Seri #Belajar Dari Kangguru : Sustainable Tourism Short Course–Griffith University

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Pada bulan September lalu, selama kurang lebih 5 minggu, saya bersama ke-dua puluh empat rekan dari Nusa Tenggara Timur, dikirim Pemerintah Provinsi NTT untuk belajar ke Queensland, Australia. Selama jangka waktu tersebut, di sana kami diberi kesempatan menjadi mahasiswa Griffith University dan mempelajari secara khusus tentang pariwisata berkelanjutan dan hospitaliti. Nama kerennya, Sustainable Tourism and Hospitality.

Mengapa itu yang kami pelajari? Pemerintah Provinsi NTT secara khusus kini mengarahkan perhatian dan memberikan perhatian penuh pada kedua bidang ini, seiring dengan bertumbuh serta berkembangnya wilayah-wilayah seantero provinsi NTT menuju arah destinasi wisata baru. Nusa Tenggara Timur belakangan mengalami peningkatan pengunjung baik domestik maupun internasional yang cukup signifikan.

Banyak rute penerbangan baru yang dibuka dalam tiga tahun terakhir adalah salah satu efek yang cukup nyata terlihat. Salah satu daya tariknya tentu saja adalah Komodo, yang adalah fauna istimewa, sekaligus menjadikan Pulau Komodo sebagai World Heritage Site. Belum lagi berbagai daya tarik wisatawan lainnya di seantero NTT. Baik daya tarik wisata alam, budaya, dan bahkan sesederhana daya tarik keragaman Bahasa.

Pemerintah lalu melihat perlu adanya pembenahan, bahkan pergerakan baru untuk menunjang arus masuk dan keluarnya wisatawan. Kami adalah salah satu dari sekian banyak usaha Pemerintah memaksimalkan sumber daya manusia agar bisa berbenah dan semakin hari menjadi semakin siap sebagai New Tourism Territory (NTT).

Namun di seri #BelajarDariKangguru kali ini, saya tidak akan membahas lebih jauh soal program pemerintah. Di seri ini, saya akan berbagi pengalaman dan cerita yang saya dapatkan selama mengikuti program ini. Pergi ke luar negeri memang suatu hal yang menarik. Tetapi ternyata itu bukan satu-satunya yang menarik.

Siapa saja bisa pergi ke luar negeri. Yang membedakannya adalah makna apa yang bisa diambil dari setiap perjalanan ke luar negeri itu. Satu peristiwa yang sama boleh jadi dialami oleh beberapa orang berbeda. Namun kesan, pesan dan makna nya pasti tidak akan sama. Selamat mengikuti cerita saya di seri ini. Semoga bermanfaat dan menghibur.

#BelajarDariKangguru 1: “Selamat Datang di Australia”

Jujur saja, ini perjalanan pertama saya ke benua Australia. Hal pertama yang saya khawatirkan saat sebelum keberangkatan adalah suhu dan cuaca. Untungnya ada jaringan internet tak terbatas sekarang. Dari beberapa waktu sebelum berangkat, saya sudah memantau suhu rata-rata setiap hari di Brisbane; tujuan pertama perjalanan kami. Kisarannya antara 10º-22º C rupanya. Di Maumere, tempat saya tinggal, suhu rata-rata adalah berkisar 28º-35ºC. Baiklah, pikir saya. Sembari menyiapkan baju hangat dan perlengkapan lainnya, saya mulai merasa sedikit lebih tenang soal satu itu.

Hal kedua yang membuat saya gelisah selama masa persiapan adalah menyoal berkuliah itu sendiri. Lagi-lagi dengan bantuan internet, saya mencari tahu berbagai informasi tentang Universitas tujuan; Griffith University. Rupanya kampus ini ada di beberapa kota di Queensland. Dan kami beruntung mendapat kesempatan berkuliah di dua kampus di antaranya. Selama lima minggu itu, kami ditempatkan di Griffith Nathan Campus yang berlokasi sekitar 10km ke arah Selatan dari kota Brisbane dan Griffith Gold Coast Campus yang berlokasi di Gold Coast, sekitar 80km ke arah Selatan dari kota Brisbane.

Dari riset sederhana yang saya dapatkan, Griffith tahun ini adalah kampus rujukan terbaik bidang Pariwisata. Kota Gold Coast sendiri merupakan pusat tujuan wisata terpopuler di Queensland. Kegelisahan saya lalu bercampur ingin tahu. Tentu saja sambil bersyukur diberi kesempatan sebaik ini.

Hari keberangkatan kami merupakan hari yang tidak terlupakan buat saya. Penerbangan selama kurang lebih 6 jam dari Bali menuju Brisbane dengan pesawat Virgin Australia, cukup menguji kematangan emosional saya. Antara kaget dengan perubahan suhu (yang sudah dimulai sejak dalam pesawat), dengan perasaan yang tidak mudah terlukiskan dari jam ke jam menuju waktu tiba di bandar udara Brisbane.

Perbedaan waktu Brisbane dengan Bali adalah 2 jam. Di Brisbane, waktu lebih cepat 2 jam dibandingkan dengan di Bali. Kami tiba di Brisbane tepat jam 7 pagi, tanggal 7 September 2019. Karena rombongan kami menumpang 2 pesawat berbeda, kami masih menunggu rekan kami di pesawat berikutnya sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan. Kami baru bergerak dari bandar udara sekitar pukul 9 pagi. Tim Griffith menjemput kami. Itulah saat pertama saya bersentuhan langsung dengan budaya di benua Australia.

Australia merupakan benua terkecil dan Negara-negara bagian di Australia merupakan negara persemakmuran Inggris. Bangsa asli Australia, seperti yang kita tahu, adalah orang Aborigin. Namun dari hari ke hari, orang-orang yang menyebut dirinya orang Australia adalah orang-orang dari berbagai bangsa.

Sudah sejak berangkat, saya menyiapkan diri untuk tidak terlalu berharap bertemu orang Aborigin. Tetapi tetap saja ternyata saya tidak begitu siap, melihat orang dari berbagai ras berada di sekitar saya. Berbagai bahasa juga terdengar dari berbagai arah. “Selamat datang, di Australia” ujar saya kepada diri sendiri.

Salah satu dari tim kampus, menjemput kami di bandara. Mereka menyiapkan bis sebagai kendaraan utama untuk mobilisasi kami. Begitu keluar dari bandar udara, handphone saya yang belum memiliki koneksi internet di luar negeri belum bisa membantu saya memberitahu suhu berapa saat itu. Yang pasti saya menenteng kopor dan tas punggung saya yang juga berat dengan baju hangat sambil menahan gigil. Dingin sekali. Setelah sampai di penginapan dan terkoneksi internet dengan sambungan WiFi apartmen, saya baru tahu, suhunya ternyata 10ºC. Amboi. Pantas saja.

Dari bandara, kami diantar langsung ke Gold Coast. Kira-kira perjalanan ditempuh selama 1 jam 20 menit. Itu informasi yang kami dapatkan dari driver bus nya. Dan persis juga itulah waktu tempuhnya. Tepat 80 menit. “Selamat datang di Australia,” ujar saya lagi kepada diri sendiri. Di Gold Coast, kami diberitahu akan tinggal di sana selama 3 minggu. Dan akomodasi yang disiapkan adalah tipe apartemen.

Satu apartemen ditinggali 4 sampai 5 orang. Saya sendiri berbagi apartemen dengan 3 orang teman saya. Kami hanya diberi waktu 15 menit untuk membuka apartemen, menaruh barang bawaan dan beristirahat sejenak sebelum kembali lagi ke lantai dasar, untuk mendapatkan arahan kedatangan.

Dalam arahan yang berlangsung selama 20 menit itu, kami diberikan sebundel kertas informasi yang lumayan lengkap. Termuat di dalamnya informasi terkait transportasi dan juga kebutuhan personal yang perlu. Mulai dari di mana bisa kami dapatkan pulsa internet sampai dengan di mana kami perlu membeli lotion anti radiasi. Menurut arahan, di Australia, radiasi mataharinya sangat tinggi. Sangat disarankan bagi kami untuk selalu menggunakan lotion anti radiasi juga selalu mengkonsumsi air putih agar tidak mudah dehidrasi.

Saya bisa merasakan dalam diam ekspresi campur aduk rekan-rekan saya. Antara tidak siap dengan gaya cekatan nan disiplin dan takjub akan kesiapan tim penjemputan kami sampai-sampai kami tidak lagi memiliki pertanyaan tersisa. Segala sesuatu sudah disiapkan dan diberitahukan. Sungguh, “Selamat datang di Australia”, ujar saya sekali lagi pada diri sendiri.

*Penulis adalah alumni 2019 Sustainable Tourism Short Course Griffith University, Queensland, Australia

Bersambung …

5 1 vote
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
oldest
newest most voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca Juga : Seri #Belajar Dari Kangguru : Sustainable Tourism Short Course–Griffith University […]