Depoedu.com-Pada bulan Desember 2021, ketika rezim Taliban membuka kembali sekolah dasar, kementrian pendidikan juga menerbitkan aturan untuk mewajibkan guru dan murid laki-laki kelas VII ke atas untuk segera kembali ke sekolah.
Pada aturan tersebut tidak disebutkan mengenai guru dan murid perempuan pada level yang sama. Keputusan tersebut kemudian menimbulkan reaksi kekuatiran dari komunitas internasional.
Komunitas internasional kuatir Taliban kembali memberlakukan larangan kepada perempuan untuk menerima pendidikan, bekerja, dan muncul di ruang publik, seperti saat berkuasa 20 tahun yang lalu.
Unicef ketika itu mendorong agar anak perempuan yang lebih dewasa (usia SMP dan SMA) bisa segera melanjutkan pendidikannya. Oleh karena itu, Unicef juga mendorong guru-guru perempuan segera diizinkan untuk mengajar kembali.
Baca Juga : Taliban Tidak Mengijinkan Murid Dan Guru Perempuan Kembali Ke Sekolah?
Menanggapi kekuatiran ini kelompok Taliban melalui juru bicaranya Zabihullah Mujahid menyatakan akan mengizinkan murid sekolah menengah perempuan untuk kembali ke sekolah jika situasinya sudah kondusif.
Kepada majalah Jerman der Spiegel, Zabihullah Mujahid menegaskan bahwa Taliban sama sekali tidak anti terhadap pendidikan untuk perempuan. Ia mengatakan, Taliban tengah mengusahakan mekanisme untuk menghadirkan murid perempuan ke sekolah.
Hingga awal Januari, belum ada tanda-tanda Taliban melaksanakan janjinya. Belum ada sinyal yang sangat jelas ke arah persiapan mengahdirkan perempuan ke sekolah. Hal ini kemudian yang menyebabkan belum munculnya pengakuan internasional termasuk Indonesia, terhadap pemerintahan Taliban.
Baru pada tanggal 15 Januari 2022, juru bicara taliban Zabihullah Mujahid, dalam wawancara dengan Associated press mengumumkan kepada publik bahawa anak perempuan dan para gadis akan segera kembali ke sekolah, akan dimulai setelah 21 Maret 2022.
Dalam wawancara tersebut Mujahid menyatakan, bagi pemerintah, pendidikan untuk anak perempuan dan para gadis adalah masalah kapasitas. Karena tempat belajar laki laki dan perempuan harus dipisahkan saat proses belajar mengajar.
Baca Juga : Tiga Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe
Menurut Mujahid, ini adalah tantangan terbesar pemerintah. Bagaimana pemerintah membangun cukup asrama atau penginapan untuk menginap para gadis selama sekolah. Gedung sekolah dan ruang kelas pun harus terpisah antara laki-laki dengan para gadis.
Ia menegaskan, pemerintah Taliban tidak menentang pendidikan untuk anak perempuan dan para gadis. Lihat saja di seluruh Afghanistan, dari 34 provinsi, sudah 10 provinsi yang para gadisnya diizinkan ke sekolah.
Di Ibu kota Kabul misalnya, universitas swasta dan sekolah menengah swasta terus beroperasi tanpa gangguan. Di sini proses belajar telah berjalan di mana proses belajar mengajar anak laki-laki dan perempuan sudah terpisah. Meskipun di sekolah sekolah negri, sekolah yang dikelola oleh pemerintah belum beroperasi.
Mujahid menegaskan, pemerintah akan segera menyelesaikan masalah ini sehingga anak perempuan dan para gadis segera kembali ke sekolah menegah dan universitas.
Meskipun telah diumumkan, namun komunitas internasional masih tetap skeptis pada kesungguhan Taliban. Komunitas internasional menilai ucapan Taliban dari aksi, bukan dari kata-kata mereka.
Foto:bbc.com
[…] Baca Juga : Taliban Mengizinkan Perempuan Kembali Ke Sekolah Pada Akhir Maret? […]
[…] Baca juga : Taliban Mengizinkan Perempuan Kembali Ke Sekolah Pada Akhir Maret? […]
[…] Baca juga : Taliban Mengizinkan Perempuan Kembali Ke Sekolah Pada Akhir Maret? […]