Depoedu.com – Ketika pertama kali menghadiri pertemuan orang tua dengan pihak sekolah waktu anak sulungnya memasuki Taman Kanak-kanak (TK), Kepala Sekolah dalam pidatonya memberikan tiga pesan tentang bagaimana pola hidup sehat, kepada orang tua yang hadir.
Pesan itu terus diulang-ulang juga oleh guru kelas anaknya pada pertemuan lain. Ini adalah pengalaman Weedy Koshino, perempuan kelahiran Jakarta, ibu dua orang anak, yang bersuamikan orang Jepang. Saat ini menetap di Jepang. Sehari-hari ia bekerja sama sangat baik dengan sekolah dalam mendidik kedua anaknya.
Tiga poin pesan tentang pola hidup sehat tersebut adalah Haya Ne, Haya Oki, Asa Gohan. Awalnya Weedy Koshino mengira pesan ini merupakan hasil ciptaan Kepala Sekolah TK anaknya. Namun ketika anak sulungnya memasuki SD, pesan yang sama diulang kembali oleh Kepala Sekolah, pada awal pidato penyambutan orang tua.
Seperti di TK, pesan ini sering ditegaskan ulang oleh guru kelas anaknya ketika ada pertemuan dengan orang tua. Sejak itu ia jadi paham bahwa ketiga poin tersebut telah menjadi salah satu kesepakatan penting dalam sistem pendidikan Jepang.
Sekolah mendorong pelaksanaan ketiga poin tersebut, sehingga semua murid dan orang tua menerapkan sistem ini. Berikut ini uraian mengenai ketiga poin tersebut.
Haya Ne
Haya Ne berarti tidur cepat. Untuk anak-anak umur 6 – 10 tahun, dibutuhkan 10 -11 jam tidur per hari. Sebetulnya bukan masalah cepat atau lambat, tetapi cukup atau kurang. Dengan tidur cepat anak menjadi mengalami jam tidur yang cukup.
Tidur yang cukup membuat anak lebih bugar. Untuk aktivitas hariannya, juga untuk belajar maksimal, anak perlu bugar secara fisik dan mental.
Masalahnya saat ini susah membiasakan anak untuk tidur cepat. Ada banyak godaan, ada banyak gangguan. Orang tua akan mengalami kesulitan ketika memulainya. Jika anak belum terbiasa, tubuh belum siap. Orang tua perlu melakukan pengkondisian : sepakati dengan anak jam tidurnya, sebaiknya pk 21.00.
Setelah sikat gigi, lampu kamar tidur dimatikan, TV dimatikan. Orangtua perlu mengawasi atau bahkan menemani, misalnya dengan membacakan cerita.
Menurut Weedy Koshino, orang tua Jepang sangat disiplin melakukan ini. Mereka bukan hanya menyuruh anak tidur, mereka bahkan menjadi bagian dari proses ini. Ini adalah bagian atau porsi peran orang tua dalam kerja sama dengan sekolah.
Haya Oki
Haya Oki berarti cepat bangun. Jika anak tidurnya cukup karena cepat tidur, maka cenderung bisa bangun cepat. Menurut Weedy Koshino, jika kita berhasil membiasakan anak cukup tidur maka bangun cepat akan terjadi dengan sendirinya.
Jika anak bangun cepat, waktu persiapan berangkat sekolah lebih banyak. Suasananya pun lebih tenang, tidak ‘gedebak gedebuk’. Bisa ada waktu doa pagi bersama anak. Anak bisa sarapan terlebih dahulu dengan tenang. Suasana ini akan menyumbang suasana mental positif, dan anak-anak akan lebih siap menghadapi semua proses di sekolah.
Asa Gohan
Asa Gohan berarti sarapan. Menurut Weedy Koshino, jika dua poin di atas sudah dilakukan dengan baik maka anak punya waktu untuk sarapan dengan tenang. Sarapan, apalagi sarapan yang bergizi, akan berpengaruh pada daya tahan tubuh anak. Tidak perlu banyak jumlahnya, tetapi gizi yang seimbang dan variasi yang beraneka itu sudah lebih dari cukup.
Sarapan anak Jepang biasanya disajikan berupa taiso sup, ikan bakar, salad, dan nasi putih. Tetapi ada juga yang lebih simple, seperti telur ceplok, sosis, dan roti, atau salad dan sup kaldu. Yang perlu dipastikan adalah kita menyajikan makanan sehat dan bergizi untuk sarapan anak-anak. Bukan makanan enak, karena tidak semua makanan enak adalah makanan sehat.
Tidur yang cukup dan sarapan pagi dengan makanan sehat adalah dua pola hidup sehat yang jika dijalankan, anak akan memiliki tubuh fisik yang sehat.
Bangun cepat dan memiliki waktu untuk dengan tenang menyiapkan diri berangkat ke sekolah, termasuk sarapan dengan tenang, ternyata memberi ketenangan mental untuk melengkapi kesiapan seorang anak untuk maksimal dan produktif dalam belajar. Belajar memang membutuhkan ketahanan fisik dan kesiapan mental.
Keluarga Jepang didorong terus menerus untuk melakukan bagian ini, pembiasaan sampai menjadi karakater. Awalnya mungkin sulit, tetapi dilakukan sejak dini, dengan tekun, pasti ada hasilnya. Dampaknya, anak-anak lebih produktif dalam belajar.
Jika produktif, anak jadi memiliki sikap positif terhadap belajar, dan meminati belajar. Ini tidak hanya menjadi landasan yang kuat untuk belajar selama masa sekolah, tetapi juga untuk belajar seumur hidup. (Foto: suryaboymedan.wordpress.com)
[…] Tiga Pola Hidup Sehat Anak-anak Jepang […]
[…] Baca juga : Tiga Pola Hidup Sehat Anak-Anak Jepang […]