Urgensi Kemajuan siswa Tanpa Rangking

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia setelah berada dan hidup di dunia ini. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang mengiringi pendidikan pada dirinya mulai dari bayi sampai ia mati, mulai dari ia tahu sesuatu sampai ia pikun. Pendidikan mempunyai proses  pada  diri manusia sesuai pula dengan fitrah yang ada padanya masing-masing. Terkadang pendidikan itu ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang lambat bahkan ada tidak berkembang sama sekali.

Sejak tahun 2013 negara kita memberlakukan  Kurikulum 2013. Kurikulum yang didesain untuk menjawab permasalahan terkini dalam dunia pendidikan. Inti dari kurikulum 2013 adalah merubah paradigma pengajaran dari “Diberi Tahu” menjadi “Mencari Tahu” dengan sasaran peserta didik akan “bisa apa” setelah menempuh pendidikan dasar, menengah dan atas.

Pelaksanaan kurikulum 2013 diawali dengan menetapkan kompetensi peserta didik setelah menempuh pendidikan dasar, menengah dan atas, atau dengan kata lain siswa “bisa apa” setelah tamat SD, SMP dan SMA. Untuk itulah ditetapkanlah domain pertama yakni Standar Kompetensi Lulusan dalam Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang SKL dengan sasaran mencakup kualifikasi kompetensi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan.

Desain kurikulum 2013 dengan menghilangkan rangking siswa. Ranking, sebagai salah satu bentuk data kuantitatif yang tertera di raport, dapat menunjukkan posisi atau urutan prestasi seorang siswa dilihat dari prestasi seluruh siswa dalam kelas atau sekolahnya. Semakin tinggi nilai ranking yang diperoleh, idealnya dapat mencerminkan semakin tinggi pula tingkat pencapaian tujuan belajarnya. Atau sebaliknya, semakin rendah nilai ranking berarti semakin rendah pula tingkat pencapaian tujuan belajarnya. Namun pada kenyataannya, nilai ranking yang ada, tidak selamanya bisa menunjukkan secara akurat seberapa jauh tingkat pencapaian tujuan belajar siswa.

Lebih dalam terkait dunia kerja pun tak ada jaminan siswa yang selalu ranking satu di sekolah akan lancar karirnya. Thomas Alva Edison bahkan dicap bodoh di sekolah, tapi jadi pemilik banyak hak paten yang membangun perusahaan raksasa bernama General Electric. Bahkan jenius abad ke-20 pun Albert Enstein bukanlah mahasiswa teristimewa di kampusnya. Berdasar teori Multiple Intelligence, dalam dunia pendidikan sejatinya tidak ada anak yang bodoh. Yang ada adalah anak punya kemampuan pada aspek-aspek yang berbeda. Ada yang cerdas di bidang matematika, ada yang berbakat di bidang musik, ada yang menyukai dan cepat mampu di bidang olahraga, menggambar, dan lainnya.

Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik serta tidak hanya berkutak pada rangking di kelas.  (Foto: wajibbaca.com)

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments