Depoedu.com-Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pada tahun pelajaran 2022/2023 pemerintah secara bertahap akan mulai memberlakukan kurikulum baru yang dikenal dengan nama kurikulum merdeka yang sebelumnya dinamakan sebagai kurikulum prototype yang telah diujicobakan pada 2.500 sekolah penggerak.
Saat ini, ulasan yang menjadi topik pembicaraan hampir setiap hari di kalangan dunia pendidikan adalah terkait implementasi kurikulum merdeka. Semua kalangan, baik pemerintah, organisasi penggerak, bahkan sampai pada tingkatan sekolah-sekolah, sedang gencar mensosialisasikan implementasi kurikulum merdeka.
Topik yang menjadi trend yang sedang dikumandangkan ini, kemudian memunculkan sebuah pertanyaan besar yang dijadikan judul dalam tulisan ini.
Ada apa dengan kurikulum merdeka? atau dengan kata lain “mengapa harus kurikulum merdeka?”. Itulah, pertanyaan besar yang penulis jadikan judul dalam tulisan ini.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, penulis memulai dengan membahas tentang konsep kurikulum merdeka. Apa sih yang dimaksud dengan kurikulum merdeka, apa yang mendasari filosofi kurikulum merdeka, dan apa yang menjadi karakter dasar dari kurikulum merdeka?
Konsep Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang bertujuan untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik.
Kurikulum Merdeka sudah diuji coba di 2.500 sekolah penggerak. Tidak hanya di sekolah penggerak, kurikulum ini juga diluncurkan di sekolah lainnya. Menurut data Kemdikbudristek, sampai saat ini, telah ada sebanyak 143.265 sekolah yang sudah menggunakan Kurikulum Merdeka.
Baca juga : Tujuh Cara Menanamkan Kejujuran Pada Anak
Jumlah ini akan terus meningkat seiring mulai diberlakukannya Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022/2023 di jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA. Menurut Kemdikbudristek, Kurikulum Merdeka ini akan dijalankan sebagai opsi tambahan selama tahun 2022-2024 dalam rangka pemulihan pembelajaran pasca pandemi.
Nah, nantinya mulai tahun 2024, diharapkan Kurikulum Merdeka sudah bisa fully implemented secara nasional. Di tahun 2024 juga, Kemdikbudristek akan mengkaji ulang mengenai implementasi Kurikulum Merdeka berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Menurut Nadiem, inti Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar, yaitu konsep yang dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing.
Jika sebelumnya di Kurikulum 2013 peserta didik harus mempelajari semua mata pelajaran (di tingkat TK hingga SMP) dan baru dijuruskan menjadi IPA/IPS di tingkat SMA, lain halnya dengan Kurikulum Merdeka.
Di Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak akan lagi menjalani hal seperti itu.
Filosofi Kurikulum Merdeka
Merdeka Belajar memiliki dua filosofis yakni pertama terinspirasi dari filsafat Ki Hadjar Dewantara dan mengenai dua konsep yakni kemerdekaan dan kemandirian.
Kemandirian dan kemerdekaan juga merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dan sudah termasuk esensi dari filsafat pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara.
Baca juga : Nadiem Makarim Meluncurkan Kurikulum Merdeka. Apa Keunggulan Dan Karakteristiknya?
Merdeka Belajar merupakan filosofi yang mendasari proses sekaligus tujuan jangka panjang pendidikan Indonesia. Ki Hadjar Dewantara (KHD), Bapak Pendidikan Indonesia, menyatakan bahwa kemerdekaan adalah tujuan pendidikan sekaligus paradigma pendidikan yang perlu dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan.
Beliau menekankan berulang kali tentang kemerdekaan belajar. ‘’…kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu “dipelopori”, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetap biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.
Menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa kemerdekaan bukan sekedar kebebasan hidup. Namun, yang paling utama dari kemerdekaan adalah kemampuan untuk “hidup dengan kekuatan sendiri, menuju ke arah tertib-damai serta selamat dan bahagia, berdasarkan kesusilaan hidup manusia”.
Maksudnya, makna merdeka dalam merdeka belajar adalah kemampuan dan keberdayaan individu untuk mencapai kebahagiaan. Jadi, individu yang memiliki kemampuan mengambil keputusan yang bijaksana akan mempu membuat keputusan serta tindakan yang membawa kebahagiaan dan keselamatan bagi dirinya, masa depannya, dan orang-orang lain di sekitarnya.
Selain itu, secara filosofis merdeka belajar memiliki relevansi dengan landasan pendidikan humanisme, konstruktivisme dan progresivisme. Humanisme merupakan kebebasan, pilihan personal dalam mengaktualisasikan diri mengembangkan potensi, berfungsi dan bermakna bagi lingkunganya.
Konstruktivisme adalah kemerdekaan dalam menggali dan mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan siswa. Sedangkan, progresivisme menekankan kemerdekaan guru untuk mengeksplorasi dan mengoptimalkan potensi siswa.
Karakteristik Kurikulum Merdeka
Terdapat 3 karakteristik Kurikulum Merdeka, yaitu:
- Lebih fokus pada materi yang esensial
Dengan fokus pada materi yang esensial, maka beban belajar di setiap mata pelajaran menjadi lebih sedikit. Hal ini bertujuan agar guru mempunyai lebih banyak waktu untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif.
Baca juga : Mengenal Unsur Perubahan Pada Kurikulum Merdeka Di Semua Jenjang Pendidikan
Misalnya, diskusi dan argumentasi atau pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis projek; guru mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan proses pembelajaran murid.
Guru misalnya menerapkan asesmen formatif, sehingga paham kemampuan awal murid atau memberikan umpan balik dan masukan bagi tugas-tugas yang dikumpulkan murid kita atau sekedar mendengarkan mereka untuk lebih memahami kebutuhannya.
Sekolah juga mempunyai ruang yang lebih banyak untuk menggunakan materi yang kontekstual, sesuai dengan visi misi sekolah atau kondisi lingkungan sekitar.
- Stuktur kurikulum yang lebih Fleksibel
Kompetensi atau capaian pembelajaran ditetapkan oleh Kemendikbudristek tidak lagi untuk setiap tahun, tetapi untuk setiap fase. Misalnya, untuk SD, Kemendikbudristek menetapkan capaian fase A di akhir kelas 2, fase B di akhir kelas 4, dan fase C di akhir kelas 6.
Dengan demikian, guru menjadi lebih leluasa dalam merancang alur dan kecepatan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan muridnya, jam pelajaran juga tidak dikunci per minggu, melainkan per tahun.
Sekolah bisa lebih fleksibel dalam merancang kurikulum operasionalnya, murid SMA/MA dan Paket C kelas 11 dan 12, mereka bisa memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan aspirasi kariernya.
- Tersedianya banyak perangkat ajar
Tersedia banyak alat bantu bagi guru untuk mengajar, seperti buku teks, modul ajar, asesemen literasi dan numerasi yang dapat digunakan untuk memantau perkembangan belajar murid.
Perangkat-perangkat ini dapat langsung digunakan guru atau dapat dimodifikasi atau diadaptasi sesuai keperluan. Ada juga modul-modul pelatihan yang bisa diikuti oleh guru dan kepala sekolah secara mandiri.
Semua itu akan disediakan di aplikasi android dan website yang bernama Platform Merdeka Mengajar. Demikian yang dapat dibagikan, semoga bermanfaat.
Penulis adalah Staf Pengajar SMP Negeri 1 Adonara Timur
Foto:sahabat guru
[…] Baca juga : Ada Apa Dengan Kurikulum Merdeka? […]