Depoedu.com-Kerinduan para siswa untuk bertemu secara langsung baik dengan sesama teman maupun dengan guru di sekolah akhirnya mulai terjawab. Meskipun kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) masih terbatas, tetapi riak-riak kebahagiaan itu sudah mulai terpancar dengan jelas dalam diri peserta didik, orang tua dan para guru.
PTM terbatas itu sendiri dilaksanakan oleh daerah yang berada di zona Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1, 2, dan 3. Selain itu, didukung dengan tenaga pendidik dan peserta didik yang sudah tervaksinasi.
Pelaksanaan PTM Terbatas itu sendiri tidak terjadi begitu saja. Ada proses yang harus dilewati, yang merupakan kolaborasi kerja sama antara pemerintah, pihak sekolah, dan para orang tua.
Sebelum dilaksanakan PTM Terbatas, pihak sekolah menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan peraturan protokol kesehatan covid-19. Setelah sarana dan prasarana dipastikan sudah sesuai dan aman untuk digunakan, langkah selanjutnya adalah membuat survei kepada orang tua.
Baca Juga : Kebijakan Pendidikan Yang Berbasis Kebijaksanaan
Survei ini bertujuan untuk meminta pendapat dari para orang tua, apakah diperbolehkan atau tidak bagi anaknya untuk mengikuti PTM terbatas di sekolah. Survei ini dilengkapi dengan surat persetujuan dari orang tua. Hal-hal teknis lainnya seperti biasa.
Pada intinya, PTM terbatas tetap berada pada koridor protokol kesehatan. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan klaster baru pandemi covid-19.
Pelaksanaan PTM Terbatas pada prinsipnya bukan semata-mata agar “terpenuhinya kebutuhan psikologis akan kerinduan bertemu teman dan guru di sekolah”. Lebih dari itu, PTM Terbatas adalah upaya adaptif agar kembali menyesuaikan diri dengan situasi yang normal seperti sedia kala. Sekolah pada akhirnya menjadi ruang perjumpaan fisik untuk mengaktualisasikan diri baik dalam bidang akademik, maupun non-akademik.
Baca Juga : Cluster Baru Covid-19 Bermunculan Dari Sekolah Penyelenggara Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
PTM Terbatas juga menjadi ujian tersendiri baik bagi para siswa maupun para guru. Untuk para siswa, PTM Terbatas menjadi momentum untuk tetap mengendalikan diri dalam hal berkerumun dan berbagai bentuk adaptasi lainnya. Sedangkan bagi guru, PTM Terbatas menjadi momentum untuk bisa beradaptasi dengan teknologi. Hal ini ditengarai oleh adanya sebagian siswa yang melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Kegiatan PTM Terbatas pada intinya bukan semata-mata untuk kepentingan nostalgia. Jauh dari semuanya itu, PTM Terbatas menjadi ujian bagi proses berlangsungnya pembelajaran yang efektif, efisien, dan tetap humanis. Walaupun kegiatan PTM dilaksanakan secara terbatas, tetapi proses belajar itu sendiri tak terbatas.
Baik para siswa yang melaksanakan PTM Terbatas, maupun yang masih melaksanakan PJJ, porsi “pelayanan” yang diberikan tidak berbeda. Semuanya sama. Karena baik PTM Terbatas maupun PJJ, memiliki muara yang sama yaitu tersampainya materi (pengetahuan dan sikap) dari para guru kepada para siswa. Lebih jauh lagi, kedua metode ini harus mampu memenuhi kebutuhan para siswa akan pendidikan yang nyaman, berkualitas dan dijiwai dengan nilai-nilai yang pancasilais.
Penulis adalah Penulis Buku Dialektika Ruang Publik: Pertarungan Gagasan
Foto:borneo24.com
[…] Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Belajar Tak Terbatas […]
[…] Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Belajar Tak Terbatas […]