Gitanjali Rao: Harapan Baru untuk Dunia yang Semakin Baik

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Selamat tahun baru! Pandangan skeptis bisa berkata bahwa hari pertama di 2021 secara objektif sama dengan setiap hari lainnya selama ini. Namun sebagaimana terjadi pada momen pergantian tahun selama ini juga, unsur baru terletak pada cara manusia memberi makna atasnya.

Depoedu.com memaknai hari pertama di tahun baru dengan menyiarkan harapan baru bagi dunia yang semakin dirundung kecemasan. Pada hari pertama tahun 2020 yang baru berlalu, misalnya, sosok Greta Thunberg menghiasi wajah portal pendidikan ini dengan harapan akan pemulihan bumi dari emisi karbon global, yang diinisiasi oleh sosok muda sepertinya.

Kegigihan Greta mengampanyekan keprihatinannya di berbagai forum, sungguh lahir dari keberatan pribadi atas kondisi dunia yang tak sesuai harapannya. Bersama dengan data ilmiah yang disiapkan untuk pidatonya, ia tak ragu mengekspresikan keluhan dan amarahnya.

Baca Juga : Refleksi Akhir Tahun 2020; Menetapkan Sasaran Fokus Perhatian

Ia pun melakukan tindakan nyata yang bisa dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pelajar, yakni dengan mogok sekolah. Konsistensi dan totalitas upayanya menginspirasi dunia bahkan ikut menentukan kebijakan para penguasa.

Fakta-fakta inilah yang melatarbelakangi keputusan Times Magazine untuk memilihnya menjadi Person of the Year di penghujung tahun 2019.

Tahun ini, harapan baru disiarkan lagi melalui sosok yang juga muda, Gitanjali Rao, pelajar tingkat 2 di STEM School Highland Ranch, pinggiran kota Denver, Colorado. Majalah yang sama, memilihnya menjadi Kid of the Year, yang ditetapkan untuk pertama kalinya, pada Desember 2020.

Baca Juga : Terinspirasi Melalui Pengajaran Guru Di Sekolah, Greta Thunberg Menjadi Pejuang Belia Lingkungan

Meskipun baru berusia 15 tahun, ia telah mahir menggunakan teknologi untuk menciptakan berbagai perangkat, dalam upaya mengatasi berbagai persoalan yang dijumpai dalam hidup sehari-hari.

Salah satu karyanya: Tethys, alat deteksi cepat senyawa timbal dalam air, memenangkan Discovery Education 3M Young Scientist Challenge pada tahun 2017. Dengan alat yang terhubung ke aplikasi pada smartphone ini, informasi tentang kualitas air (aman, sedikit terkontaminasi, atau kritis) dapat dilihat pada layar device yang digunakan.

Persoalan lain yang mengusiknya adalah fakta tentang jumlah besar orang yang mengalami gangguan penggunaan opioid, juga fakta tentang maraknya kasus cyberbullying. Ia kemudian menciptakan Epione, perangkat portable yang dapat digunakan dokter untuk mengetahui apakah pasien mulai mengalami kecanduan opioid.

Baca Juga : Memperbaharui Relasi Dengan Pengalaman Negatif, Ketika “Lupa” Tak Membawa Hasil

Menggunakan konsep kecerdasan buatan, ia juga menciptakan Kindly, alat yang mendeteksi kata atau frasa bernuansa perundungan, sekaligus menyajikan pilihan untuk mengeditnya.

Melampaui segala kehebatan itu, ilmuwan belia ini menegaskan misinya yang baru yakni menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa. Bekerja sama dengan berbagai komunitas, ia merintis upaya menciptakan a global community of young innovators untuk mengatasi berbagai persoalan dunia.

Sebagaimana diberitakan dalam time.com, Gitanjali Rao menginspirasi sesama orang muda dengan pesan ”Don’t try to fix every problem, just focus on one that excites you. Ia pun menegaskan, bila ia dapat melakukan, maka siapapun akan juga bisa melakukannya.

Dalam wawancaranya dengan Angelina Jolie (contributing editor Majalah TIME), Gitanjali Rao menyatakan bahwa ia tidak mengalami momen khusus untuk mengenali passion-nya pada sains. Hal yang lebih ia kenali tentang dirinya adalah bahwa ia adalah orang yang selalu mengharapkan setiap orang bisa tersenyum.

Membahagiakan orang lain adalah tujuannya setiap hari. Harapan sederhana ini kemudian mengarah pada pertanyaan “Bagaimana menghadirkan kebaikan pada dunia yang kita tempati?” Dari sanalah segalanya berawal.

Semua pencapaian ini sama sekali tidak menjadikan Gitanjali Rao sebagai sosok kutu buku, atau sosok penyendiri di laboratorium, dan terpisah dari dunia nyata, sebagaimana umumnya figur ilmuwan digambarkan.

Baca Juga : Suster Francesco Marianti OSU, Sosok Cinta Yang Tak Biasa

Sebaliknya, ia selalu terhubung dengan dunia nyata, dengan segala problemnya, yang justru menjadi penggeraknya, untuk dengan antusiasme menciptakan sesuatu.

Dengan semua prestasi yang diraihnya, ia tetap menjadi seorang remaja yang sederhana, namun ceria, dan penuh semangat. Ekspresi wajah, spontanitas kata, maupun perilakunya benar-benar memperlihatkan profile remaja seusianya.

Maka semestinya, remaja yang terlihat pada pribadi Gitanjali Rao adalah juga remaja yang bisa kita jumpai di ruang-ruang kelas kita dalam pendidikan Indonesia. Tampaknya, hal yang membedakan adalah lingkungan yang menumbuhkannya.

Baca Juga : Pelajaran Penting Dari Angelina Jolie; Orang Tua Hanya Perlu Jujur

Gerakan tulus dari hati untuk membahagiakan semua orang, bisa menjadi faktor pendorong luar biasa bagi Gitanjali Rao untuk berkutat dengan perhitungan, bertekun dalam penelitian, hingga menghasilkan temuan yang sungguh mengatasi persoalan.

Sangat tidak bisa disangsikan ia tumbuh bersama nilai cinta dan kepedulian, nilai tanggung jawab dan kedisiplinan, nilai totalitas dan kesungguhan, belum lagi kerendahan hati untuk terus mencari, semangat untuk berbagi, optimisme, antusiasme dan masih banyak lagi.

Ini catatan bagi pendidikan kita, baik bagi sekolah maupun keluarga. Lingkungan seperti apakah yang kita sediakan bagi anak-anak kita selama ini? Seberapa luas ruang yang kita buka bagi mereka untuk berekplorasi?

Baca Juga : Krisis Multidimensi Karena Covid-19, Ujian Bagi Ketahanan Keluarga Dan Sekolah Kita

Sedalam apa kita menggali untuk mengenali dan mengembangkan potensi yang mereka miliki? Nilai-nilai apa yang sungguh kita hidupi dan pada akhirnya bisa mereka teladani?

Hampir dalam semua hal Gitanjali Rao menampilkan fenomena berbeda dari yang selama ini ada. Sosoknya menggambarkan ke-baru-an dunia. Namun pada saat yang sama, semua yang apa adanya pada sosok ini, memberikan sinyal bahwa hal baru itu bisa tampil di mana saja, sejauh kita menyiapkan lingkungan idealnya.

Bagaimana bila kita masuki tahun yang baru dengan komitmen baru untuk terus memelihara kemungkinan lahirnya harapan baru bagi dunia, melalui dunia pendidikan; keluarga dan sekolah?

Foto : time.com

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments