Depoedu.com- Ketika kita merasakan hantaman cukup hebat dalam hidup, sadarkah bahwa kita akan terjun dalam rasa sakit. Sekarang mari kita lihat pertanyaan berikut ini. Maukah kita sakit dalam beberapa hari? Jika menjawab mau, berarti kita adalah insan yang sadar akan dosa.
Dalam Islam, sakit bisa menggugurkan dosa. Selera makan kita akan ditarik sehingga fungsi organ tubuh sementara tidak akan mendukung dalam beraktifitas. Wajah yang pucat dan pudarnya semangat merupakan hikmah paling berharga karena dosa kita akan ditarik oleh Allah SWT.
Hidup ada kalanya diambang sakit dan penderitaan. Pernahkah kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman, kerabat atau keluarga dengan sepucuk doa “Sehat selalu ya”. Jika iya, mari kita coba mengkoreksi kalimat tersebut.
Bukankah sehat selalu dalam konteks ini menentang takdir? Bagaimana bisa insan Tuhan yang elok, paras juga akal budinya tidak pernah ditarik dosanya sekalipun? Dalam sehari kita beraktivitas dengan segenap penuh mengandalkan tubuh kita.
Baca juga: CINTA DAN RASA AMAN
Ayunan langkah kaki, jemari yang lincah, konsentrasi mata dan pikiran, mencerna makanan dalam mulut lalu melewati proses sekresi dan ekresi, serta semua organ tubuh kita. Hingga pada akhirnya kita tidak bisa menjalani itu semua karena sakit dan terhanyut dalam penderitan. Semua akhirnya terasa hitam.
Terkadang, saya berpikir untuk apa adanya rasa sakit itu? dan kenapa kita harus sakit? Saya pernah membaca buku yang berjudul “Where is God In a Coronavirus World”. Dalam buku tersebut, ada beberapa kalimat dalam sebuah paragraf yang membuat saya tertarik, yakni “fungsi dari rasa sakit”.
Rasa sakit mempunyai daya agar kita sadar akan adanya bahaya. Mari kita ambil contoh terkait maraknya virus corona yang berangkat dari negeri tirai bambu. Sakit yang kita anggap sepele seperti bersin dan radang tenggorokan bisa diiming-imingi terpapar virus corona.
Dari bebagai keluhan dan gejala kecil tersebut dan dalam kondisi seperti sekarang, bisa dipastikan bahwa kita tidak akan baik-baik saja. Mulai muncul permasalahan psikis seperti kekahwatiran yang berlebih hingga berujung pada kewaspadaan agar tidak terpapar virus corona.
Fungsi rasa sakit yang kedua adalah sakit bisa membawa perubahan. Hal ini sangat berkaitan dengan apa yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali bahwa “sebelum rasa sakit melebihi rasa takutmu, manusia tidak pernah akan berubah”.
Ungkapan ini kembali menegaskan bahwa rasa sakit itu bisa membawa perubahan. Dalam hal ini, rasa sakit juga bisa membawa perubahan fisik dalam diri kita. Hingga terlintas di benak saya bahwa butuh berapa lamakah atlet senam ritmik dan artistik untuk bisa menggapai keunggulannya?
Baca juga: Jatuh Cinta Pada Impian Kita
Tak hanya itu, sempat juga terpikir bahwa apakah iya kuku dan jari kaki teman saya sebagai seorang penari balet akan terkelupas dan betuknya tidak akan menjadi indah lagi?
Ternyata pada saat mereka berlatih dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk fisik agar bisa memenuhi syarat. Dan di setiap perlombaan, ada rasa sakit dan penderitaan yang harus mereka alami.
Terakhir dengan merasakan sakit yang mendalam, bisa menuntun dan membentuk karakter kita. Pedihnya menerima kegagalan, ekspektasi yang tak selaras dengan kebenaran, kecewa terhadap hal-hal kecil dan level tertingginya adalah ditinggal selamanya oleh orang yang kita sayang.
Fase pertama ketika kita merasakan sakit adalah denial atau penyangkalan terhadap keadaan yang sungguh membuat kita menjadi orang yang tidak beruntung di bumi, hingga pada fase terakhir yang berujung penerimaan setelah berhasil melewati semua gelombang surut kehidupan.
Di situlah, rasa sakit dan penderitaan bisa membantu kita untuk lebih tegar, dan lebih kokoh dari sebelumnya untuk bisa terus dan tetap tersenyum pada dunia.
Sumber foto: hidayatullah.com
Penulis ada mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Prodi Bimbingan dan Konseling