalani liburan panjang. Mari kita lihat pekerjaan rumah tersebut satu persatu. Bagian ini dikutip dari buku Amazing Japan yang ditulis oleh Weedy Koshino, terbitan KOMPAS tahun 2018.

1. Murid mendapat buku soal, fotocopy-an soal Pelajaran Bahasa Jepang, Pelajaran Bahasa dan Matematika. 

Soal-soal ini dikerjakan oleh murid. Orang tua harus memeriksa dan member nilai sejujur-jujurnya, dengan menggunakan kunci yang disediakan. Soal yang jawabannya salah, harus diperbaiki oleh murid setelah itu. Karena jumlah soalnya banyak, perlu diatur agar sebelum liburan berakhir, soal sudah selesai dikerjakan oleh murid dengan benar.
Pekerjaan rumah ini bertujuan mengulang pelajaran yang telah selesai dipelajari, agar materi yang telah dipelajari masuk ke memory jangka panjang murid, agar liburan tidak membuat murid melupakan segala yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Murid membuat diary setiap hari.

Semua murid wajib membuat diary setiap hari. Murid wajib mencatat semua yang dialami. Murid harus mencatat ke mana ia pergi dan apa yang dilakukan. Pekerjaan rumah ini melatih murid melakukan refleksi dan tentu saja melatih murid menulis dan berimajinasi.

3. Murid mewarnai kalender sikat gigi setiap hari.

Murid bertugas mewarnai kalender yang diprint-out setiap hari sesuai dengan kebiasaannya menyikat gigi pada hari tersebut. Jika pada hari itu ia cuma menyikat gigi sekali maka ia menggunakan warna kuning untuk mewarnai kalender hari itu. Jika ia menyikat gigi dua kali, maka pada tanggal itu kalender diwarnai dengan warna merah. Sedangkan jika ia menyikat giginya tiga kali, maka kalender pada hari itu diwarnai dengan warna biru.

Tentu saja yang paling bagus adalah jika setiap hari kalender diwarnai dengan warna biru. Tugas ini dilakukan untuk mempertahankan kebiasaan merawat gigi yang dilakukan pada hari sekolah. Di Jepang, pada hari sekolah, sehabis makan siang setiap murid diwajibkan untuk menyikat gigi. Ini dilakukan agar kebiasaan ini tidak hilang saat liburan.

4. Murid membaca buku.

Selama liburan, semua murid wajib membaca buku. Murid kelas I dan II hanya membaca buku pelajaran satu bab setiap hari. Sedangkan siswa kelas III sampai kelas VI sudah bebas membaca buku apa saja. Oleh karena itu orang tua wajib menyediakan buku buat mereka. Untuk kelas I dan II, dalam proses membaca orang tua wajib memberikan penilaian, baik tentang lafal membacanya, intonasinya, bahkan sikap badan pada saat membaca.
Membaca sangat jadi perhatian sekolah di Jepang, karena ilmu pengetahuan terus berkembang dan kebiasaan membaca membuat mereka kelak terus dapat berubah seiring perkembangan ilmu pengetahuan.

5. Murid membuat cerita tentang momen yang paling berkesan saat liburan.

Tugas ini bersifat bebas. Murid boleh menulis, namun juga boleh menggambar. Hal yang ditulis atau digambar adalah hal yang menarik perhatian mereka selama liburan. Bisa juga berupa objek yang diamati selama liburan. Misalnya anak bungsu dari Weedy Koshino, menggambar anak perempuan yang sedang menari karena ia sangat terkesan ketika menonton Broadway Musical, Sound of Music di Tokyo. Tugas ini berkaitan dengan upaya untuk melatih imajinasi yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kreativitas. Mengembangkan kreativitas sangat menjadi tujuan pendidikan di Jepang.

6. Murid membuat prakarya.

Nama pekerjaan rumahnya prakarya, namun dalam praktek tidak selalu prakarya sebagaimana yang kita pahami. Murid boleh membuat poster dengan cat air, membuat buku cerita, atau membuat riset dan pengamatan.

Dua tugas terakhir (membuat cerita dan prakarya) berkaitan dengan upaya terus merangsang murid untuk berimajinasi selama liburan. Ini sangat berkaitan dengan upaya pengembangan kreativitas. Libur jangan sampai menjadi jeda untuk pengembangan kreativitas murid.

Dari pekerjaan rumah ini kita dapat melihat orientasi kurikulum Sekolah Dasar di Jepang. Orientasinya tidak semata-mata akademis sebagaimana disampaikan di awal tulisan, seperti di Indonesia. Di Jepang, orientasinya lebih mengarah ke penguasaan keterampilan belajar, pengembangan kreativitas, pembentukan kebiasaan, termasuk pewarisan budaya. Orientasi inilah yang membuat saat libur panjang, murid tetap diberi pekerjaan rumah, agar kebiasaan baik yang telah terbentuk, tidak mengalami kemunduran.

Orientasi seperti inilah yang harus didorong dalam pengelolaan pendidikan di Indonesia. Jika semata-mata akademik, hanya bermanfaat untuk menyiapkan murid untuk menghadapi ujian. Sekolah dengan orientasi akademis tidak bermanfaat bagi murid untuk menghadapi kerasnya tantangan kehidupan. Pada era mereka, hanya orang yang mau terus belajar, kreatif, dan memiliki daya juanglah yang dapat bertahan hidup. Persiapan ke arah inilah yang dilakukan oleh Jepang. (Foto:Hellosehat.com)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga: Sekolah di Jepang : Liburan dengan Seabrek Pekerjaan Rumah […]

trackback

[…] Baca Juga : Sekolah Di Jepang : Liburan Dengan Seabrek Pekerjaan Rumah […]