Depoedu.com – Masyarakat kepulauan Solomon di Pacifik Selatan memiliki sebuah kebiasaan unik. Ketika ada pohon besar yang sulit ditebang, orang terkuat di antara mereka akan menaiki dan meneriaki pohon itu. Selama 40 hari dibantu oleh mayarakat yang lainnya mereka mengelilingi pohon dan meneriaki dengan kata-kata kasar. Setelah hari ke 40, pohon besar dan kuat itu, sudah mati layu dan mudah ditebangi.
Masaru Emoto, pria kelahiran 22 Juli 1943, adalah seorang peneliti dari Hodo Institute di Tokyo- Jepang, pada tahun 2003 mengungkap suatu keunikan pada sifat air. Melalui pengamatan pada lebih dari dua ribu contoh foto kristal air, Emoto menemukan bahwa partikel kristal air akan menjadi lebih indah apabila mendapat reaksi positif dari lingkungan di sekitarnya. Dalam bukunya Message from Water Emoto menyimpulkan bahwa partikel air dapat dipengaruhi oleh alunan musik, lantunan doa-doa bahkan juga oleh kata-kata yang ditulis dan ditempelkan pada wadah air tersebut.
Penelitian lain oleh Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman menegaskan kekuatan kata-kata. Dalam bukunya Words Can Change Your Brain mereka menulis “sebuah kata mempunyai kekuatan untuk memengaruhi ekspresi gen yang mengatur stress fisik dan emosi”. Menurut Newberg dan Waldman kata-kata positif seperti “cinta” dan “damai” bisa memperkuat area di lobus frontal otak yang menguatkan fungsi kognitif otak. Kata-kata positif mendorong pusat motivasi di otak untuk melakukan tindakan. Dengan menggunakan kat-kata positif dan optimistic maka aktivitas di lobus frontal bisa terstimulasi. Lobus Frontal ini meliputi pusat bahasa yang berhubungan langsung ke area motor korteks yang mendorong seseorang melakukan tindakan.
Riset yang dilakukan Newberg dan Waldman menunjukkan semakin lama seseorang memusatkan pikiran dengan kata positif, semakin banyak bagian lain di otak yang terstimulasi. Misalnya, fungsi lobus parietal mulai berubah, yang kemudian mengubah persepsi diri dan orang lain yang berinteraksi dengan Anda. Pandangan positif terhadap diri sendiri akan membuat Anda cenderung berpikir positif tentang orang lain yang berinteraksi dengan Anda.
Sebaliknya, kata-kata negatif meningkatkan aktifitas di amygdale – pusat emosi pada otak-. Kata-kata negatif memicu amygdale mengirim pesan pada kelenjar endokrin untuk melepaskan hormone stress terutama kartisol. Semakin sering mendengarkan kata-kata negatif membuat amygdale semakin peka yang siap membajak akal sehat menjadi agresif atau panic dan gampang terprovokasi. “Kata-kata penuh amarah mengirimkan pesan peringatan ke otak, secara bertahap dan menghentikan kerja pusat logika di lobus frontal,” tulis Newberg dan Waldman.
Anda adalah apa yang Anda katakan. Kata-kata yang Anda gunakan mewakili siapa diri Anda. Memilih menggunakan kata-kata positif akan memberi manfaat bukan hanya bagi Anda tapi bagi siapa saja bahkan bagi makluk lain di sekeliling Anda. Pun sebaliknya, bahkan hanya memikirkannya sekalipun, kata-kata negatif itu sudah berakibat merusak diri Anda. Ketika kata-kata negatif itu terucap orang pertama yang mendengar adalah Anda sendiri. Efek merusaknya tentu jauh lebih besar dibandingkan siapa saja di luar sana dimana kata-kata negatif itu tertuju. Mereka hanya mendengar, sementara Anda sudah memikirkannya kemudian mendengarnya lagi ketika dikatakan.
Paus Fransiskus dalam sebuah kesempatan mengatakan “Anda dapat membunuh dengan lidah, sama seperti menggunakan pisau,” merujuk pada semakin seringnya serangan verbal sebagai akibat dari meningkatnya sentiment rasial dan xenophobia atau kebencian terhadap warga asing.
Apalagi jika anak-anak dibesarkan dalam lingkungan yang selalu menggunakan kata-kata negatif. Kekerasan verbal pada anak terutama oleh orang tuanya sendiri menyebabkan menurunnya kecerdasan pada anak, memicu depresi dan agresifitas anak, anak kehilangan rasa percaya diri, menjadi tertutup, pemarah dan penakut. Jika pohon bisa mati layu hanya dalam waktu 40 hari, bagaimana dengan anak yang seumur pertumbuhannya selalu mendapat kata-kata negatif dari lingkungan sekitarnya? Anak yang terbiasa mendengar kata-kata negatif akan belajar menggunakannya juga dan memiliki etika social yang buruk sebagai akibat dari apa yang selalu dialaminya.
Anak adalah peniru paling alamiah. Karenanya anak-anak memiliki kecendrungan untuk mereproduksi setiap hal yang dialaminya. Jika anak dibiasakan dalam lingkungan yang selalu menggunakan kata-kata negatif ia akan tumbuh menjadi orang yang tanpa beban memaki dan menghina. Juga sebaliknya, anak yang dididik dengan kata-kata positif akan tumbuh penuh percaya diri, memiliki inisiatif, dan periang. (Disarikan dari berbagai sumber oleh Senuken / Foto: akuinginsukses.com)
[…] Kekuatan Kata Kata; Anda Bisa Membunuh Anak Anda dengan Lidah Anda […]
[…] Baca Juga: Kekuatan Kata Kata; Anda Bisa Membunuh Anak Anda dengan Lidah Anda […]