Penjelasan Seminari Menengah Santa Maria Bunda Segala Bangsa, Maumere tentang Kejadian tanggal 19 Februari 2020

DEPO Peduli
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Pada tanggal 25 Februari 2020, Kompas.com melansir berita yang berjudul 77 siswa di NTT dihukum makan kotoran manusia. Berita tersebut ditulis oleh contributor Kompas.com dari Maumere. Berita tersebut ditulis terkait kejadian tanggal 19 Februari 2020.

Tulisan tersebut diposting pukul 13.26 WIB. Beberapa menit kemudian, yakni pada pukul 13.36, Kumparan.com memposting berita dengan isi yang hampir sama. Postingan dua media ini kemudian memicu beragam tanggapan publik.

Sebenarnya pada tanggal 25 Februari 2020, hari di mana media online melansir berita ini ke publik untuk pertama kali, pihak seminari telah mengeluarkan press release.

Namun press release tersebut telah didahului oleh berita dari media online. Hal ini terjadi karena sebelum orang tua mmurid menghadiri pertemuan dengan pihak sekolah, mereka telah bertemu dengan wartawan terlebih dahulu.

Sebelum press release beredar, publik berpendapat bahwa telah terjadi pelanggaran di mana sekolah telah melakukan tindakan yang sangat tidak manusiawi.

Pembentukan opini seperti di atas sangat disayangkan, namun tidak dapat dihindari. Karena media lebih mengejar efek sensasi dan mengabaikan standar kerja jurnalistik. Sementara pihak seminari tidak mau terburu-buru memberikan penjelasan, sebelum memahami duduk perkara.

Baca Juga: Penguatan Positif; Memutus Mata Rantai Kekerasan di Sekolah

Dari rentetan tulisan yang dipublikasikan, yang saya baca, tampaknya wartawa menggunakan asumsi bahwa hukuman memakan kotoran manusia benar-benar terjadi seperti makan nasi. Faeces disendok dan dimasukkan ke dalam mulut lalu ditelan. Tanpa melakukan crosscheck dengan pihal seminari terlebih dahulu.

Oleh karena itu Kumparan.com dalam salah satu artikelnya membahas dampak dari hukuman itu terhadap kesehatan dari ke-77 murid yang dihukum tersebut. Misalnya dikaitkan dengan penyakit diabetes.

Juga terjadi penggiringan opini, misalnya dengan kutipan langsung dari para murid yang menjadi korban. Padahal informasi yang saya peroleh, ketika itu wartawan tidak mewawancarai para murid. Mereka hanya memperoleh informasi dari orang tua murid.

Tanggapan Publik

Dengan sikap hati-hati pihak seminari dan pemberitaan seperti itu, banyak tanggapan bernada marah dan prihatin muncul. Tanggapan yang paling mencolok berasal dari Ketua Umum IGI Ramli Rahim, dan komisioner KPAI Retno Listyarti.

Ketua IGI, misalnya, dikutip medcom.id mengatakan, kejadian tersebut merupakan salah satu indikator Indonesia darurat guru.

Lepas dari akurasinya, kita mengerti munculnya keprihatinan tersebut karena kejadian demi kejadian terkait dunia pendidikan telah menegaskan bahwa ada yang tidak beres dengan kerja guru-guru kita.

Keprihatinan yang mendalam juga muncul dari Komisioner KPAI, Retno Listyarti. Namun Ia tampak lebih hati-hati. Ia mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak sekolah dan kementrian agama setempat. Bahkan akan melakukan pengawasan langsung dan rapat koordinasi dengan pemerintah daerah.

Press Release Seminari

Berikut ini Depoedu.com menurunkan press release Seminari Menengah Santa Maria Bunda Segala Bangsa, Maumere, pada tanggal 25 Februari 2020.

Press Release

Berdasarkan berbagai informasi yang berkembang tentang 77 anak yang dihukum makan kotoran oleh kakak kelasnya –yang beredar di beberapa platform media online dengan berbagai variasi judul, kami ingin menyampaikan beberapa hal berikut :

1. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 19 Februari 2020 – antara pukul 14.30 sampai 15.00. Semuanya bermula ketika salah seorang siswa kelas VII yang membuang kotorannya sendiri pada sebuah kantung plastik yang selanjutnya disembunyikan di sebuah lemari kosong di kamar tidur unit bina SMP kelas VII.

Sekitar pk 14.00 (setelah makan siang), seperti biasa dua orang kakak kelas XII yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan unit kelas VII menemukan kotoran tersebut. Mereka kemudian mengumpulkan siswa kelas VII di asrama untuk dimintai informasi tentang kotoran tersebut.

Namun, para siswa kelas VII tidak ada yang mengakuinya. Berkali-kali kakak kelas meminta kejujuran dari adik-adiknya tetapi mereka tetap tidak mengakuinya. Akhirnya, karena marah, salah seorang kakak kelas tersebut mengambil kotoran dengan senduk makan, lalu menyentuhkan kotoran tersebut pada bibir atau lidah.

Baca Juga: Kasus SMPN I Turi, Cermin Sekolah Belum Dikelola Secara Profesional

Perlakuannnya berbeda pada masing-masing anak. Selanjutnya kakak kelasnya meminta supaya peristiwa itu dirahasiakan dari para Pembina (para Romo dan Frater), dan para orang tua. Peristiwa ini baru diketahui para Pembina (Romo dan Frater) pada hari Jumat, 21 Februari 2020 dari salah satu siswa kelas VII  yang datang bersama dengan orang tuanya untuk melaporkan kejadian tersebut.

Menyikapi laporan tersebut, para Pembina (Romo dan Frater) memanggil siswa kelas VII dan kedua kakak kelas tersebut untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Selanjutnya, pada hari Selasa, 25 Februari 2020 – pukul 09.00 sampai pukul 11.15, para Pembina bersama para orang tua siswa kelas VII mengadakan pertemuan bersama yang juga menghadirkan seluruh siswa kelas VII dan kedua kakak kelas.

Dalam pertemuan dimaksud, persoalan ini dibicarakan secara serius, penuh keterbukaan dan kejujuran. Seminari secara terbuka telah meminta maaf atas peristiwa ini, di hadapan orang tua, dan sekaligus memberi sanksi yang tegas kepada kedua kakak kelas tersebut.

Para orang tua juga menyayangkan peristiwa dimaksud, sambil berharap agar kejadian tersebut tidak terulang kembali di waktu yang akan datang. Selanjutnya, sebagai bentuk pembinaan untuk kedua kakak kelas tersebut, maka pihak seminari memutuskan untuk mengeluarkan keduanya dari Seminari Maria Bunda Segala Bangsa.

Sementara itu, para siswa kelas VII juga dibuat pendampingan dan pendekatan lebih lanjut oleh para Pembina (Romo dan Frater) untuk memulihkan mental dan menghindari trauma.

2. Dari kronologi di atas, maka kami sekali lagi ingin menegaskan :

a. Terminologi “makan” yang dipakai oleh beberapa media saat pemberitaan peristiwa ini agaknya kurang tepat, sebab yang sebenarnya terjadi adalah salah seorang kakak kelas “menyentuhkan” senduk yang ada faeces pada bibir atau lidah siswa kelas VII.

b. Peristiwa ini terjadi di kamar tidur unit bina SMP kelas VII, dan bukan di ruang kelas, sebagaimana diberitakan media kumparan.com.

c. Peristiwa ini tidak dilakukan oleh Pembina atau pendamping (Romo dan Frater), sebagaimana yang diberitakan beberapa media, tetapi oleh salah sorang siswa kelas XII.

d. Pihak Seminari Bunda Segala Bangsa bukan tidak mau diwawancarai, sebagaimana diberitakan dalam pemberitaan Kompas.com, melainkan ingin terlebih dahulu melakukan pertemuan internal, untuk kemudian disampaikan kepada media, pada waktunya.

Baca Juga: Membangun Nilai Kedisiplinan dengan Cinta pada Anak

e. Pihak Seminari Bunda Segala Bangsa tidak pernah melakukan pembiaran terhadap segala bentuk kekerasan dan bully dalam bentuk apapun, dan selalu bertindak tegas apabila terjadi hal-hal demikian.

3. Dengan rendah hati, kami pihak Seminari Santa Maria Bunda Segala Bangsa Maumere, menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada semua pihak, teristimewa kepada orang tua dan keluarga para siswa kelas vii, atas peristiwa yang terjadi ini.

Bagi kami, peristiwa ini menjadi sebuah pembelajaran untuk melakukan pembinaan secara lebih baik, di waktu-waktu yang akan datang. Kami berterima kasih atas segala kritik, saran, nasehat, dan teguran, yang bagi kami menjadi sesuatu yang sangat berarti, dengan harapan agar lembaga ini terus didoakan dan didukung supaya menjadi lebih baik.

Maumere, 25 Februari 2020,

tertanda,

RD. Deodatus Du’u

Pimpinan Seminari Maria Bunda Segala Bangsa

 

Meskipun antara versi yang ditulis oleh wartawan dan press release ada perbedaan secara substansi, namun tetap ada keprihatinan yang mendalam, terkait kejadian tersebut. Dunia pendidikan tetap perlu belajar dari peristiwa ini, dan terus berbenah agar kejadian yang memprihatinkan tidak terjadi kembali. (Foto: liputan6.com)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments