AI dan Hilangnya Kemampuan Berpikir

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Tidak bisa lagi dibendung. Kecerdasan Artifisial (AI) atau Kecerdasan Buatan mengalami ledakan pertumbuhan yang luar biasa. Saat ini Kecerdasan Artifisial atau Kecerdasan Buatan rasa-rasanya sudah menjadi bagian dari hidup banyak orang.

Salah satu ledakan perkembangan Artificial Intelligence (AI) adalah munculnya AI generatif (Gen AI). Dengan memanfaatkan perintah sederhana, mesin-mesin AI bisa membuat atau memproduksi konten-konten baru.

AI Gen bisa dengan sangat cepat membuat teks, musik, gambar, audio, video yang baru berdasarkan perintah sederhana yang diberikan. Berkat dukungan machine learning, Gen AI kini telah mencapai perkembangan yang luar biasa.

Namun perkembangan AI yang sedemikian pesat ini tidak serta merta mulus. Ada banyak pro maupun kontra.

AI dalam banyak hal telah membantu kita untuk menangani berbagai persoalan secara cepat. Dengan bantuan AI seperti Chat GPT kita dapat membuat artikel hanya dengan memasukkan judul atau topik yang kita inginkan.

Baca juga : The 4Cs dan Pedagogi Lingkungan Hidup – Sebuah Modul PBL Ringkas Alternatif untuk Kegiatan Konservasi Hutan dan Sumber Air (Bagian Pertama)

Tidak hanya itu, banyak aplikasi lain yang bisa membantu kita menciptakan konten-konten baru dalam berbagai macam format.

JobStreet mengungkapkan bahwa pekerja Indonesia kini tergantung dengan Gen AI. Dari 19.154 responden dengan berbagai macam latar belakang pekerjaan mendapatkan hasil yang mengejutkan.

Ada 49% pekerja menggunakan hasil yang dibuat oleh AI sebagai awalan, kemudian para pekerja ini memodifikasi dan mengoreksi kembali sebelum digunakan. Bahkan ada 10% responden yang menelan mentah-mentah hasil AI tanpa memeriksanya kembali (cnnindonesia.com, 30/10/2024

Hal seperti ini menunjukkan bahwa perkembangan AI yang sedemikian cepat dan luas ini juga memiliki konsekuensi tertentu yang merugikan umat manusia. Secara langsung misalnya, pemanfaatkan AI untuk berbagai pekerjaan menjadikan banyak pekerja tidak lagi dibutuhkan tenaganya hingga mengalami PHK dari tempat kerjanya.

Tidak hanya itu. Ada lagi konsekuensi yang lebih serius dari pesatnya perkembangan AI dan kemudahan yang ditawarkannya, adalah hilangnya kemampuan untuk berpikir kritis.

Baca juga : Yayasan Tarakanita Gelar Misa Syukur dan Penghargaan Peringatan Santo Carolus Borromeus

Hal ini diungkapkan oleh Sawitri, Country Head Marketing JobStreet Indonesia. Menurut Sawitri penggunaan AI secara berlebihan dapat membuat pekerja malas bahkan hingga membuat “kita berhenti berpikir.”

“Dan ide semuanya pakai AI, lama-lama ide kita tumpul. Kita enggak tahu mana yang bagus, mana yang enggak. Pokoknya semua yang dari AI bagus. Nah ini yang sangat disayangkan,” terang Sawitri seperti dikutip cnnindonesia.com pada sebuah kesempatan di Jakarta belum lama ini.

Sawitri kembali menegaskan bahwa AI memang dapat “diajak berdiskusi” untuk mencari ide, namun AI justru dapat menumpulkan ide-ide jika digunakan secara berlebihan.

Lain fakta misalnya, sebuah survey oleh Upwork dengan 2.500 pekerja di Kanada, Amerika Serikat, Inggris dan Australia justru menemukan bahwa 77% pekerja merasakan beban kerja bertambah akibat penggunaan AI, walaupun 96% eksekutif mereka mengharapkan peningkatan produktivitas berkat AI (cnnindonesia.com, 30/10/2024).

Teknologi apapun, sepesat apapun perkembangannya, di tangan kita seharusnya digunakan sebagai alat bantu manusia. Bukan untuk menggantikan, melainkan untuk memudahkan berbagai keperluan. Apalagi untuk membuat manusia kehilangan jati dirinya.

Foto: Depositphotos

Tulisan ini pernah tayang di eposdigi.com, ditayangkan kembali dengan seizin penulis.

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments