Depoedu.com – Hari Rabu saya kali ini berbeda. Agak sedikit lebih heboh dari pada biasanya. Pasalnya, berdasarkan Peraturan Gubernur nomor 56 Tahun 2019, Gubernur meresmikan hari Rabu sebagai hari wajib berbahasa Inggris dan pemberlakuannya dimulai hari ini, Rabu 30 Januari 2019. Status-status WA di kontak handphone saya ramai menampilkan informasi ini. Dan belasan WA group yang saya punya sontak ramai dengan obrolan cas-cis-cus berbahasa Inggris.
Hal ini sangat menarik, karena membuat hari Rabu saya jadi ada warnanya. Baik sebagai anak NTT, juga sebagai guru bahasa Inggris yang bekerja di NTT. Beberapa hari sebelumnya, ketika informasi ini mulai disebar, saya temukan juga di berbagai status WA dan WA group, mulai muncul kontroversi kecil-kecilan. Ada yang bersorak riang, karena aturan ini pasti memberi banyak kesempatan dan peluang untuk praktek bahasa Inggris. Mengingat, selama ini ada semacam trauma di kalangan pelajar dan masyarakat umum, ketika satu dua orang mulai berani berbahasa Inggris, otomatis ada suara-suara sumbang yang langsung gencar men-cap si pembicara sok Inggris, sok pintar dan sok yang lainnya. Sudah lama ini jadi rahasia umum kalau fenomena ini berkontribusi besar terhadap terbelakangnya orang kita (baca: NTT) punya kemampuan berbahasa Inggris di banding mereka yang dari daerah lain. Nah, sekarang, dengan adanya peraturan ini, sudah pasti ada dampak baik. Tidak lagi ada suara sumbang yang mengecilkan motivasi. Sebaliknya, bisa jadi nanti yang tidak berbicara bahasa Inggris di hari Rabu justru yang akan merasa minder dan lalu bisa terpacu untuk cas-cis-cus bahasa Inggris juga. Demikianlah dalil dari pihak pro.
Sementara itu, di pihak kontra, antara lain tidak sedikit yang mengkritik kalau kebijakan ini tampaknya terlalu dini. Sarana prasarana belum siap. Sistem control belum ada, dan lain sebagainya. Nah, bisa jadi benar juga sih. Kalau dirunut logika, agak mustahil peraturan ini membawa dampak instan, kebut dalam semalam, mengubah orang NTT langsung bisa lancar bicara bahasa Inggris. Juga, tidak ada system konrolnya. Bagi yang apatis dan pesimis, bisa saja memilih diam seribu bahasa, atau berkomunikasi di WA grup pakai jurus emot. Selesai persoalan. Apalagi kalau pakai pendasaran falsafah, diam itu emas. Hehehe. Mengamati kontroversi ini saya mikir-mikir juga.
Dan tibalah hari ini, Rabu 30 Januari 2019. Biasanya, begitu bangun pagi. WA sudah ramai. Bagi di jalur pribadi (japri) maupun di WA grup. Tapi pagi ini, nyaris hampir tak ada notifikasi. Agak sedikit heran, termenung sebentarlah saya, sebelum akhirnya teringat, kalau hari ini hari bahasa Inggris. Bingo! Baru ketika sudah mulai akan berangkat kerja, muncul satu dua ucapan Good Morning di WA-WA group dan secara mengejutkan disambut baik oleh teman grup yang lain, lalu mengalirlah obrolan satu dan dua lainnya, mencoba berbahasa Inggris. Makin ke sini, obrolan makin banyak yang koreksi, sebar motivasi, dan inspirasi. Dan tampaknya semua orang excited dan bahagia dengan pemberlakuan hari pertama ini. Semua orang ingin belajar, dan tidak lagi merasa minder untuk menggunakan bahasa Inggris sekalipun hanya melalui media pesan singkat seperti ini.
Saya berangkat kerja sambil berpikir. Wah, terimakasih Pak Gubernur. Nampaknya, meski kecil dan perlahan, peraturan ini ternyata membawa dampak baik sekali, dan ternyata pemberlakuannya tidak semenyeramkan yang dibayangkan. Soal sistem kontrol, kualitas dan target level keterampilan bahasa Inggris yang mau dicapai, bisa dikesampingkan dulu-lah ya. It takes time. Dan kita masih punya banyak waktu untuk memperbaiki itu. Tetapi setidaknya kita sudah mulai di hari ini. Dan semoga di hari Rabu minggu-minggu berikutnya, semua orang masih bersemangat. Bukan karena peraturan, tetapi karena orang mulai merasa membutuhkan, dan menikmati proses belajar berjamaah ini.
Saya masuk ke tempat kerja, memarkir kendaraan saya, dan menyapa bapak-bapak yang membantu kampus merapikan taman bunga, pakai bahasa Inggris, tanpa canggung, tanpa beban, yang dijawab mereka dengan cengiran lebar.
“Morning, Miss”
Terkaget-kaget sendiri saya. Dan bahagia di saat yang sama. Akhirnya …
Nah, so, I am looking forward to see more people today and learn to speak English confidently with them. Are you? (Oleh: Erlyn Lazar / Foto: Firalnesia.com)