Mendampingi Anak Menghadapi Pengalaman Bully

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Pengalaman belajar di sekolah membuka peluang bagi anak untuk memasuki dunia yang lebih luas dan lebih menantang dari lingkungan keluarga di rumah. Di sekolah, proses belajar yang dialami anak tidak semata berlangsung dalam kelas, dari guru pengajar.

Lebih dari itu, peristiwa belajar juga terjadi dalam relasi dengan teman dan segenap warga sekolah. Bisa terjadi bahwa dinamika dalam relasi pertemanan justru menjadi medan belajar yang sangat menempa dan mematangkan anak.

Dalam proses itu, pengalaman bully kerapkali menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Cara tepat dalam menyikapi pengalaman inilah yang kemudian menjadi penentu apakah bullying berdampak mendewasakan atau justru membekas sebagai kenangan buruk yang menghantui.

Orang tua mengambil peran sangat penting dalam mendampingi anak yang mengalami perlakuan bully untuk mengolah pengalaman tersebut hingga menemukan cara melampauinya. Berikut ini beberapa langkah yang sebaiknya diperhatikan oleh orang tua dalam menjalankan peran istimewa ini.

Pertama, ciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak di rumah, mengimbangi perasaan takut dan terancam yang ia alami di sekolah. Dengan demikian ia akan lebih tergerak menceritakan pengalamannya dengan terbuka.

Saat ia mulai bisa mengungkapkan diri, pastikan bahwa semua ungkapan anak sepenuhnya ditangkap, baik yang terkatakan maupun yang tampak dari ekspresi wajah, volume dan intonasi suara, juga gerak tubuhnya. Usahakan agar ia bisa merasakan bahwa orang tua memahami perasaaannya dan berada di pihaknya.

Kedua, temani anak memelihara konsep diri yang positif dengan menegaskan bahwa ia tidak semestinya menerima perlakuan tersebut. Perlakuan bully tersebut sama sekali tidak menjadi tanda bahwa ia buruk atau lemah.

Sebaliknya, bantu anak membangun paradigma bahwa si pelaku-lah justru yang mengalami masalah tertentu dan memilih cara mengatasi masalah itu dengan bersikap buruk terhadapnya.

Ketiga, bila gambaran kejadian telah cukup jelas diperoleh, dampingi anak untuk menemukan cara terbaik dalam menyikapi pengalaman ini.

Bertolak dari pemahaman memadai tentang perlakuan bully yang diterima, anak bisa dibantu untuk menentukan sejauh mana ia bisa mengabaikannya, tidak memberikan tanggapan apapun terhadap pelaku, dan bergerak menjauhi.

Atau ia justru perlu dikuatkan untuk menghadapi pelaku dan mengutarakan perasaan keberatannya. Kemungkinan lain, anak didorong untuk mengungkapkan pengalaman ini kepada guru yang ia percayai dan meminta bantuannya.

Keempat, pada situasi di mana posisi anak tidak setara berhadapan dengan pembullynya, orang tua perlu secara khusus mengkomunikasikan kasus ini pada pihak sekolah.

Ini menjadi penting karena pada sekolah dipercayakan berlangsungnya pengembangan karakater, termasuk di dalamnya pembinaan perilaku bagi setiap pribadi murid yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya. Tindakan ini di satu sisi bertujuan mengupayakan bantuan penanganan bagi anak yang menjadi korban.

Di sisi lain, komunikasi terbuka seperti ini pun membantu sekolah memahami lebih detail pola relasi antar murid dalam berbagai versinya, guna mengantisipasi dan mencegah kejadian serupa berulang pada murid lain.

Kelima, kasus yang melibatkan perilaku dalam kategori kejahatan seperti ancaman kekerasan, kekerasan fisik yang melukai, ataupun pelecehan seksual, perlu mendapat penanganan yang serius.

Dalam hal ini, orang tua bisa membawanya ke ranah hukum, menghubungi pihak yang berwenang seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk kejadian di lingkup pendidikan dasar, atau lembaga kepolisian untuk kasus pada jenjang pendidikan di atasnya.

Bisa diprediksi bahwa proses penanganan akan menjadi lebih kompleks dan tidak sederhana. Bagaimanapun, orang tua perlu tetap melakukannya dengan kesungguhan demi memperjuangkan keadilan bagi korban.

Orang tua manapun tidak ada yang menghendaki anaknya mengalami perlakuan bully. Namun sebagaimana pengalaman lain dalam hidup, banyak kali berada di luar kendali kita, demikian pula halnya dengan pengalaman bully.

Betapapun demikian, kita bisa mengambil cara pandang positif dengan meyakini bahwa pengalaman-pengalaman istimewa yang diolah secara bijaksana justru berpotensi memperkembangkan. Pengalaman bully justru menjadikan anak kuat dan tangguh. Ulasan di atas diharapkan dapat membantu orang tua meraih pencapaian ini. ( Editor : Josybahi / Foto: bomerweb.net)

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga: Mendampingi Anak Menghadapi Pengalaman Bully […]

trackback

[…] Baca Juga: Mendampingi Anak Menghadapi Pengalaman Bully […]