The 4Cs dan Pedagogi Lingkungan Hidup – Sebuah Modul PBL Ringkas Alternatif untuk Kegiatan Konservasi Hutan dan Sumber Air (Bagian Pertama)

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com-Modul ringkas Kegiatan Konservasi Hutan dan Sumber Air menggunakan pendekatan 4C = Critical Thinking, Collaboration, Creativity, Communication – terbagi dalam empat blok kegiatan. Alokasi waktu dan breakdown satu blok kegiatan menjadi beberapa sub-blok kegiatan akan berbeda-beda.

Dikerjakan dengan model pembelajaran Project-Based Learning (PBL). Kerjasama sekolah atau kelompok karang taruna dengan anggota masyarakat dalam kegiatan ini sangat direkomendasikan (Community-Based Educational Planning).

BLOK KEGIATAN I: MEMBANGUN KESADARAN EKO-SISTEM CRITICAL THINKING
Tujuan Kegiatan: membangun kesadaran awal tentang masalah ekosistem, terutama (a) tentang realitas hutan, laju deforestasi; dan (b) dampak deforestasi atas sumber air, keseimbangan ekosistem, dan keanekaragaman hayati di suatu wilayah.

Bentuk Kegiatan: brainstorming (dari bincang-bincang santai hingga FGD serius)

Pertama: Orang tua / warga senior berbagi cerita kepada siswa sekolah atau anak muda karang taruna tentang kondisi hutan dan sumber air pada masa lalu;

Baca juga : Yayasan Tarakanita Gelar Misa Syukur dan Penghargaan Peringatan Santo Carolus Borromeus

Kedua; Anak muda/siswa sekolah bertanya tentang perubahan-perubahan lingkungan hidup yang terjadi menurut kronologi waktu, terutama perubahan ekosistem hutan dan sumber air.

Ketiga; Lakukan Analisis Masalah I (AM-I) awal (masih brainstorming): Gunakan teknik analisis pohon masalah (problem tree) untuk mengidentifikasi:a.apa (saja) masalah utama pada hutan kita. b. apa (saja) masalah utama pada sumber air kita.

Keempat: bangun pertanyaan-pertanyaan kritis, misalnya:
a: mengapa masalah-masalah utama pada hutan kita itu bisa timbul, mengapa tidak diatasi sejak awal, siapa yang paling bertanggung jawab, apa dampak yang sangat terasa di kampung akibat kerusakan hutan di desa kita?

Hanya menginventarisasi pertanyaan kritis (bukan menjawab pertanyaan!). Ciri khas pertanyaan kritis: menggunakan kata tanya “mengapa”, “bagaimana”, seberapa (parah), seberapa (serius), “apa yang akan terjadi jika …”
b: lakukan hal yang sama untuk sumber air di desa

Baca juga : Faktor Inilah yang Menyebabkan Angka Pengangguran Tertinggi Dialami oleh Lulusan SMK

Kelima: bagi peserta menjadi beberapa kelompok aksi (sesuai keahlian, pengetahuan, pengalaman, dll.) untuk memastikan SIAPA BUAT APA. Pembagian kelompok dapat berubah sejalan dengan dinamika proses dalam pertemuan-pertemuan lanjutan.

Keenam: Kegiatan AM-1 akan diperbaharui, disempurnakan, dengan kegiatan AM-2 dan seterusnya dalam kegiatan lanjutan hingga diperoleh peta permasalahan yang paling riil.

Hasil yang diharapkan: daftar pertanyaan-pertanyaan kritis dan terstruktur tentang kondisi hutan dan sumber air. Jika ada peserta lebih cenderung mengajukan masalah (what) maka perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan kritis atas masalah yang diangkat menjadi mengapa dan bagaimana (why & how).

Waktu dan tempat: 2×2 jam (bisa lebih), bisa merupakan kegiatan indoor atau outdoor. Jangan lupa pilih ketua dan sekretaris kelompok. bersambung ….

Foto: RRI

Tulisan ini pernah tayang di eposdigi.com. ditayangkan kembali dengan seizin penulis.

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments