Depoedu.com – Sebagai Bupati Manggarai terpilih, Heribertus Geradus Ladju Nabit – Hery Ngabut (2020 – 2025) perlu memberikan perhatian di sektor pendidikan karena bidang pendidikan salah satu instrumen yang menandai kualitas demokrasi di suatu wilayah.
Maka selama pemerintahan lima tahun ke depan, pasangan ini selain merangkul mereka yang berbeda pilihan politik juga sama–sama bekerja untuk memajukan Manggarai sehingga lebih sejahtera seperti yang diharapkan.
Alvitus Minggu, Dosen Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas Kristen Indonesia (FISIP UKI) Jakarta, ketika dihubungi pada Rabu (16 Desember 2020) mengatakan hal itu sehubungan terplihnya Bupati Manggarai periode (2020- 2025) pada 9 Desember 2020.
Menurutnya, pendidikan di NTT masih membutuhkan perhatian serius pemerintah daerah dan semua stakeholder untuk bekerja lebih keras. Artinya, dengan kerja keras itu ketertinggalan dalam bidang pendidikan bisa dikejar.
Baca juga : Gerakan Radikal Di Lembaga Pendidikan, Indonesia Dalam Ancaman, Di Usia 75 Tahun?
Dikatakan, penyebab belum majunya pendidikan disana, disebabkan faktor ekonomi karena itu berdampak kepada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dari SDM berpengaruh terhadap partisipasinya dalam wajah demokrasi di wilayah itu.
Bone Jehandut, warga Manggarai yang diminta tanggapannya dan sependapat dengan Minggu, bahwa pemerintah perlu memberikan perhatian dalam sektor pendidikan. Ia mengatakan bahwa selama ini pendidikan belum dianggap jadi prioritas.
“Di salah satu kampung di Manggarai, pemerintah membuka sekolah negeri tapi sekolah yang dibuka itu tidak ada gedungnya sehingga masih “menumpang’ di gedung satuan pendidikan lain. Padahal itu sekolah negeri tapi Gedung belum dibangun. Bahkan, gedung sekolah dibangun atas swasadaya masyarakat setempat,’’ kata Bone Jehandut.
Pengacara Bonifansius Sulimas, SH. M.H mengatakan secara harapannya tidak jauh berbeda dengan masyarakat Manggarai diaspora lainnya, yakni mendambakan kesejahteraan rakyat. Maka kalau program-program yang ditawarkan sejak calon Bupati Manggarai berkampanye sedapat mungkin bisa direalisasikan.

“Janji dari anggota legislatif, bupati, setiap kali ada musim kampanye selalu dan terus – menerus ingin sejahterakan rakyat yang ditawarkan, tapi setelah dijanjikan cenderung terlupakan,’’ katanya.
Dikatakan, wilayah Manggarai itu butuh sosok yang energik, harus bisa membedakan dengan pemimpin sebelumnya, karena Manggarai itu membutuhkan orang yang visioner, butuh pemimpin yang kerja dengan hati, pemimpin yang jujur.
Di bidang ekonomi, Bonifansius yang akrab disapa Boy ini lebih mengutamakan komoditas milik rakyat yang menjadi sasaran program. Bahan komoditas milik petani seperti kopi, cengkeh kemiri harus diberi perhatian pemerintah soal harganya.
“Banyak komoditi rakyat yang belum mendapat perhatian, mohon supaya dikawal harganya. Mereka tidak membutuhkan yang lain, soal cengkeh mimimal punya standar, musim harganya bingung,’’ harapnya.
Baca Juga : Lika-Liku Belajar Online Di Tengah Pandemi Covid-19
Ia menyebut tahun lalu harga cengkeh Rp 100.000 per kg sedangkan tahun ini harga cengkeh mencapai Rp 40.000/kg. Itu berarti rugi besar dalam bidang ekonomi rakyat, kalau tidak dikawal, percuma mereka susah payah menanam kopi, cengkeh. Diharapkan pemerintah perlu menentukan harga yang tepat.
Kita tahu harga-harga di Ruteng itu di manggarai selalu berbeda dengan daerah lain. Ia sebut contoh waktu itu, Rp 80.000/kg di Manado harga cengkeh 150.000/kg. “Mengapa harus yang beda dengan bupati lain. Kita tahun masyarakat Manggarai umumnya hidup di sektor pertanian”, katanya.
Ia menyarankan, Bupati Manggarai terpilih sekarang perlu selalu turun ke lapangan dan melihat program yang ia tawarkan sudah berjalan atau belum.