Depoedu.com- Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang sangat setia namun akhirnya Anda dikhianati? Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang sangat ramah, namun akhirnya berubah menjadi orang yang sangat agresif?
Pernahkah Anda mencintai atau dicintai dengan sangat, namun akhirnya berujung pada kebencian yang sangat mendalam? Yaa…semua sepertinya akan berubah dalam kehidupan kita masing-masing.
Segala sesuatu itu berubah dan perubahannya sangat misterius, dia bahkan memukul balik perasaan-perasaan itu. Sesuatu yang sudah digenggam erat pun, bisa pergi ke tempat lain tanpa memberi aba-aba.
Heraclitus yang merupakan seorang filsuf dari Yunani mengatakan Panta rhei ka uden menei yang artinya bahwa segala sesuatu itu berubah, kecuali perubahan itu sendiri, karena perubahan itu tetap.
Baca juga: Memperbaharui Relasi Dengan Pengalaman Negatif, Ketika “Lupa” Tak Membawa Hasil
Segala yang ada di semesta ini akan berubah menurut irama dan kodratnya masing-masing. Bahkan dalam lingkup yang lebih kecil terkait perasaan dan pikiran pun bisa sebegitu cepatnya berubah.
Hari ini kita bisa saja menjadi orang yang paling istimewa dalam kehidupan seseorang, atau bahkan menjadikan orang lain sebagai orang yang sangat istimewa dalam kehidupan kita.
Namun pada akhirnya, kita akan dipukul balik oleh perubahan. Kita mungkin saja akan menjadi orang yang paling hina. Setia dan dikhianati, mencintai dan disakiti, sabar dan dimarahi, suka dan dibenci. Semuanya berubah.
Banyak sekali sebab kita mengalami penderitaan, salah satunya adalah perubahan. Hal ini terjadi karena ketidaksiapan kita dalam menghadapi perubahan. Kita selalu berusaha untuk terus hidup dalam kenyamanan, dan ketika rasa nyaman itu direnggut, maka tubuh secara otomatis akan melakukan penolakan.
Bentuk penolakan yang sering kita jumpai atau yang bahkan kita lakukan, yaitu dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Mengapa si dia berubah? Mengapa semua ini harus terjadi? Menurut Heraclitus, walaupun segala sesuatu itu berubah, alam semesta tetap berada pada keteraturannya.
Artinya ada sebuah pola yang menuju pada perubahan itu. Perubahan bisa menjadikan kita menderita karena tidak menyadari pola yang menyebabkan atau memunculkan perubahan tersebut. Pola yang dimaksudkan adalah rangkaian-rangkaian peristiwa hingga memunculkan perubahan tersebut.
Baca juga: Seni Mencintai Diri Di Tengah Pandemi Covid-19
Sehingga untuk menemukan pola tersebut, kita perlu yang namanya refleksi. Orang menjadi benci, marah, menjadi tidak setia dan lain sebagainya bisa terjadi karena ada sebab yang menjadikannya. Oleh karena itu, carilah dan temukan pola tersebut.
Refleksi atau perjalanan untuk melihat kembali ke dalam diri merupakan langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk memahami sebab terjadinya sebuah perubahan. Kita mencoba mencari dan menemukan serta menyadari sebab mengapa sesuatu itu berubah.
Tanpa menyadari dan mengetahui sebab dari perubahan itu, kita akan tetap terjebak dalam pertanyaan “mengapa”. Mengapa semua ini harus terjadi? Mengapa orang itu berubah?
Sekali lagi saya mencoba untuk mengingatkan bahwa segala sesuatu yang ada di semesta ini akan berubah. Jangan sekali-sekali menuntut manusia untuk tidak berubah. Masing-masing kita pun akan berubah. Lantas mengapa memaksa seseorang untuk tidak berubah?
Dengan menyadari bahwa semua manusia itu berubah, saya pun mengajak semua yang membaca ini untuk tidak menaruh harap yang terlalu berlebih kepada manusia yang lain. Jika kita terus menaruh harap yang berlebih, maka kita perlu siap dengan kecewa sebagai konsekuensi atas harapan yang kita buat.
Baca juga: Mengubah Perasaan Negatif Dengan Overthinking
Berharaplah pada Tuhanmu, dan jangan terlalu berlebihan menaruh harap pada sesuatu yang tidak pasti, apalagi manusia.
Apa artinya setia jika kita tidak pernah dikhianati? Apa artinya sehat jika kita tidak pernah merasakan sakit? Apa artinya sabar jika kita tidak pernah menjumpai orang yang sering marah? Mungkin manusia tidak akan pernah belajar untuk setia jika tidak pernah merasakan sakitnya dikhianati.
Mungkin manusia akan cenderung meremehkan kesehatan jika tidak pernah diberi sakit. Mungkin kita tidak akan pernah mencoba untuk sabar, jika kita tidak pernah mengalami sakitnya dimarahi.
Itulah perubahan. Memunculkan sakit, namun akan selalu memiliki makna. Oleh karena itu, peluklah perubahan. Terimalah perubahan itu sebagai bagian dari kehidupan. Karena ia akan selalu ada. Setiap saat dalam detik kehidupan kita.
Sumber foto: lifestyle.bisnis.com
Penulis adalah guru pada SMP Kanisius Jakarta Pusat