Depoedu.com: “Waspada! Cyber Crime di Kalangan Remaja”. Tema inilah yang diambil dalam webinar yang diselenggarakan SMA Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat pada Sabtu (19/12/2020). Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan menyambut pesta emas SMA Bunda Hati Kudus Jakarta pada tanggal 12 Januari 2021 mendatang.
Sebanyak lebih dari 350 peserta tampak antusias mengikuti webinar ini. Webinar ini dimoderatori oleh Paulus Wisnu yang juga merupakan alumnus SMA BHK. Saat ini, Paulus Wisnu menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.
Webinar ini menghadirkan dua narasumber hebat di bidangnya yang juga merupakan alumnus SMA BHK. Salah satunya adalah Prof. Adrianus Eliasta Meliala, seorang kriminolog dari Universitas Indonesia yang menjelaskan bahaya cyber crime bagi remaja secara umum.
Beliau memaparkan terdapat dua kategori cyber crime yang berkembang di masyarakat saat ini. Pertama, computer crimes, yaitu bentuk kejahatan siber yang menggunakan komputer sebagai alat utama dalam melakukan kejahatan. Adapun bentuk kejahatan yang termasuk kategori ini di antaranya: peretasan data (hacking), manipulasi data, gangguan sistem, spamming, dan malware.
Baca juga: Jika Buah Hati Mengalami Cyber Bullying, Bagaimana Membantunya?
Kedua, computer-related crimes, yaitu bentuk kejahatan siber yang menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam melakukan kejahatan. Adapun bentuk kejahatan yang termasuk kategori ini di antaranya: perjudian secara daring, penyebaran akses pornografi, pencemaran nama baik, akses ilegal, hingga pencurian data.
Dari sekian banyak bentuk cyber crime yang sudah dipaparkan sebelumnya, terdapat dua kasus cyber crime yang paling banyak dilaporkan pada tahun 2019, yakni kasus penipuan dan pencemaran nama baik di dunia maya. Selain kedua kasus tersebut, kasus peretasan data (hacking) juga menjadi sorotan Prof. Adrianus di dalam pembahasannya.
Beliau memaparkan latar belakang mengapa seseorang melakukan peretasan data di internet. Data dari IBM Global Security Analysis Lab menunjukkan bahwa 90% pelaku peretasan data dilakukan secara amatir untuk mencapai kesenangan semata.
Sementara 10% di antaranya dilakukan secara profesional dan terorganisasi. Hal ini menunjukkan bahwa siapa saja berpotensi menjadi pelaku atau korban dari keganasan cyber crime ini.
Melihat besarnya potensi tersebut, Prof. Adrianus memberikan sejumlah tips agar kita bisa terhindar dari beragam kasus cyber crime yang sudah dipaparkan sebelumnya. Sebagian besar tips tersebut mengajak kita untuk selalu waspada terhadap segala penawaran hadiah yang tidak diketahui dengan jelas asal-usulnya, serta tidak memercayai begitu saja segala informasi yang muncul di internet.
Selain itu, Prof. Adrianus juga memberikan tips khusus agar lebih bijak menggunakan media sosial. Media sosial saat ini sudah menjadi wadah merepresentasikan dirinya. Oleh karena itu, kita tidak perlu memublikasikan segala informasi di media sosial ketika sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil.
Kita juga harus memilah informasi mana yang bisa dipublikasikan di media sosial kita. Informasi-informasi yang sifatnya privat (nomor telepon, alamat, NIK, dan sebagainya) tidak perlu dipublikasikan secara terang-terangan di media sosial kita agar terhindar dari kasus pencurian data di internet.
Pembahasan webinar kemudian dilengkapi oleh Alfons Tanujaya, seorang pengamat sekuriti dan finansial dari Vaksincom. Alfons lebih banyak memaparkan mengenai bagaimana kehidupan kita saat ini sebagian besar dipengaruhi oleh “big data”.
Jika dulu sumber daya utama adalah emas, minyak bumi, dan batu bara, maka saat ini big data sudah menjadi sumber daya utama yang sangat vital keberadaannya bagi kehidupan masyarakat. Namun, vitalnya big data tersebut membuat big data menjadi rentan untuk dieksploitasi, sama halnya dengan ketiga sumber daya lain yang sudah disebutkan sebelumnya.
Hal ini menjadi ancaman karena data kita di internet menjadi sasaran empuk untuk dieksploitasi sehingga menimbulkan kasus kejahatan di dunia maya.
Melihat bahaya yang ditimbulkan dari peretasan big data dan media sosial yang kita miliki, Alfons memberikan solusi bagaimana mengamankan big data tersebut agar tidak disalahgunakan pihak lain. Proses backup data sangat penting dilakukan untuk mengamankan data yang dimiliki agar tidak hilang terkena virus.
Selain itu, penggunaan TFA (verifikasi akun dua langkah atau penggunaan token) menjadi kunci utama untuk mengamankan akun media sosial kita agar tidak mudah dibobol. Penggunaan antivirus dan mengganti kata sandi secara berkala juga menjadi langkah alternatif lainnya untuk mencegah peretasan data kita di internet maupun di media sosial.
Baca juga: Empat Cara Mengatasi Bullying Sejak Dini
Pembahasan tema cyber crime semakin tajam dengan banyaknya pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan pun cukup beragam, di antaranya: tips memilih antivirus yang efektif, permasalahan algoritma di media sosial, cara mendeteksi malware pada komputer, hingga tips menanggulangi para remaja agar tidak kecanduan media sosial.
Para peserta didik, guru, dan peserta lainnya secara bergantian bertanya langsung kepada narasumber ataupun bertanya melalui kolom chat yang sudah disediakan. Alfons Tanujaya sesekali tampak menjawab pertanyaan yang sudah dilontarkan melalui kolom chat tersebut.
Hal ini membuat hampir seluruh pertanyaan yang disampaikan melalui kolom chat bisa terjawab dengan baik. Agung Nugroho selaku Kepala SMA BHK juga menambahkan bahwa sekolah berperan menguatkan pendidikan karakter dan etika kepada setiap peserta didik untuk menghindari bahaya cyber crime di kalangan remaja.
Webinar ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi para peserta untuk bersikap lebih bijak lagi dalam memanfaatkan internet. Beragam tips yang sudah dipaparkan oleh para narasumber begitu mudah diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.